NovelToon NovelToon
Bos Muda

Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Si Mujur
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Humble

Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana bisnis

Arsa menatap keduanya secara bergantian, sebelum akhirnya terdengar suara Harris yang menjawabnya

“Arsa, sepertinya mereka merencanakan niat buruk pada Irish.” Ucap pemuda ktu sambil menggelengkan kepalanya, seolah menyesal karena tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikannya.

Arsa sempat tertegun sejenak, karena tidak begitu percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bryan itu. Namun, Harris juga ikut bersuara dan menjelaskannya.

“Yah, sepertinya memang begitu.. Arsa, anak-anak orang kaya itu tidak tahu batas. Mereka hanya mencari kesenangan tanpa memikirkan yang lainnya.” Ucap Harris sambil meletakkan bokongnya di kuris panjang yang ada di sana.

Arsa hanya bisa mengangguk kepalanya tanda mengerti. Dia juga tau apa yang dikatakan Harris memang ada benarnya.

“Aku tidak peduli. Aku harap, jika suatu saat kalian kaya, kalian tidak pernah berubah.”

Setelah mengatakan hal itu. Arsa kembali di sibukkan dengan mengusap-usap layar ponselnya. Sebenarnya, hal itu sedikit menganggu keduanya.

Namun karena malam ini Arsa telah melakukan sesuatu yang akan segera berdampak begitu besar pada mereka, Bryan dan Harris memilih untuk membiarkannya saja.

Lagipula, menurut mereka. Ini kali pertama Arsa memiliki sebuah benda yang memiliki harga yang bisa dikatakan luar biasa bagi orang-orang seperti mereka.

Bryan dan Harris berpikir saat itu Arsa hanya melihat-lihat fitur pada ponsel barunya. Keduanya hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Sa, lanjutkan nanti saja. Busnya sudah datang.” Ucap Bryan sambil berdiri, begitu melihat yang mereka tungu akak segera berhenti.

Namun saat itu Arsa tidak mendengarnya. Bahkan, jika keduanya sedikit memperhatikan, saat ini alis Arsa bertaut, seolah baru saja menemukan sesuatu di layar ponselnya.

Harris yang menyadari pemuda itu tidak mendengarkan Bryan yang sudah lebih dulu masuk kedalam bus, menghampirinya.

“Wooi.. ayo naik!” Seru Harris, sambil memukul bahu Arsa.

Arsa tersentak dengan aksi Harris yang tiba-tiba itu, lalu mengangkat kepalanya. Cepat dia berbalik, namun kakinya tidak melangkah sedikitpun.

Harris yang sudah berada di atas bus lebih dulu, berbalik dan berteriak. “Hei. Arsa Ap—,”

Belum sempat Harris menyelesaikan kata-katanya, Arsa yang masih berada di bawah memotongnya. “Kaliaj duluan saja. Aku akan keperluan yang harus aku urus.”

Mengatakan itu, Arsa berbalik dan berniat pergi begitu saja. Akan tetapi, begitu pintu bus itu mulai tertutup, Arsa kembali menoleh pada Harris dan berkata. “jangan lupa, besok kalian harus ke kantor DC…!”

Harris terlihat akan mengatakan sesuatu, tapi pintu bus akhirnya sudah tertutup. Dia hanya bisa melihat Arsa berjalan sebentar, sebelum akhirnya menghilang dari pandangannya, karena arah bus berjalan berlawanan arah.

“Dia tidak ikut?” Tanya Bryan heran, karena ada Harris yang naik, dan mendekat padanya di kursi belakang.

“Dia bilang ada sesuatu yang harus dia urus lebih dulu.” Jawab Harris, lalu menempelkan bokongnya pada kursi dan bersandar.

“Anal itu, bekerja keras untuk hidupnya. Aku rasa dia baru saja meluangkan waktu untuk mengikuti keinginan kita, padahal seharusnya dia bekerja paruh waktu.” Ucap Bryan, dengan nada sedikit menyesal.

Mendengar itu, Harris langsung mengangguk kepalanya. “Ya, bahkan jika memang Nona Clara berhutang padanya, seharusnya dia meminta hal untuk dirinya sendiri. Tapi.. lihatlah! Apa yang dia lakukan. Arsa memberikan kesempatan besar itu, pada dua pemuda bodoh dan keras kepala seperti kita ini.” Ujarnya dengan nada merendah.

