Ada sebuah rahasia besar dibalik sosok M, seorang dance crew populer di Surabaya dan sekitar Jawa Timur. Sosok yang misterus dan di puja banyak kaum hawa itu nyatanya memilih menjadi pelampiasan sang selebgram cantik asal Surabaya, Miki namanya.
Miki yang baru saja ditinggal pergi pacarnya demi gadis lain pun menerima M sebagai pelampiasan. Ia mengabaikan berbagai macam rumor yang beredar tentang M yang selalu memakai masker hitam ditiap kemunculannya.
Tapi siapa yang akan menyangka, sosok asli dari M si dancer jalanan itu, dancer yang di rumorkan memiliki wajah yang buruk rupa hingga harus menyembunyikan wajahnya di balik masker hitam itu, nyatanya adalah seorang pewaris tunggal dari Misha Corp sebuah perusahaan raksasa yang terkenal di Indonesia. Emeris Misha.
Kisah cinta Miki dan sang pewaris pun memunculkan banyak rahasia besar yang telah terkubur dalam pada keluarga Misha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
@Jumat sore....
Miki menarik napas dalam sebelum dirinya mengirimkan chat kepada Gisti.
Me:
Gis, aku di depan.
Begitu pesan chat terkirim, ia pun menegakkan punggungnya. Menunggu Gisti membukakan pagar sambil duduk di atas motor meticnya. Tidak lama Gisti pun keluar dari dalam rumahnya dan berjalan menuju pagar rumahnya.
"Masuk Mik!" ajak Gisti begitu ia membuka pagar rumahnya dengan lebar.
Miki tersenyum serta menganggukkan kepala. Ia menyalakan mesin motornya dan melaju pelan memasuki pelataran rumah Gisti. Seperti sebelumnya, ketika ia secara kebetulan datang berbarengan dengan jadwal latihan team BDE, deretan motor-motor milik para personil sudah tertata rapi berbari dari ujung ke ujung.
Miki membuka helmnya, ia menaruhnya di atas spion kanan motornya. Di ambilnya kantong paper bag di sela motor.
"Ini!" Miki mengangsurkan paper bag itu kepada Gisti yang berjalan ke arahnya usai menutup pagar rumahnya.
Gisti pun tersenyum riang menerima paper bag berisi outer yang sangat ia idam-idamkan.
"Oh, iya! Ini duitnya. Setengah harga ya!" gadis cantik bertubuh jenjang itu mengangasurkan uang yang sudah ia siapkan kepada Miki.
Miki menerima uang itu dengan senyum canggung.
"M udah di dalem," ucap Gisti memberi info.
Mata Miki melebar sejenak. Ia menarik napas dalam. Tiba-tiba ia merasa gugup.
"Yuk, masuk!" ajak Gisti yang langsung menariknya berjalan menuju belakang rumahnya.
Miki makin deg-degan. Entah kenapa ia menjadi panik dan merasa belum siap bertemu dengan M. Mengingat apa yang telah ia lakukan pada lelaki yang tulus itu.
Tapi, bukannya memang ini yang ia inginkan. Bertemu dengan M untuk meminta maaf. Ia tidak boleh menjadi pengecut macam ini. Apalagi bila diingat ia sudah mengorbankan outer limited indah miliknya untuk bisa bertemu dengan M.
Ia harus berani!
Miki mulai memupuk kembali rasa percaya dirinya.
Begitu memasuki studio latihan BDE crew, suara hentakan music up bit menyambut telinga Miki tanpa sungkan. Terdengar pula suara Toya yang memberi aba-aba hitungan pada tarian yang ia dan para teamnya lakukan.
Miki melihat gerakan kompak para BDE crew dengan takjub. Ia juga melihat ada seseorang yang tengah memegang sebuah kamera mengitari para crew yang tengah menari. Ia nampak tengah mem-video latihan para member dengan sangat serius.
Ah, buat YouTube! Pikir Miki ketika ingat Chanel YouTube milik BDE crew. Ia baru tahu kalau ada orang khusus untuk mem-video mereka.
Akhirnya, matanya pun jatuh pada sosok laki-laki bercelana hitam, berkaos putih polos serta mengenakan masker hitam di wajahnya. Menutupi mulut dan hidung. Menyisakan mata sipit yang tengah menatap Miki dengan tajamnya.
Miki seketika itu langsung gelagapan. Ia baru menyadari bahwa dirinya sudah di tatap tajam semacam itu oleh M yang tengah menari berbarengan dengan para crew-nya.
Miki menunduk sambil berjalan meripit mengikuti Gisti yang yang berada di depannya.
"Ngapain nunduk?" tanya Gisti setengah berteriak begitu ia duduk pada sebuah sova di sudut ruangan.
Miki tersenyum lalu menggeleng. Ia juga duduk di samping Gisti.
"M udah ngeliatin kamu," ucap Gisti tepat di samping telinga Miki. Ia harus berbicara dengan jarak sedekat ini karena musik yang tengah di putar cukup kencang.
"Maka dari itu aku nunduk," sahut Miki.
"Hahaha...,takut?"
"Siapa yang nggak takut coba, udah salah terus dikasihtatapan mata macem gitu!" Miki bergidik.
"Ahahaha..," Gisti kembali terkekeh.
