Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siuman
Dipukul lima sore tepat mobil Yoona akhirnya sampai di depan rumah nya, selama seharian penuh ia sama sekali tidak pulang kerumahnya dia memilih untuk menghabiskan waktu di bar untuk menghindari tatapan mamanya. Kini ia sedang duduk bersantai di ruang tamu sembari membolak balikan kantong hitam di tangannya.
"Yoona." Panggil Evie ketika melihat putrinya merenung di sana.
"Mama."
"Apa yang tengah kau lakukan disini, kemana saja kau seharian penuh hari ini?"
"Yoona keluar sebentar Ma."
"Lalu apa kau sudah memberikan racun itu, kenapa masih belum ada reaksi apapun darinya." Tanyanya dan seketika Yoona langsung menunjukkan kantong hitam itu pada mamanya.
"Kau belum memberikan nya, kenapa, apa yang membuat mu tiba-tiba berpikir keras seperti ini Yoona, kau tinggal menyuntikan cairan itu bukan."
"Aku tidak ingin bermain kotor ma, aku tahu dia pria berbahaya bagi ku, tapi aku tidak ingin dikira pengecut karena hanya bisa membunuhnya di keadaan seperti ini." Jawab Yoona.
"Mama tahu alasanmu tiba tiba bersikap seperti ini Yoona, sekarang mama tanya, sejak kapan putri mama ini pintar berbalas Budi hmm, lalu kalau dia sudah menyelamatkan mu lalu kau ingin membalas kebaikannya dengan cara memberikan semuanya padanya, dengar ini adalah kesempatan emasmu jangan sampai kau lewatkan kesempatan ini."
"Kau tidak akan mendapatkan kesempatan ini dua kali dari dalam hidupmu mengerti, sekarang kau berikan racun itu padanya, mama nggak mau tahu apapunitu alasan mu faham." Tegasnya lagi.
"Tapi Ma...."
"Yoona..." Panggil Vigor yang tiba tiba datang ke ruangan itudan sontak membuatnya menyembunyikan barang tadi.
"Ahh iya Pa,,,"
"Kau disini rupanya, papa sudah mencari mu kemana mana tadi." Lanjutnya sembari menghampiri Yoona dan Istrinya disana.
Yoona mengalihkan pandanganya. 'Mampus kau Yoona.' Batinnya.
"Apa yang kau lakukan disini eoh, bukankah ini waktumu membantu Leo, kau tahu dokter sudah mencarimu dari tadi." Ucap Vigor.
"Itulah yang aku katakan padanya dari tadi padanya, aku sudah bilang dokter sudah memanggil nya untuk mengganti perban kadena mereka sudah mengganti infusnya, tapi dia tetap saja keras kepala tida mau kesana." Sahut Evie yang membuat Yoona benar benar terpojok sekarang.
"Kenapa?"
"Begini pa, saat ini aku sedikit tidak enak badan, jadi kalau aku dekat dekat dengannya aku takut dia akan tertular." Tipunya
"Kau sakit?apa kau demam atau semacamnya?Kenapa tidak memberitahu papa hmm." Khawatirnya sebab Yoona jarang sekali mengeluh sakit padamya.
"Tidak pa, Yoona hanya sedikit pusing dan Flu itu saja."
"Jadi bagaimana sekarang, pasalnya sejak kau memutuskan untuk melakukannya, para dokter itu menjadi tidak enak denganmu jika mereka yang menggantinya."
"Ahh tidak mengapa pa, aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu, papa katakan pada dokternya kalau aku sedang tidak enak badan, jadi biar mereka yang mengganti nya." Ucap Yoona.
Evie melirik tajam kearah Yoona 'apa yang dilakukan.' batinnya sembari menatap tajam putrinya itu.
"Tunggu, Yoona kalau kau tidak bisa mengganti bajunya, setidaknya tidak mengapa kalau kauhanya mengganti perban nya, kau tidak akan terlalu dekat dengannya, lagi pula para dokter itu perempuan apa kau mau berbagi pandangan dengan mereka." Bujuk Evie.
"Betul itu, mamamu ada benarnya, gantilah perbannya saja tidak mengapa, itu tidak akan menjadi masalah." Timpal Vigor.
'sial, seharusnya aku tadi langsung pergk dari rumah.' batin Yoona dengan penuh penyesalan.
"Ayo, lebih cepat akan lebih baik." Ajak Vigor lalu keluar dari ruang itu.
