Lie seorang pria dari keluarga kelas menengah harus di usir dari sekte karena bakatnya yang buruk, tidak hanya itu, bahkan keluarganya pun dibantai oleh sebuah sekte besar, dia akhirnya hidup sebatang kara di sebuah desa terpencil. Tanpa sengaja Lie menemukan sebuah warisan dari leluhur keluarga, membuatnya tumbuh menjadi kuat dan mulai mencari siapa yang sudah membantai keluarganya,
akankah Lie berhasil membalaskan dendam keluarganya dan melindungi para orang-orang terdekatnya...
Cerita ini adalah fiksi semata, penuh dengan aksi dan peperangan, disertai tingkah konyol Mc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Dalam Masalah
Lie kembali menyangkal apa yang dikatakan oleh Pria tua di depannya, karena itu semua demi kebaikan dirinya. Dia belum tahu siapa pria tua itu, dan juga dia belum terlalu kuat untuk saat ini.
"Aku hanya beruntung bisa mencapai posisi ini, beberapa keberuntungan aku dapatkan sehingga bisa mempercepat kultivasi, dan hanya dengan bantuan Pil aku bisa mencapai ranah ini." jawab Lie merendah.
"Jika hanya mengandalkan Pil, itu tidak mungkin dan pondasimu pun tidak akan kokoh, di tambah pencapaian mu ini memang menentang langit, sehingga mendapatkan petir surga, aku kagum karena menghadapi petir yang begitu dahsyat, kamu hanya kehilangan kesadaran tanpa Terluka." kata Tetua itu.
"Mungkin karena aku mempunyai tubuh khusus sehingga bisa dengan cepat menyembuhkan luka." ujar Lie menjawab tanpa menyembunyikan tubuh khususnya, namu merahasiakan kemampuan lain.
Tanpa sadar, dia melihat tanganya dan menyadari bahwa terdapat gambar Naga kecil di bagian bawah lengan sebelah kiri, dia pun sempat terkejut dan bertanya-tanya.
"Haaa ternyata cincin penyimpananku pun hancur terkena petir." desah Lie tanpa sengaja.
"Cincin, Apa kau juga memiliki cincin penyimpanan?" tanya tetua itu kembali.
"Aku tadinya punya Tetua, itu adalah keberuntungan yang aku dapat dan merupakan warisan dari keluargaku, namun nampaknya cincin itu hancur karena Sambaran petir itu." jawab Lie pasrah.
Saat Lie melihat cincin Tetua itu, tiba-tiba matanya membelalak melihat tulisan di badan cincin tersebut.
"Mohon maaf Tetua, apakah anda berasal dari Keluarga Prakasa?" tanya Lie hati-hati.
"Benar, maafkan aku yang tidak sopan karena belum memperkenalkan diri, namaku Erwin Prakasa, aku adalah generasi ke-3 dari Leluhur keluarga Prakasa." angguk pria tua itu memperkenalkan diri.
"Beristirahat lah dulu, nanti ketika waktunya makan aku akan memanggilmu." lanjut Tetua Erwin pada Lie.
"Baik Tetua, sekali lagi terimakasih atas pertolongan Tetua." Lie membungkuk hormat kepada Tetua di depannya.
Kemudian, Tetua Erwin Prakasa turun dari ranjang dan keluar dari kamar Lie, sedangkan Lie sendiri segera memeriksa keadaan tubuhnya.
Dengan energi spiritualnya dia memindai seluruh seluruh tubuhnya dan dia semakin terkejut karena keadaan tubuhnya telah berkali-kali lebih kuat.
Tulangnya menjadi seputih giok, sedikit keemasan dengan petir keemasan kecil yang berenang kesana kemari di dalam tulangnya. Dagingnya pun seperti mempunyai kehidupan sendiri, dimana mereka seperti bergerak memperkuat diri mereka sendiri.
sel-sel darahnya Bergerak dengan sangat cepat, membawa Qi dan api hitam kemerahan lengkap dengan corak emas di dalamnya, mengalir keseluruh pembuluh darahnya.
Membuat aliran darah Lie menjadi tiga kali lipat lebih lancar. Dantiannya di selimuti cahaya keemasan yang sangat indah, besarnya menjadi dua kali lipat lebih tebal.
Sehingga apabila ada yang menyerang Dantiannya, di pastikan dantian itu akan baik-baik saja.
Energi Qi di dalam dantian juga semakin melebar, seolah daratan yang mengelilingi danau. Qi itu juga berwarna biru cerah, seperti langit sebagai tanda jika Lie sudah menembus tingkatan menengah awal.
"CK, petir surga benar-benar sangat hebat, dia bisa menaikan ranahku dengan cepat." gumam Lie takjub.
Saat dia menuju lautan spiritualnya, dia melihat sebuah pulau di tengah lautan kabur susu. Di tengah pulau terdapat istana megah yang di atasnya terlihat petir emas berderak tanpa suara.
"Jika Mayang tahu aku sekarang menguasai elemen petir, bagaimana reaksinya." kekeh Lie dalam benak begitu melihat petir di atas istana.
Cahaya yang terlihat dari derak petir yang mengelilingi lautan spiritualnya, membuat Lie sangat takjub dan melangkah kearah istana yang ada di depannya.
"Kakak.... Akhirnya kamu datang berkunjung kesini?" teriak girang Bara sambil melompat-lompat kecil.
