Istri Rahasia Presdir

Satu Minggu berlalu, setelah cukup lama Reza mencari waktu yang tepat, akhirnya ia memberanikan diri untuk mengatakan suatu hal yang penting pada Zeera, bukan tentang perasaanya melainkan tentang hubungan Zeera Devan pak Broto yang di katakan oleh Anton.

Dengan membawa surat hasil tes DNA antara Zeera dan Broto, Reza menemui Zeera yang sedang duduk santai di rumah nya. Ia menghampiri Zeera dan duduk di sampingnya dengan tenang.

Tidak lepas dari kata basa-basi yang di keluarkan oleh Reza sebelu ia bicara pada intinya. perlahan tapi pasti, Reza mengatakan hal itu dan menujukkan bukti nyata pada Zeera yang membuatnya kaget.

Jika bukan Reza yang melakukan tes DNA itu, mungkin Zeera tidak akan percaya. Beruntungnya Anton mempercayakan semua itu pada Reza.

"Bagaimana mungkin pak Broto itu papa aku?" Tanya Zeera masih tidak percaya.

"Untuk lebih jelasnya, lebih baik biarkan dia yang menjelaskan semuanya sama kamu." Ucap Reza.

Sebelum Reza bicara pada Zeera, ia sudah menghubungi Anton terlebih dulu untuk membawa Broto ke desa Lestari dan bertemu dengan Zeera secara langsung.

Dua orang pria bergegas masuk, yang tidak lain itu adalah Anton dan Broto. Zeera sempat menoleh melihat pria itu dan kembali mengalihkan pandangan nya ke sisi lain.

"Zeera, bagaimana kabar mu, nak?" Tanya Broto yang sudah duduk di depan Zeera.

"Gak perlu basa-basi, cepat katakan apa hubungan mu dengan mama Lena? Bagaimana bisa dengan tiba-tiba aku menjadi putri mu?"

"Ceritanya cukup rumit, waktu itu aku menjalin hubungan dengan Lena, namun karena tanpa restu orangtua, dengan nekat kami menikah secara diam-diam, tapi tetap saja itu tidak mengubah apapun. Dulu saya emang tidak bisa berbuat apa-apa, sampai Lena di usir dari rumah pun saya gak tau. Dan semenjak itu saya benar-benar kehilangan Lena. Ternyata waktu Lena di usir dari rumah dia sudah mengandung kamu." Jelas Broto.

"Kenapa kisahnya begitu sama dengan apa yang aku alami saat ini? Apa mungkin saat ini Devan juga mengalami hal yang sama dengan yang di rasakan pak Broto waktu itu?" Batin Zeera.

"Lalu bagaimana dengan Celine dan ibu nya?"

"Sudah jelas Celine bukan anak ku, waktu itu kami menikah juga karena keterpaksaan dan sekarang saya sudah puas karena bisa mengusir mereka yang memang tidak tau diri."

"Kenapa gak dari dulu? kenapa baru sekarang?"

"Karena dulu nenek kamu masih hidup dan selalu mempertahankan ibu nya Celine, namun sekarang berbeda."

Hening sejenak, Zeera memikirkan dengan apa yang di katakan oleh Broto. Walau bukti tes DNA itu nyata dan cocok 99.99% namun ia butuh waktu untuk percaya pada papa nya itu. Sampai dimana, Broto menunjukkan foto lama nya bersama dengan Lena saat mereka masih muda.

"Lihat baik-baik, bukankah ini ibu kamu? Dia persis seperti mu pada saat masih muda dulu." Ucap pria itu.

"Mama..." Gumam Zeera menerima foto itu dan mengusap nya.

"Sekarang kamu percaya kalau saya ini adalah papa kamu?"

Zeera mengangguk pelan dengan mata yang berkaca-kaca.

Broto mengeluarkan kata-kata permintaan maaf pada Zeera karena setelah sekian lama ia baru bisa menemukannya. Suasana pun berubah menjadi haru.

"Kita pulang ya? Kamu bersedia kan tinggal di rumah papa?"

"Maaf, tapi aku masih butuh waktu untuk memikirkan hal itu. Terlebih---"

"Karena mertua kamu? Papa akan mengurus itu untuk mu."