Mendengarnya, Bryan menganggukkan kepala sambil menelan ludah. Apa yang baru saja di katakan Harris, benar-benar tidak bisa di pungkiri dan itu terasa menyakitkan.

“Jika aku berhasil nanti, aku bersumpah akan benar-benar membalas kebaikannya.” Ucap Bryan penuh tekad.

Meski terdengar pelan, tapi apa yang Bryan ucapkan penuh tekad dan bersungguh-sungguh.

“Bryan, bahkan jika gagal sekalipun, jika di masa depan Arsa meminta bantuan, meski harus membunuh seseorang, aku tetap akan melakukannya. Karena jelas, siapapun orang itu, memang pantas mendapatkannya.” Timpal Harris.

Keduanya tahu terlepas dari otaknya yang sangat cerdas, namun Arsa memilih untuk berkuliah di fakultas perkebunan, yang membuat mereka heran. Arsa adalah pemuda naif, dan cenderung bodoh saat bersosialisasi.

Akan tetapi, disaat bersamaan mereka sangat yakin bahwa teman mereka itu, sangat tulus dan baik

“Ya, kau benar…. Siapapun yang membuatnya marah, pasti adalah seseorang yang benar-benar brengsek dan pantas mati!” Balas Bryan tegas, menyetujui apa yang dikatakan oleh Haris.

**

Sementara itu, setelah memastikan bis yang membawa kedua rekannya itu pergi, Arsa kembali duduk di tempat dimana dia menunggu bus.

Dia menghubungi Clara dari ponselnya. Tidak butuh waktu lama, setelah dia mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga, sambungan itu pun terhubung.

“Tuan One..?”

“Clara, aku akan mengirimkanmu sebuah file dan pelajari. Besok aku akan—,”

Kata Arsa terputus saat melihat sebuah mobil baru saja berhenti tepat di depannya, saat dia baru saja duduk di kursi hate.

Tahu bahwa dia sama sekali tidak mengenali orang di dalam mobil itu, Arsa segera ingin melanjutkan apa yang tadi dia katakan.

Namun, saat pintu pengemudi mobil terbuka dan melihat siapa yang keluar dari sana, Arsa langsung menurunkan ponselnya.

“Clara, apa kamu tidak memiliki sopir.” Tanya Arsa heran dan terkejut.

Mendengar itu, Clara hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala. Karena seharusnya yang paling heran disini adalah dirinya.

Pemuda yang bertanya itu adalah pemilik perusahaannya. Meski tidak ada sopir yang membawa mobilnya, setidaknya gadis itu masih berkendaraan dengan mobil mewah.

Akan tetapi, Arsa sendiri berjalan kaki dan terlihat sedang menunggu bus yang akan membawanya pulang. Sungguh benar-benar tidak dapat di percaya oleh siapapun.

“Tuan One, apa kau keberatan?” Tanya Clara, yang langsung di pahami oleh Arsa saat itu juga.

Jika tidak ada sesuatu yang sangat penting, tentu saja dia sangat keberatan. Namun, Clara yang tidak begitu yakin dengan tawarannya, sempat terkejut karena tiba-tiba saja Arsa mendekatndan membuka pintu mobilnya.

Cepat Clara kembali masuk, dan menekan tombol yang mengunci pintu tersebut. Beberapa saat kemudian, begitu kedua pintu tertutup, Clara mendengar suara dari Arsa.

“Jalanlah! Aku akan menjelaskan padamu.” Kata Arsa, dengan suara datar.

Perlahan mobil mulai berjalan. Arsa kembali melihat pada layar ponselnya, lalu bersuara kembali.

“Clara, aku ingin DC terlibat dalam proyek ini.” Ucap Arsa, sambil menunjukkan sebuah gambar di ponselnya pada Clara yang sedang menyetir.

Clara cepat melihat apa yang Arsa tunjukan secara sekilas, dan coba mengingatnya sebelum kembali menatap kearah jalan.