Yoona yang mendengar semua itu hanya bisa menghela pasrah dengan keadaan yang tengah terjadi padanya.
Langkah berat Yoona akhirnya masuk juga kedalam kamar itu, sesampainya disana Yoona pun segera menutup pintu kamar dan menghampiri pria yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Melihat hal itu dia hanya bisa menghela nafas panjang sembari duduk disampingnya lalu mulai membuka satu persatu kancing bajunya untuk mengganti perbannya.
"Dasar pria lemah, kau hanya terluka seperti ini saja sampai merepotkan ku seperti ini, aku tidak yakin kalau dokter itu benar benar menganggap mu masih hidup, sedangkan aku setiap hari melihat mu seperti sudah mati." Ucap Yoona sembari membersihkan luka Leo.
"Nggak hidup nggak sekarat kenapa kau selalu menyusahkan diriku, kau tahu karena mu aku terjebak dalam dua pikiran sekarang, aku tidak tahu aoa yang harus ku lakukan sekarang, karena aku tidak mau dianggap sebagai pengecut oleh arwahmu nanti."
"Kenapa kau tidak langsung mati saja Eoh hari itu, kalau kau masih berniat hidup cepatlah bangun jangan hanya berbaring konyol seperti ini, setidaknya jangan merepotkan diriku." Yoona terus mendumel tidak jelas karena kesal dengan semua itu, sebab disisi lain ada papanya yang berusaha agar dia selalu dekat dengan Leo sementara di sisi lainnya ada mamanya yang terus mendesaknya untuk membunuhnya. Sementara dia sendiri sekarajg dalam posisi tidak mau dekat ataupun menuruti salah satu dari mereka.
"Ahh jadi kau tidak benar benar ikhlas membantuku." Ucap Leo tiba tiba.
"Tentu saja tidak, tujuan utamaku sebenarnya ingin memberikan racun ini, tapi karena kebodohanmu kau menjebakku dalam pikiran tidak jelas ini, aku harap Tuhan memberiku imbalan besar setelah ini." Jawabnya yang melum menyadari nya sembari melilitkan perban baru disana.
Leo tersenyum puas mendengar kalimat yang terus terlontar dari dalam mulut Yoona. "Begitukah, berarti pengorbanan ku itu tidak sia sia, dan seperti yang ku katakan sebelumnya aku yang menang." Ucapnya sembari memegang tangan Yoona yang sibuk memperbaiki perbannya.
Yoona terkejut bukan main ketika melihat pria itu sudah membuka matanya dengan begitu lebar. " K KA kau, kau kapan bangun?" Tanyanya sementara Leo langsung melepaskan semua alat medis yang masih terpasang di tubuhny.
"Tiga jam yang lalu." Jawabnya singkat dan bangkit dari tidurnya dan duduk.
"Tunggu kalau begitu jadi papa tahu hal ini, tapi papa tadi bilang...."
"Ahh tentang paman, tadi aku sudah bilang kalau aku ingin merahasiakan hal ini darimu, karena aku ingin memberi kejutan padamu."
Yoona menggeleng heran dan kecewa "Gila, kau benar benar pria gila Leo."
"Itu karena dirimu sayang." Jawabnya dengan senyum manis yang begitu mengembang di setiap ujung bibirnya seakan akan dia sama sekali tidak merasa bersalah terhadap nya.
Leo melipat kedua tangannya dan menatap Yoona. "dan sekarang bukankah kau harus mengakui kemenangan ku, buktinya kau tidak bisa memberikan racun itu padaku." Ejeknya.
"Apa mengakui kemenangan mu? Cih jangan mimpi,aku tidak memberikan racun ini karena aku ingin membunuhmu dengan cara yang berani, bukan seperti pengecut seperti ini." Cetus Yoona.
"Kau bena benar wanita yang tidak kenal terima kasih, aku sudah menyelamatkan mu tapi kau malah ingin membunuhku, dengar jika aku tidak ada disana waktu itu kau sekarang pasti sudah menjadi boneka mantanmu itu." Tangkasnya.
"Itu salah mu sendiri, siapa yang menyuruhmu untuk menyelamatkan diriku, kenapa kau tidak membiarkanku mati disana, bukankah itu tujuanmu."
"Jika aku membiarkanmu mati disana, lalu apa yang akan dikatakan pihak media nanti, apa mereka akan mengatakan seorang CEO muda baru lulusan terbaik universitas Canada menjadi seorang duda sehari setelah setelah pernikahan nya begitukah."