"Jangan! Aku gak mau Devan bertengkar dengan ibu nya, bagaimanapun juga mama intan adalah ibu nya Devan yang harus dia hormati."

"Sifat mu sama persis dengan Lena." Sahut Broto.

*

Villa Erlangga

Braakk!

Devan melempar sebuah amplop ke depan intan yang berisi foto-foto Zeera bersama Reza yang di ambil saat mereka dinner.

"Katakan dimana Zeera sekarang!" Bentak Devan dengan dada yang naik turun karena amarah nya.

Intan mengambil amplop tersebut dan melihat semua foto yang berada di dalamnya.

"Tch," wanita itu mendecih pelan seraya tersenyum miring, "Sudah jelas dia punya pria lain dan dengan bodohnya kamu masih mencarinya? Dimana otak kamu, Devan!"

Sudah tidak bisa mengontrol emosi nya lagi, Devan mencengkram leher Intan dengan cukup kuat.

"Aku beri peringatan sama mama, katakan dimana Zeera atau aku gak akan segan melakukan hal yang lebih dari ini sama mama!" Ucap Devan yang langsung menepiskan cengkraman nya.

uhukkk ... Uhukkk ...

"Dasar gila! Kau sudah benar-benar gila Devan! Kamu bahkan rela membunuh ibu kamu sendiri demi wanita rendahan itu!"

"Berhenti mengatakan dia seperti itu!"

"Devan, ada apa ini? kenapa kau begitu marah?" Tanya Mahen yang baru saja tiba.

"Sebaiknya papa urus istri papa dengan baik!" Ucap Devan yang bergegas pergi.

Dengan amarah yang belum mereda, Devan bergegas keluar dari rumah itu. Masuk kembali kedalam mobilnya yang di kemudikan oleh Dito.

Dito melirik sekilas ke arah Devan lewat kaca spion tengah. Ia tahu betul dengan apa yang di rasakan nya saat ini.

Celine yang sempat mengikuti Devan pun tersenyum lebar, akhirnya ia berhasil menciptakan huru hara antara anak dan ibu nya itu.

"Bagaimana perkembangan pencarian Zeera? Kau sudah menemukan jejaknya?" Tanya Devan.

"Sepertinya Aldi dan Kanya tau sesuatu, apa kita perlu mendesak mereka agar mau bicara? Dilihat dari gerak-gerik nya selama ini, sepertinya memang ada yang mereka sembunyikan.

"Bawa mereka ke tempat yang aman!" Perintah Devan pada Dito.

Malam hari, sesuai dengan perintah Devan, Dito membawa Aldi dan Kanya ke tempat yang sudah di siapkan oleh Devan sendiri. Tidak menggunakan tangan Dito langsung, melainkan menggunakan beberapa bawahan Devan untuk menculik mereka berdua.

Setelah keduanya terikat di atas kursi, barulah Dito melepaskan penutup kepala mereka berdua dan penutup mulutnya.

"Sialan Dito! Apa-apaan njir!" Ucap Aldi yang begitu kaget karena sekutunya sendiri yang menculiknya.

"Astaga Dito! Maksudnya apa nyulik kita kayak gini?" Tanya Kanya yang juga kaget.

"Maaf kawan-kawan, tapi ini perintah. Ternyata seru juga main culik-culikan." Sahut Dito cengengesan.

"Seru mata mu!" Sewot Aldi.

"Tunggulah sebentar, kalian akan tau maksud dan tujuan ku membawa kalian kesini."

"Tapi lepas dulu ikatannya." Ucap Aldi.

"Ohhh tidak bisa, karena ini perintah." Sahutnya tersenyum.

Tidak lama, terdengar suara sepatu yang beradu pada lantai marmer. Suara yang nyaring dengan langkah yang teratur membuat Kanya dan Aldi merasa cukup tegang. Sebenarnya siapa yang akan mereka temui dalam ruangan itu?

Keduanya berpikir keras, mungkinkah itu Devan? Karena Dito yang merupakan tangan kanan nya setelah Aldi, atau mungkin orang lain yang bekerjasama dengan Dito untuk urusan lain. Keduanya hanya bisa menebak dengan perasaan yang tidak menentu.

***

TBC. . .