“Bukankah itu proyek pembangunan pusat hiburan terbesar di kota Dreams yang tengah berlangsung?” Tanya Clara, tapi matanya tetap fokus menatap jalanan.

Arsa mengangguk dan menjawab. “Ya, aku ingin kita berinvestasi disana.”

“Tuan One, aku—,”

“Arsa…!”

“Hah?”

Clara sempat menoleh ke sebelah kanannya sebentar, lalu kembali menatap jalanan dengan wajah terkejut.

“Panggil aku Arsa.”

“Maaf, aku tid—,”

Arsa menggelengkan kepalanya, yang mana itu membuat Clara terdiam untuk beberapa saat.

“Setidaknya, disini tidak ada orang. Kau sudah tau jika aku lebih muda darimu bukan?” Ujar Arsa sambil tersenyum.

Tentu saja Clara tau, tapi ini bukan masalah umur. Arsa memiliki kedudukan yang sangat berbeda dimatanya, bahkan selururh keluarganya sangat menghormati dirinya.

Memanggil pemuda yang ada di sampingnya dengan langsung menyebut namanya, adalah hal yang paling tabu di dalam keluarga Parker.

Clara masih terdiam untuk beberapa saat mencoba mencerna sambil tidak mengeluarkan suara apapun. Arsa pun berniat untuk mengabaikannya dan melanjutkan penjelasannya.

Namun, saat itu dia menyadari ada sesuatu yang aneh disana. Kening Arsa berkerut, sebelum kembali menoleh pada Clara.

“Apa kau memang terbiasa mengendarai mobil dengan kecepatan seperti ini?” Tanya Arsa heran.

Meski mobil yang dibawa Clara adalah mobil sport, namun lajunya sangat pelan sekali, dan saat ini, Arsa mendapati jika wajah Clara terlihat sangat gugup.

Tidak seperti dugaan Arsa, sebenarnya Clara terbiasa mengendarai dengan kecepatan tinggi. Bahkan, mobil adalah salah satu hobinya. Namun dia tidak menyangka bahwa, membawa Arsa bersamanya, membuat dirinya tidak berani menekan pedal gas lebih dalam lagi.

Jika sesuatu yang buruk terjadi, dimana dia membuat Arsa celaka. Demi apapun Clara benar-benar yakin jika Tom Parker akan langsung mencoretnya dari kartu keluarga dan mengusirnya saat itu juga.

“Tuan One, aku tidak bisa mengemudi sambil membiacarakna hal sepenting ini.” Beruntung Clara mendapatkan alasan yang tepat, yang mana membuat Arsa langsung menganggukkan kepala tanda mengerti.

Setelah itu, Clara kembali bersuara. “Aku tahu jika kita mencari tempat untuk bicara, akan ada kemungkinan orang lain melihatnya, jadi..!”

“Jadi apa?” Tanya Arsa, yang melihat Clara tampak berpikir keras, seolah menimbang sesuatu.

“Tuan One, maaf. Aku tidak bermaksud tidak sopan, tapi apa kau keberatan jika membicarakan ini di tempatku saja?” Ucap Clara gugup.

Karena saat ini, dia seperti seorang karyawan yang ingin menjebak bosnya sendiri, untuk datang ke tempatnya.

Namun, jawaban Arsa berikutnya kembali mengejutkannya. “Baiklah! Aku rasa itu ide yang bagus.”

“Benarkah?! Oh, tidak. Maksudku, baiklah.. kita akan ketempatku.” Sahut Clara sedikit berseru, seolah tidak percaya dengan jawaban Arsa, tapi dalam hatinya dia bersemangat.

1
Humble
Oke
Edy Putra
lanjut thorr
echa purin
/Good//Good/
Edy Putra
lanjut thorr
Ahmad
terima kasih kak.dan tetap semangat (👍👍
Humble
Oke santai
Ahmad
lanjutin dong kak, setidaknya buat gw baca.....plis......🙏🙏
Ahmad
semangat kak author, meskipun sepi
Humble
Hahah gapapa mungkin belum aja
Ahmad
sepi ya kak author?
Humble
Makasih, semoga betah
Viva/Vivian
Membuat saya ketagihan
Humble
Terima kasih kak
danisya inlvr
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!