NovelToon NovelToon
Karmina Dan Ketua OSIS

Karmina Dan Ketua OSIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Horor / Action / Ketos / Balas Dendam / Mata Batin
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Prediksi Karmina mengenai kehidupan Dewa--ketua OSIS di sekolahnya--serta kematian misterius seorang mahasiswi bernama Alin, justru menyeret gadis indigo itu ke dalam kasus besar yang melibatkan politikus dan mafia kelas kakap. Akankah Karmina mampu membantu membalaskan dendam Dewa dan Alin? Ataukah justru mundur setelah mengetahui bahwa sasaran mereka bukanlah orang sembarangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kok Jadi Pelaku?!

Nasib memang tidak ada yang tahu, kecuali Karmina. Pagi-pagi sekali gadis itu sudah loyo, terlebih saat dipanggil oleh Bu Ratna untuk datang ke ruangannya. Raut wajah Karmina berubah dongkol tatkala melihat Gracia dan kawan-kawan merengek sambil mengadu. Ah, dasar anak-anak manja.

Sambil memutar bola mata, Karmina duduk di sebelah Gracia. Sesekali, ia melirik sinis pada teman sekelasnya yang tampak tersenyum puas di balik rengekannya. Adapun Bu Ratna, memandangi Karmina dengan tajam tanpa ingin berbada-basi lagi.

"Karmina, apa benar kamu kemarin mukulin Gracia sama Fransisca?" tanya Bu Ratna, sembari membetulkan posisi kacamatanya.

"Iya, Bu," jawab Karmina dengan menatap wajah guru BK.

"Apa alasannya kamu mukul mereka?" Bu Ratna mulai meninggikan intonasi bicaranya.

"Aku cuma mau membela diri, Bu. Emang salah, ya, kalau aku melawan orang-orang yang usil sama aku?" kata Karmina, sambil mendelik pada Gracia.

"Kamu boleh saja melawan, tapi bukan berarti harus melakukan kekerasan," tegur Bu Ratna memberi pengertian.

"Terus, aku harus gimana dong, Bu? Apa aku harus diam aja kalau ditampar dan dipukuli sama mereka?" sanggah Karmina, merasa kesal.

"Bu, kami nggak pernah berbuat kekerasan sama Karmina, kok. Kita cuma bercanda doang. Karmina-nya aja yang sensian, dikit-dikit dimasukin ke hati. Pantes kalau dia nggak punya teman sama sekali," bantah Evelyn dari bangku belakang, bersebelahan dengan Fransisca.

Karmina semakin berang, ia menoleh ke belakang, memelototi Fransisca dan Evelyn. Kedua gadis itu hanya tersenyum-senyum sambil sepintas menunjukkan jari tengah.

"Karmina," panggil Bu Ratna, membuat gadis berambut pendek itu terhenyak dan mengalihkan pandangan ke arahnya. "Kamu jangan coba-coba nyari ribut di sini."

"Aku nggak nyari ribut, kok, Bu. Cuma kesel aja," dalih Karmina, dengan memberengut.

"Sekarang, kamu Ibu hukum bersihin toilet sekolah," tegas Bu Ratna beranjak dari tempat duduknya. "Sekarang ikut Ibu."

Karmina terperangah dan berkata, "Eh? Tapi, Bu? Kenapa aku dihukum? Aku, kan--"

"Apa pun alasannya, Ibu nggak suka sama orang yang berbuat kekerasan. Cepat ikut Ibu sekarang juga!" perintah Bu Ratna, kemudian memandang Gracia dan teman-temannya. "Gracia, Fransisca, Evelyn. Kalian boleh kembali ke kelas."

"Baik, Bu," sahut ketiga gadis itu sambil tersenyum semringah.

Bersamaan mereka keluar dari ruang BK. Gracia tersenyum-senyum menyaksikan Bu Ratna berjalan beriringan dengan Karmina menuju toilet sekolah. Sementara itu, Fransisca dan Evelyn tertawa geli melihat gadis yang selalu mereka rundung justru mendapatkan hukuman dari keberaniannya melawan mereka.

Di toilet, Karmina mengernyit jijik sembari menutup hidungnya. Bau pesing yang tak karuan membuatnya enggan menjalani hukuman yang diberi Bu Ratna. Belum lagi lantai yang kotor serta tembok berlumut, seolah-olah melambai pada gadis itu untuk segera dibersihkan.

