Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 14 Study Tour Part 1
"Sudah selesai packing-nya, Cucu Nenek?" Nenek Yasmin memasuki kamar Sakha, matanya menyapu ruangan yang masih berantakan. Sakha duduk di lantai, asyik dengan ponselnya, sementara koper terbuka lebar di dekatnya.
"Malah main HP terus, nanti kalau ada yang ketinggalan bagaimana? Obat-obatan sudah dibawa?" tanya Nenek Yasmin, suaranya lembut namun tegas.
"Hmm... belum," jawab Sakha cuek, matanya tak lepas dari layar ponsel.
Nenek Yasmin menghela napas panjang, pasrah dengan sikap cucunya. Dalam hati, ia penasaran dengan Sakha yang seolah terhipnotis oleh ponselnya. Diam-diam, ia mengintip layar ponsel Sakha. Senyum jahil merekah di bibirnya saat melihat apa yang sedang dilakukan cucunya.
"Oalah, lagi asyik ngegombalin cewek toh!" seru Nenek Yasmin, suaranya menggoda.
Sakha terlonjak kaget, menyembunyikan ponselnya di balik punggung.
"Nenek ngintip, ya?" gerutu Sakha, alisnya bertaut kesal.
"Ya emang kelihatan!" sahut Nenek Yasmin, tak mau kalah. "Siapa sih? Lana, ya?" tebaknya, matanya menyipit curiga.
Sakha tak menjawab, malah pura-pura sibuk membereskan koper.
"Lana, sepertinya gadis yang baik," kata Nenek Yasmin, suaranya melembut. "Nenek tidak melarang kamu dekat dengan dia, asalkan kamu tidak menyakiti dia."
"Sakha menyukai Lana, Nek," jawab Sakha, suaranya pelan namun tegas. "Jadi, tidak mungkin akan menyakitinya."
...---------...
"Kau duduk di sini?" Sakha langsung menghampiri kursi tempat Lana duduk, matanya berbinar penuh harap.
Mereka saat ini sedang berada dalam bis, siap meluncur dalam petualangan study tour sekolah. Sejak tadi, Sakha terus mengamati Lana, hatinya berdebar ingin duduk di samping gadis itu. Namun, sejak awal keberangkatan, Lana tak lepas dari Dilla, sahabat karibnya, membuat Sakha gigit jari.
Kemudian, saat Sakha melihat Dilla keluar dari kursinya, menghampiri kekasihnya yang merupakan ketua OSIS, Sakha langsung bergerak cepat, memanfaatkan kesempatan emas ini.
Mendengar pertanyaan Sakha, Lana mengangguk polos, matanya menatap Sakha dengan bingung. Namun, saat Sakha tiba-tiba mendudukkan diri di kursi kosong di sampingnya, Lana tersentak kaget, matanya melebar.
"Eh, ini kursinya Dilla," ucap Lana, suaranya terdengar canggung.
"Tenang saja, Dilla pasti bakal satu bis sama pacarnya," jelas Sakha, matanya menunjuk ke luar jendela, di mana Dilla sedang asyik bercengkerama dengan Joshua, sang kekasih, seolah dunia milik berdua.
Lana mengerutkan kening, tak sepenuhnya percaya, tapi ia membiarkan Sakha duduk di sana. 'Toh, nanti kalau Dilla datang, dia sendiri yang akan mengusir Sakha,' pikirnya dalam hati.
Namun, hingga bis mulai melaju, Dilla tak kunjung muncul. Lana malah menerima pesan singkat dari Dilla, yang isinya sudah bisa ditebak: ia akan berangkat dengan bis lain bersama Joshua. Lana menghela napas panjang, membaca pesan itu dengan perasaan campur aduk.
Mencoba mengalihkan kekesalannya, Lana memasang earphone di telinganya, menyandarkan kepala ke jendela. Lagu favoritnya mengalun lembut, ia memejamkan mata, berencana untuk tidur sepanjang perjalanan.
Entah mengapa, suasana hatinya memang tidak terlalu baik sejak pagi. Ia membayangkan perjalanan bis yang menyenangkan bersama Dilla, sahabatnya yang selalu bisa membuatnya tertawa dengan lelucon-leluconnya.
Tapi, ternyata Dilla lebih memilih duduk bersama pacarnya. 'Ya sudahlah,' batin Lana, 'mau bagaimana lagi?'
"Mau?"
Tepukan lembut di bahu Lana membuatnya menegakkan tubuh dan menoleh. Dilihatnya Sakha, menyodorkan sebatang cokelat ke arahnya. Mata Lana membulat, tak bisa menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba berbinar cerah.
"Bukannya kamu nggak suka cokelat?" tanya Lana, bingung sekaligus senang.
"Tapi... kamu suka," jawab Sakha, senyumnya tulus.
...----------------...
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri