Javier dan Jihan, 2 pasangan yang sudah menjalin hubungan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas itu terpaksa harus kandas karena tidak mendapatkan restu dari orang tua Javier.
" jika mereka tidak menerima mu, maka aku akan pergi. kita akan pergi bersama jauh dari mereka"
" tidak Javier, kita tidak akan melakukan itu"
" kita akan melakukannya"
" kamu harus menikah dengan wanita pilihan keluarga mu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 17
Hari ini Jihan kembali masuk ke kantor. Dia sudah di peringatkan oleh Irfan untuk tidak kelelahan. Jika merasa lelah harus segera istirahat tidak boleh memaksanya..
Dan sekarang Jihan sedang berkutat dengan laptop dan beberapa berkas yang menumpuk di mejanya. dia harus menyelesaikan pekerjaan nya yang sudah dia tunda.
" pegal Banget" keluhnya seraya memijit bahunya yang terasa pegal.
Jihan melanjutkan pekerjaan nya seakan lupa dengan perintah Irfan tadi pagi sebelum berangkat ke kantor.
cukup lama Jihan berkutat di sana hingga pintunya tiba tiba di ketuk dari luar.
" masuk" ujar Jihan.
tidak lama asistennya masuk seraya membawakan sebuah berkas.
" nona, anda ada jadwal meeting sekaligus makan siang dengan perusahaan Zanetti" ujar asisten nya.
Perusahaan Zanetti adalah perusahaan Javier, tentu Jihan tahu itu. Dan saat ini mereka ada meeting untuk membahas kerja sama mereka apa akan di batalkan atau di lanjutkan.
Jika Jihan pribadi sih sangat ingin mengakhiri kontrak mereka. namun jika Jihan memposisikan dirinya sebagai CEO dia tidak mungkin mengakhiri kontrak kerja mereka karena kerja sama ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak.
" sekarang?" tanya Jihan.
" iyaa nona"
Jihan berdiri dari duduknya lalu mengambil tasnya" ayo" ajaknya.
Jihan harus profesional, dia tidak boleh mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Jihan pasti bisa.
∆∆∆∆
" selamat siang, maaf membuat anda menunggu" ujar Jihan selayaknya rekan bisnis.
Javier menatap penampilan Jihan dari atas sampai bawah. Penampilan Jihan sangat elegan dan rapi khas wanita karir. padahal dulu Jihan selalu berpenampilan feminim karena itu memang gaya Jihan dulu. Mungkin sekarang sudah berbeda.
" tidak papa, kami juga baru tiba" jawab Javier.
Dia tidak mungkin menanggapi berlebihan karena ini tempat umum terlebih lagi ada Pian dan asisten Jihan disini. Dia harus bersikap selayaknya rekan bisnis.
Jihan dan asistennya duduk. Mereka sedikit berbasa basi lalu Mulai masuk ke pembahasan utama mereka
Jihan memilih untuk memperpanjang kontrak mereka. Jihan menandatangani surat kontrak tersebut. Setelah itu mereka melanjutkan ke acara makan siang bersama.
Jihan merasa risih karena sedari tadi Javier terus menatapnya. Bahkan Javier tidak pernah berpaling dari wajahnya. Jika berpaling pun paling hanya untuk melihat berkas saja.
" nona, Anda tidak boleh makan pedas, tuan Irfan berpesan agar nona makan makanan sehat" ujar asistennya Jihan saat Jihan ingin memesan seafood pedas
" tapi aku ingin memakannya" ujar Jihan kekeuh ingin makan pedas karena dia memang sangat ingin makan pedas sekarang.
" apa nona Jihan sedang sakit?" tanya Javier khawatir.
" tidak, saya baik baik saja " jawab Jihan.
Javier bernafas lega lalu dia memanggil pelayan untuk memesan.
" mbak, ada makanan yang sehat untuk ibu hamil?" tanya asistennya Jihan.
tunggu! Hamil? Javier melotot terkejut. Jihan sudah hamil? Kenapa hatinya terasa sesak dan perih? Hatinya seolah di gores oleh pisau tumpul.