"Lagi pula aku bisa terluka seperti ini juga karena ulahmu, jika kau menuruti perkataan ku untuk pergi dan bersembunyi mantan calon suamimu itu tidak akan mengerang ku seperti ini. Ini nqmanya yang punya masalah kau tapu aku yang menjadi korbannya, apa lagi dia adalah mantan mu, aku seakan akan sudah seperti orang yang sudah merebut kekasih orang lain." Omelnya
"Aku baru tahu kau ternyata suka ngomel nggak jelas seperti ini, ku kira kau tipe orang yang tidak banyak bicara ternyata, yyahh sudahlah."
"Tapi dari mana kau tahu kalau yang menyerang ku waktu itu adalah mantan calon suamiku?"
"Bukankah sudah ku katakan padamu, aku sudah mengetahui semuanya tentang mu, aku juga hafal siapa saja pria yang sempat ingin kau jadikan suami termasuk dia." Jawabnya.
"Jadi selama ini kau menguntit ku?"
"Apa tidak ada kata lain selain penguntit, aku bukan pria semacam itu, memang kau saja yang tidak mengenal ku sepenuhnya." Tangkasnya
"Cihh, sudah salah nggak mau ngaku." Gerutu Yoona.
"Oh iya kenapa kau hanya mengganti perban ku saja, paman bilang selama ini kau juga yang mengganti pakaian ku." Tanya Leo yang membuat Yoona semakin speechless dia benar benar tidak mengerti kenapa papanya bisa membocorkan semua itu padanya.
"Itu karena dia sedang tidak enak badan Leo, jadi dia hanya mengganti perban mu saja." Sahut Vigor yang tiba tiba masuk sembari membawa nampan berisi makanan.
Vigor meletakan nampan makanan itu di atas meja yang ada di samping Yoona. "Kau belum selesai mengganti perbannya, kalau begitu selesaikan lah, setelah itu suruh ia makan." Lanjutnya.
"Tidak pa, aku sudah selesai, dan aku juga ingin keluar makan malam." Jawab Yoona sembari berdiri dari tempat duduknya.
Vigor mengangguki jawaban putrinya itu hingga mereka pun akhirnya keluar dari dalam kamar itu dan membuat Leo seketika merenung.
"Kau mau keluar sekarang, umm sayang tidak bisakah kau disini sebentar saja, lihatlah tangan kananku masih sangat kaku dan sakit, apa kau tidak mau membantuku untuk makan Eoh, sebentar saja, tiga suapan juga tidak mengapa." Mohonnya dengan nada manjanya yang berhasil menghentikan langkah mereka termasuk Yoona.
"Paman kau tahu kan apa yang ku rasakan sekarang, aku sebenarnya sangat lapar sekarang, tapi aku tidak tahu cara memakannya." Lanjutnya berusaha membujuk Vigor.
"Aku akan memanggilkan pelayan untuk membantu mu makan." Sahut Yoona.
Leo menggeleng dengan bibir kerucut nya. "Aku tidak mau makan jika bukan kau yang membantuku." Jawabnya singkat hingga membuat Yoona seketika membelalakkan matanya sebab ia benar benar tidak menyangka pria seperti nya bisa memohon seperti itu.
"Yoona, kau sebaiknya disini dulu, bantulah dia dulu, kau tenang saja sebagai imbalannya nanti papa akan menyuruh koki untuk memasak makanan kesukaan mu." Pintanya dan berhasil membuat kedua ujung bibir Leo terangkat.
"Apa? Tapi pa Yoona juga lapar." Keluh Yoona namun Vigor tidak menghiraukannya dan keluar dari kamar itu meninggalkan putrinya.
"Ahhh sialll, YYAKK sebenarnya maumu itu apa Eoh, apa masalah mu padaku? Kenapa kau terus merepotkan diriku, tidak bisakah kau membiarkan ku hidup nyaman, jika kau tidak bisa makan, ya udah tidak usah makan." Protesnya.
"Kau tanya apa maksud ku? Aku hanya mau dekat denganmu, apa itu salah, lagi pula bukankah sudah menjadi kewajiban mu untuk selalu melayani ku." Jawabnya.
"Dengar Leo, aku mau menikah denganmu, bukan berarti aku mau jadi budakmu, lagi pula umurku dan umurmu hanya berjangka beberapa tahun, jadi jangan pernah berpikir aku akan takut padamu."