"Apa kamu baik-baik saja bara?" tanya Lie yang sudah berada tepat di depan Bara, dan mengelus kepala kecil itu dengan halus.
Semenjak Api Abadi itu melahap api Pheonik, dia selalu mengambil wujud seorang manusia.
"Aku baik-baik saja Kak, hanya saja aku takut saat banyak petir emas yang menghancurkan ruangan ini. Untung aku sudah tumbuh dan kekuatanku bisa mempertahankan diriku dan jiwa kakak." jelas Bara dengan tubuh yang gemetar saat membayangkan kejadiaan yang sebelumnya.
"Maaf telah membuatmu khawatir, aku juga tak menyangka jika petir itu akan hadir di ujian penerobosan." Lie berkata sambil tetap tersenyum.
"Tidak apa-apa Kak, yang penting Kakak selamat dan baik-baik saja, Oya.. Ini adalah istana spiritual kakak, jiwa kakak dan aku tinggal disini, istana ini juga akan melindungi kakak dari serangan jiwa dan juga bisa mengkoneksikan kekuatan langit dan bumi." jelas Bara, lalu menambahkan. " di dalamnya juga ada lukisan, di dinding istana yang aku tidak tahu gambar apakah itu."
"Hmmmm.... Mari kita lihat apakah itu." jawab Lie.
Namun sebelum dia melangkah lebih jauh ke dalam istana, tiba-tiba persepsinya menangkap gerakan tak jauh dari kamarnya, seperti hendak menuju kearah kamar Lie.
Lie menduga itu adalah Kakek yang telah menolong dirinya yang akan memanggil dirinya untuk makan siang.
"Bara, kita akhiri dulu, ada yang datang, nanti malam kita bertemu lagi." kata Lie sambil menurunkan Bara dari pangkuan.
"Baik kak, nanti aku ajak berkeliling istana ini lagi." angguk bara.
*
Tak lama Lie pun kembali ke tubuhnya dan dia membuka matanya bertepatan dengan suara ketukan pintu.
"Saudara... Keluarlah, mari kita makan bersama kakek sudah menunggu." terdengar suara kecil merdu semerdu kicauan burung kenari di pagi hari.
"Baik Nona cantik, tunggu sebentar." jawab Lie sambil turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar.
Saat Lie membuka pintu kamar, seraut wajah cantik hadir tepat di pandangannya. Sebuah wajah oval dengan hidung yang mancung, bibir sedikit tebal berwarna merah menggoda, sepasang mata indah bola pingpong, menambah daya pikat yang orang yang melihatnya.
Tubuhnya tinggi semampai, sedikit berisi dengan pinggul bagai gitar spanyol, sejenak Lie terpaku menatap keindahan di depannya dia tersadar saat mendengar deheman gadis itu.
"Eh, maaf nona, aku baru pertama melihat wanita cantik secantik bidadari ini dan rasanya itu seperti mimpi." ucap Lie sambil tersenyum dengan menggaruk bagian kepalanya.
"Hihihi.... Kamu bisa saja, apa perlu aku benturkan kepalamu ke pintu agar kamu tahu jika itu adalah nyata." jawab gadis itu dengan suara yang merdu di sertai tawa.
Bohong jika Lie tidak terpesona saat melihat kecantikan Gadis di depannya ini. Begitu pula dengan gadis itu yang sedikit kaget saat melihat ketampanan Lie.
"Sudahlah, ayo kita makan, kakek sudah menunggu." ajak gadis itu kembali.
"Mari tolong, tunjukan jalannya." angguk Lie.
"Jangan terlalu sopan, panggil saja namaku Acha, dan kedepannya jangan sungkan, karena aku sudah lama tidak memiliki teman." imbuh gadis itu seraya berjalan.
"Baik Nona Acha, namaku Lie, salam kenal." jawab Lie sambil tersenyum manis.
wajah Acha langsung berubah merah saat mendapatkan senyuman manis dari Lie, dia mengangguk sedikit kemudian memalingkan wajahnya.
Saat Acha berjalan di depannya, mata Lie berpendar biru cerah. Dia menggunakan mata api untuk melihat kondisi Acha, hatinya sedikit terusik saat melihat wajah Acha yang terlihat pucat dan tubuhnya sedikit mengeluarkan hawa dingin.
Dalam pandangannya terlihat jalur Meridian berwarna biru muda tipis, yang dilewati awan putih tengah tersendat-sendat. Karena di beberapa titik terdapat gumpalan kecil berwarna biru tua, tersebar di seluruh Meridian.
Bahkan di dekat saluran darah jantungnya pun terdapat gumpalan yang lebih besar, sementara dantian Acha tertutup selaput biru, juga menyisakan retakan kecil dari jalannya aliran Qi.
Tanpa sengaja Lie menghela nafas, hal ini menarik perhatian Acha, membuatnya melirik ke arah belakang dimana Lie sedang menatapnya dengan wajah prihatin.
Acha sedikit tercengang saat menyadari mata Lie yang tiba-tiba berwarna biru menyala. dan sepertinya, semua yang ada pada dirinya tak luput dari pandangan Lie. Hal ini membuatnya kurang nyaman.
"Apa yang kamu lihat? Ternyata kamu mesum juga, menggunakan kemampuanmu untuk melihat tubuhku." kata Acha dengan nada tinggi, menandakan ketidaksukaanya dengan tindakan Lie.