"Sekarang bersihkan toilet ini! Kalau dalam setengah jam masih kotor, Ibu akan tambah lagi hukuman buat kamu," ujar Bu Ratna.

Karmina mengangguk pelan, kemudian memandang Bu Ratna yang berlalu dari hadapannya. Dengan lesu, gadis itu mengambil alat-alat kebersihan di bagian pojok toilet.

Saat mengambil lap pel, ember, serta sikat, Karmina terdiam sejenak. Matanya menatap rambut panjang dan kain putih lusuh yang menjuntai sampai lantai di sudut toilet. Sambil menelan ludah, pandangannya perlahan-lahan berpindah semakin naik ... naik ... naik ... dan ....

"Aaaa ....!" Karmina menjerit sekencang-kencangnya, mendapati sosok perempuan berwajah rusak penuh darah sedang menyeringai  ke arahnya dengan lidah menjulur hingga dada.

Dilemparkannya peralatan kebersihan itu sembarangan, lalu berlari menuju keluar toilet. Sesekali ia menoleh ke belakang, hingga akhirnya tertahan oleh tubuh seorang laki-laki yang kebetulan lewat di depan toilet. Karmina terhenyak, mendapati Dewa berada di tempat yang sama.

"Aaaa ...!" Pekik Karmina.

"Lo kenapa? Ini gue!" tegur Dewa menatap Karmina dengan heran.

"Wa, Wa! Temenin gue dong, pliisss," pinta Karmina memegang tangan Dewa, dengan suara gemetaran.

"Temenin apaan? Emang lo lagi ngapain di sini?" tanya Dewa mengernyitkan kening, sembari melepaskan genggaman Karmina.

"Gue lagi dihukum sama Bu Ratna buat bersihin toilet. Gara-gara tuh tiga cewek playing victim, gue jadi kena batunya," jelas Karmina memasang wajah cemberut, sambil sesekali menoleh ke belakang.

"Jyahaha ... Jadi, lo dilaporin sama trio nyebelin itu karena berbuat kekerasan gitu? Ah, dasar amatir!" ejek Dewa disertai tertawa geli.

Karmina memonyongkan bibir, alisnya saling bertaut.

"Lain kali kalau mau ngabisin orang paling kuat, jangan kalah cepat buat lapor ke guru. Jadinya kayak gini, kan?" seloroh Dewa tersenyum lebar.

"Argh! Lo itu bukannya nolongin, malah ngejek gue. Nyesel gue udah ngehibur lo waktu sedih," rutuk Karmina mendelik.

"Lagian, siapa juga yang minta dihibur? Kan lo sendiri yang nyamperin gue," sanggah Dewa.

Karmina mendengus sebal seraya berkata, "Ya udah, sekarang temenin gue dulu di sini. Gue takut disamperin sama kuntilanak lagi."

"Idih! Ngapain gue temenin lo? Mendingan lo enjoy aja deh lakuin hukuman dari Bu Ratna. Kan ada Miss K yang nemenin lo," ketus Dewa, sambil berlalu dari hadapan Karmina.

"Wa! Dewa!" teriak Karmina dengan kesal.

Alih-alih menghiraukan panggilan gadis bertubuh mungil itu, Dewa berjalan dengan santai menuju kelas lain. Adapun Karmina, terpaksa memberanikan diri membersihkan toilet sendirian.

Jantungnya berdebar kencang tatkala kembali mengambil alat-alat kebersihan. Matanya memandang waspada ke segala arah, hingga akhirnya berhasil mengambil lap, ember, serta sikat.

Tak ingin berlama-lama, Karmina segera mengguyur lantai dengan air dari bak kecil. Perasaannya benar-benar tak karuan tatkala menyikat lantai dan dinding toilet. Rasa takut, jijik, sampai jengkel bercampur aduk dalam batinnya. Belum lagi bulu kuduknya kerap meremang setiap menyadari dirinya sedang diawasi oleh makhluk astral penghuni toilet.

Secepatnya, Karmina menyelesaikan hukuman dari Bu Ratna. Setelah dirasa bersih, gadis itu segera mencuci tangan, lalu bergegas menaruh alat-alat kebersihan ke tempat asalnya.