Leo memiringkan kepalanya heran dengan setiap kalimat yang keluar dari dalam mulutnya itu yang selalu terdengar pedas hingga menusuk ke hati. "Sayang kenapa kau begitu membenci ku Eoh, apa aku pernah menyakiti mu, aku hanya ingin kau menyuapiku itu saja, apa kau tega melihat suamimu ini mati kelaparan karena dirimu."
"Bukankah itu lebih baik, setidaknya kau bisa hilang dari kehidupan ku dan yang terpenting aku tidak perlu mengotori tanganku untuk membunuh mu."
Leo seketika terdiam mendengarnya sementara Yoona masih berdiri jauh darinya. "Kemari dan duduklah, kenapa sulit sekali untuk menyuruh dekat dengan ku, kau tenang saja aku tidak akan menggigit mu." Pintanya sekali lagi sehingga membuat istrinya itu semakin kesal dan akhirnya duduk disampingnya.
Leo tersenyum senang akhirnya gadis nya itu mau menurut padanya, sementara Yoona mulai mengambil semangkuk nasi dan sup yang sudah papanya siapkan tadi. "Dengar aku melakukan semua ini hanya karena papa yang menyuruhku, bukan karena aku kasian padamu."
"Aku tahu lagi pula aku tidak suka dikasihani." Jawabnya, namun Yoona sama sekali tidak menghiraukannya dan langsung menyuapi suaminya itu dengan nasi dan sayur. Sementara Leo tanpa merasa bersalah sama sekali Terus menerima suapan darinya sembari menatap raut wajah Yoona yang terus cemberut karena dirinya.
"Tersenyumlah sedikit untuk suamimu ini sayang, kenapa kau terus menekuk wajahmu seperti itu, kau tahu makanannya terasa hampar karena kau tidak mau tersenyum saat menyuapi ku." Bujuknya.
"Bukankah itu lebih baik, tidak baik untuk orang sakit seperti mu makan makanan yang mengandung gula atau penyedap, sudah cepat habiskan aku juga ingin makan." Ketusnya.
"Kau mau ku suapi?" Tanyanya.
Yoona tertawa keras setelah mendengar pertanyaan yang ia anggap konyol dan lucu itu. "Kau? Kau menyuapiku? Untuk makan sendiri saja kau tidak bisa kau ingin menyuapiku, katakan padaku bagaimana caranya Eoh?" Ujarnya lalu menyodorkan satu sendok makanan lagi padanya.
"Kau meremehkan ku?"
"Aku tidak meremehkan mu, tapi bukankah semua itu fakta, sudahlah jangan banyak bicara ini makanlah, papa akan memarahi ku jika makanannya tidak habis."
Leo menggeleng dengan maksud menolak permintaan nya itu. "Tidak mau, kau dari tadi terus memberiku nasi dan sayur, tidak bisakah kau memberiku daging itu juga" protesnya.
"Loh kok ngatur, terserah aku kan aku yang menyuapimu." Tangkasnya namun Leo tetap mengekang tidak mau membuka mulutnya untuk makan, sehingga membuat Yoona pasrah dan akhirnya mengambil daging itu menggunakan sumpit.
"Baiklah, ini untukmu, kalau seperti ini terus bisa bisa aku kena masalah karena mu." Lanjutnya sembari menyodorkan sepotong daging padanya.
Leo menerima suapan nya itu dan berhasil menggigit setengah dari daging itu. "Kenapa kau terus menatap ku? Cepat maka....." Potongnya ketika Leo tiba tiba menarik tengkuk lehernya dan mengambil alih bibirnya sehingga ia berhasil memasukan setengah potongan daging yang itu kedalam mulutnya.
Yoona langsung membelalakkan kedua matanya sementara pria itu mulai mendorong setengah dari daging itu masuk kedalam mulut Yoona menggunakan lidah nya. "Makanlah, itu suapan spesial dariku." Ucap Leo sedangkan Yoona masih terdiam syok menatapnya. Dan tanpa Gadis itu sadari dia perlahan mengunyah sedikit demi sedikit daging itu dan berusaha menelannya.
"Bagaimana? Kau tidak akan menemukan cara ini pada pria manapun, apa Kau mau lagi?"
"Dasar kau ba...." Leo kembali mengunci bibir Yoona dengan bibirnya kembali dan perlahan melumat nya. Pangutan itu terjadi cukup lama hingga beberapa menit kemudian Yoona pun langsung mendorong kuat tubuh Leo hingga melepas paksa kedua bibir mereka.