" ada tuan" jawab pelayan tersebut.
" pesan yang itu satu yang mbak, dan jus pisang "
Mereka memesan makanan untuk makan malam mereka lalu pelayan tersebut berpamitan untuk pergi.
" nona Jihan sedang hamil? selamat ya nona" ujar Pian.
" terimakasih" jawab Jihan merasa canggung. apa lagi dos melihat ekspresi wajah Javier yang berubah dingin.
" rumah tangga anda terlihat sangat bahagia, apa lagi ini anak kedua bukan?" tanya Pian.
" ah tentunya" jawab Jihan canggung.
rasanya Jihan ingin mengantikan topik pembahasan mereka. namun dia tidak tahu harus membahas apa. Sumpah! Jihan merasa tidak nyaman. Pian adalah bagian dari keluarga Javier, jadi pasti berita ini akan sampai ke telinga orang tua Javier lalu mereka akan menjadikan janinnya sebagai ancaman. Jihan tidak ingin itu terjadi.
Makanan pesanan mereka tiba. Mereka memakan makan siang mereka dalam diam. Javier memakan makanan nya dengan pelan tanpa selera.
Selesai makan siang mereka segera kembali ke perusahaan masing masing.
•\=\=\=\=•
Javier duduk di kursi kebesarannya menatap foto dirinya dan Jihan yang ada di ponsel miliknya. Dia mengulir layar ponselnya sehingga menampilkan begitu banyak foto mereka yang tersimpan di sana.
" kenapa Lo bisa dengan mudah melupakan gw, Jihan?" gumam Javier menatap foto dirinya dan Jihan yang memakai baju seragam SMA mereka.
senyuman miris terukir di bibir Javier kala mengingat kembali moments saat mereka mengambil foto tersebut.
" gw kangen ji" gumamnya lesu.
dia sangat rindu, merindukan moments mereka dulu yang sangat bahagia. Apa lagi saat masa SMA. Mereka benar benar bahagia.
Saat kuliah waktu mereka mulai sedikit berkurang karena mereka sudah mulai fokus pada pendidikan dan juga Javier juga mulai magang di perusahaan ayahnya.
"apa semua kenangan kita selama 6 tahun dapat di gantikan dengan dia yang baru saja hadir di hidup mu ji? sebegitu tidak berharganya aku?"
Javier menghela nafas lelah. Ah! Minggu ini dia harus menghadiri persidangan perceraian dia dan tasya. Dia dan Tasya akan bercerai, tapi dia dan jihan belum juga mendapatkan titik terangnya.
Javier ingin menyerah dan membiarkan Jihan bahagia meskipun dia tersiksa. namun hati kecilnya mengatakan jika Jihan juga tidak bahagia. Jihan pasti sedang menutupi sesuatu dan memperlihatkan kebahagiaan nya saja.
Belum lagi tentang Jihan yang selalu ketakutan kala bertemu dengannya. dan tadi juga Jihan sempat menolak untuk memperpanjang kontrak kerja mereka. Hah! Kenapa miris sekali kisah cinta mereka.
" apa benar kata Tasya kalo ini ada hubungannya dengan mama dan papa?" gumam nya.
Jika di pikir, memang ini semua pasti ada sangkut pautnya dengan orang tuanya. Karena dari awal kedua orang tua Javier tidak menyukai Jihan, entah apa alasannya.
" gw harus cari tahu" gumam Javier.
Dia harus mulai mencari tahu tentang semua ini. Kenapa Jihan masih terus berusaha menjauhi nya. Padahal jika di pikir secara logika Jihan tidak perlu melakukan nya karena mereka berdua sama sama sudah memiliki rumah tangga. Ya, meskipun rumah tangga Javier berantakan.
" gw harus pulang ke rumah nanti" gumamnya yakin.
Javier meletakkan ponselnya di atas meja lalu membuka laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaan nya.