Ketika berbalik badan, sosok perempuan mengerikan tiba-tiba muncul di hadapannya. Bibirnya menyeringai lebar, menampilkan gigi geligi yang runcing dan tajam. Napas Karmina seketika tercekat melihat wajah rusak perempuan yang sedang menjulurkan lidah panjangnya, seakan ingin melahap gadis berbadan mungil itu.

Dengan gemetar, Karmina mencoba meraih lap pel. Matanya masih tak berkedip memandangi makhluk astral itu. Setelah berhasil meraih gagang lap, ia segera mengambilnya.

"Minggir nggak lo," ancam Karmina dengar suara bergetar.

Wanita berwajah rusak itu terkikik-kikik. Suaranya yang melengking, membuat sekujur tubuh Karmina bergidik ngeri.

Secepatnya, Karmina memukulkan gagang lap ke kepala wanita itu sekeras mungkin. Disingkirkannya makhluk mengerikan pengganggu itu, kemudian lari terbirit-birit meninggalkan toilet.

Setibanya di kelas, Karmina disambut oleh tatapan sinis para murid di kelasnya. Dengan napas terengah-engah, gadis itu duduk di bangkunya sembari mengelap keringat yang mengucur deras dari pelipis.

Jam pelajaran yang kosong membuat Gracia leluasa menjahili Karmina lagi. Bersama kedua temannya, ia mendatangi gadis berambut pendek itu dan menggebrak meja. Sontak, Karmina tersentak oleh kehadiran mereka bertiga.

"Mau ngapain lagi lo?" ketus Karmina menatap nyalang pada Gracia.

"Sekarang ngerti, kan, gimana hukumannya? Makanya, lo tuh jangan pernah sekali-kali ngelawan kita," ucap Gracia dengan angkuh, menoyor kepala Karmina.

"Ingat, ya, lo tuh cuma anak babu! Daripada membantah sama majikan, mending jadi anak yang patuh," timpal Fransisca menyunggingkan senyum.

"Sampai kapan pun tempat lo tuh di bawah kaki kita," imbuh Evelyn sambil melipat kedua tangannya.

Karmina mendesah kasar, seraya mengepalkan tangan. Ditatapnya ketiga gadis itu satu per satu dengan menggeretakkan gigi geraham. Saat pandangan matanya tertuju pada Gracia, sekilas bayangan akhir hayat dari gadis itu berkelebat sangat cepat.

Karmina memejamkan mata sejenak, menyaksikan kilasan peristiwa kematian dari salah satu dari ketiga perundung itu. Atap sekolah, wajah murung Gracia, serta kehadiran gadis asing dengan tahilalat di bawah matanya, seakan menjadi bagian dari rangkaian proses tragedi yang paling menggemparkan sekolah tahun ini.

Ketika membuka mata kembali, ia memandang Gracia seraya berkata, "Mau sampai kapan lo kayak gini terus, ha?"

Mendengar suara Karmina yang begitu datar dan tegas, membuat Gracia tertegun. "Apa maksud lo nanya gitu ke gue?"

"Ingat, Gracia. Lo nggak akan selamanya berada di atas. Ada saatnya lo digulingkan dan harus menerima karma," tutur Karmina, sorot matanya kian menusuk tepat ke jantung Gracia.

"Heh, Jadul! Kalau ngomong tuh yang jelas!" tegur Fransisca bersungut-sungut.

Karmina menatap Fransisca dan Evelyn, lalu mengembuskan napas berat. "Kalian nggak bakal ngerti sampai Gracia kena batunya."

"Lo pikir, gue bakal dikalahin sama lo gitu? Emang sekuat apa anak babu kayak lo buat ngelawan gue, ha?" tantang Gracia dengan sinis.

"Bukan gue yang bisa ngalahin lo. Lo jangan lupa, kalau di atas langit masih ada langit," tegas Karmina. "Mulai sekarang, lo harus bersiap-siap menghadapi kematian lo sendiri."

Bergetar dada Gracia mendengar perkataan Karmina. Berbeda dari biasanya, gadis itu merasakan ada ketakutan begitu kelam menyelusup ke dalam batinnya.

Alih-alih menampik ucapan Karmina, ia bergegas kembali ke bangkunya tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Adapun Fransisca dan Evelyn, berjalan mengikutinya dari belakang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!