"Mulai sekarang jangan mencariku lagi." Tegasnya lalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan itu sebelum ia menyelesaikan tugasnya. Sementara Leo sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dia bahan merespon ucapnya Yoona itu dengan senyuman manis miliknya.
***
Sedangkan di sisi lain, sebuah mobil hitam baru saja tiba didepan sebuah villa besar yang terletak cukup jauh dari kota. Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, pemilik mobil itu pun akhirnya keluar dari dalam sarangnya, langkah kakinya mulai mrnaoak dan terdengar ketika ia baru saja menginjak lantai yang terbuat dari kayu, lebih tepatnya lantai taman depan vila itu.
"Sudah lama aku tidak bertemu denganmu Vigor, bagaimana kabarmu?" Ucap seorang pria yang memiliki tinggi sekitar 170 sentimeter.
"Seperti yang kau lihat aku baik baik saja."
"Kemana saja kau satu Minggu ini, apa kau ada bisnis ke luar negeri?" Tanya sebab di ingat ingat Tuan Vigor datang kasana karena dia yang memanggilnya untuk menemuinya.
"Bisnis keluar Negeri? Tentu saja tidak? Satu Minggu ini aku sedang sibuk menyiapkan acara pernikahan putriku, maafkan aku karena tidak memberikan kabar padamu." Jawab Vigor pada pria yang sudah berumur sekitar 40 tahunan itu.
"Acara pernikahan putrimu, Yoona maksudmu? Kenapa kau tiba tiba menikahkan nya, aku sangat kecewa padamu, apa kau lupa akan janjimu itu." Tegasnya.
"Maafkan aku Akio, aku menikahkannya untuk memenuhi syarat agar Leonard mau membantu kita mencari tahu mengenai mafia hitam itu"
"Leonard, maksudmu Leonard David dari keluarga Alexander?"
"Benar sekali, Kau mengenalnya?" Tanya Vigor.
"Cih....tentu saja aku mengenalnya, siap yang tidak mengenal pria licik itu, dia bahkan sempat jadi musuh kebuyutanku, dan bisa bisanya kau malah menyeretnya lagi padaku." Protesnya sehingga membuat mental Vigor sedikit menciut dan hampir tidak bisa menatapnya.
"Tapi dia sama sekali tidak tahu apa apa tentang hubungan kita, dan lagi pula pernikahan itu bertujuan agar kita bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan informasi tentang Mafia hitam itu, sebab hanya dia yang bisa menyelidiki hal semacam itu dan membantu kita." Jelasnya yang berusaha untuk membela diri sebab meskipun ia sudah mengenal Akio sangat lama tapi dia masih punya rasa takut padanya
"Kalau dipikir-pikir dia bahkan bisa menembus dinding pertahanan tuan Bert dan mendapatkan sampel irisnya dengan mudah yang bahkan aku sendiri tidak mampu melakukannya."
Akio menghela nafas panjang. "Sebenarnya aku sangat marah padamu karena aku sudah lama Sekali menunggu dan mengidamkan putrimu itu, tapi kau malah menikah kan calon istriku itu pada orang lain tanpa persetujuan dan izin dariku!!!" Bentaknya.
"Aku tidak mau tahu, setelah dia sudah menyelesaikan tugasnya, aku ingin kau segera menceraikan mereka berdua dan menikah kan ku dengan Yoona, mengerti!!!"
"Tentu saja Akio." Jawabnya.
"Segera bersiap untuk pergi ke Italia, kita harus mencari di kaki gunung mana Anthony menyembunyikan semua kekayaannya."
"Kita tidak memiliki informasi apapun mengenai brankas itu, apa tidak sebaiknya kita menunggu Leo mendapatkan informasinya."
"Kau ingin aku menunggu sampai berapa lama lagi!!!, sudah bertahun tahun lamanya aku menunggu hal ini, kita sudah punya sampel irisnya, kita hanya perlu kesana."
"Cihh kalau bukan karena orang itu, aku sudah terlebih dulu merebut kekuasaan Anthony, entah siapa dia sebenarnya, kenapa dia pintar sekali menutupi identitasnya, sial." Kesalnya.
Vigor hanya diam mendengar semua perkataan yang terus keluar dari dalam mulut Akio yang sudah lelah menunggu hingga saat ini. "Segera tanyakan informasi apa saja yang sudah dia dapatkan mengenai mafia hitam itu dan juga brankasnya, aku tidak mau menunggu terlalu lama lagi." Lanjutnya.
"Baik, aku akan segera menanyakan nya pada Leo setelah ini." Jawabnya singkat.