Tiba-tiba saja musik berhenti.
"Break!" ucap Toya.
Para personil pun bubar jalan. Mereka berpencar. Termasuk M. Lelaki itu berjalan kearah meja disudut ruangan yang bersebrangan dengan sudut dimana Miki dan Gisti duduk. Ia memgambil botol minumnya dan meminum air di dalamnya dengan menundukkan kepala, menyedotnya dengan sedotan. Seperti biasa, ia berusaha semaksimal mungkin agar wajahnya tidak terlihat.
Sungguh sangat misterius sekali, pikir Miki.
Miki menunggu. Menunggu M berjalan menghampirinya. Namun hal yang ia tunggu tidak kunjung terjadi. Nyatanya M malah berjalan menghampiri Toya dan sibuk mengobrol dengannya. Hingga beberapa member ikut nimbrung dalam obrolan keduanya.
Miki sadar, ia tengah di cuekkan oleh sosok 'pacarnya' itu. Ia juga sadar alasan apa yang membuat M menyuekkannya. Kejadian kemarin lalu itu pasti benar-benar membuat M merasa sakit hati.
Apa ini artinya putus ya?Pikir Miki lagi.
Ia menggigit bibir bawahnya cemas. Jemarinya dimainkan dengan risau hingga saling tindih di pangkuannya.
"Hhh...," Miki mendesah mulai merasa putus asa. Ia dilema. Antara ia harus menghampiri M atau terus menunggu hingga M mendatanginya.
"Ck...! Kayaknya M ngehindari kamu, deh," celetuk Gisti dengan pandangan menyipit memandangi M.
Miki tidak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis nan canggung.
"Aku bantuin deh. Aku samperin M, terus aku suruh kesini," ucap Gisti yang langsung berdiri dan berjalan menghampiri M tanpa menunggu respon dari Miki.
Miki dibuat melongo. Sejujurnya ia tidak membutuhkan bantuan itu. Semula ia memutuskan untuk menunggu dengan pasrah hingga M menghampirinya. Hitung-hitung itu hukuman untuknya.
Miki mengetatkan bibirnya sambil memandang cemas kearah Gisti yang sudah mengobrol asik dengan M. Hingga M melingkarkan tangannya ke pinggang Gisti dengan begitu santainya. Gadis berambut indah itu pun terlihat sedikit terkejut, namun kemudian ia terlihat seakan menikmatinya.
"Haaah...," cemooh Miki lirih melihat ekspresi keenakan Gisti. "Bantuin apaan? Keenakan iya!" dumelnya lirih kemudian.
Ia mulai kesal melihat tingkah Gisti yang semakin lama semakin kegatelan kepada M. Apalagi respon M malah sangat begitu welcome dengan aksi cacing kepanasan Gisti.
FIX!! M sengaja melakukan itu untuk membalas Miki.
Miki menghela napas panjang. Mencoba legowo dengan apa yang tersaji di hadapannya. Apalagi kemudian terdapat kesan bahwa keberadaan Miki di ruangan itu yang seakan tidak dianggap ada. Ia merasa di kacangi, terlebih Gisti yang semula mengatakan akan membantunya. Nyatanya ia mengambil kesempatan dalam kesempitan. Seharusnya ia tidak usah terlalu percaya dengan gadisitu.
Dasar rubah!!
Miki melengos pasrah dengan melasnya. Mau dikata apa, dosanya memang teramat berat untuk dimaafkan oleh M.
Miki tertunduk dalam. Memandangi ujung kuku-kuku jarinya yang selalu dipotong rata dengan rapi.
Hyuut!
Tiba-tiba sova yang ia duduki terasa bergelombang dan condong melengkuk ke samping kiri. Ia berfikir kalau Gisti telah kembali setelah puas menikmati kesempatan dalam kesempitan itu. Ia pun tidak menoleh kearah Gisti.
Malas!
Ia memelih melengos kearah lain.
"Kenapa gitu mukanya?" ucap sebuah suara yang sangat amat berbeda dengan suara Gisti yang kemayu. Ditambah lagi sebuah coelan ringan di pipi kirinya.
Dengan penuh kekagetan Miki segera menoleh kearah sumber suara di samping kirinya.
Nyatanya sosok M lah yang muncul di hadapannya. Bukan Gisti seperti dugaannya. Ia melihat M duduk bersandar pada sandaran sova dengan badan sedikit miring kearahnya. Tatapan tajam dari balik masker wajahnya menyorot dengan jelas kearah Miki.
Miki terpaku. Ia terdiam.
"Hmm?" tanya M menunggu jawaban.
Perlahan dengan terpatah-patah leher gadis bermuka imut itu menggeleng pelan. Terlihat pundak M naik cukup tinggi, sepertinya ia sedang memgambil napas dalam.
"Ada apa kesini? Anter baju Gisti lagi?" tanya M membuka obrolan.
Miki menggangguk, lalu kemudian menggeleng. Lalu kembali mengangguk dan kembali menggeleng.
Ah!
Ia tiba-tiba merasa canggung. Mungkin ia masih terkejut dengan kemunculan M yang tiba-tiba saja sudah duduk disampingnya. Sedangkan beberapa menit yang lalu ia seakan di kacangi oleh laki-lakibermasker itu.
Sebelah alis M terangkat.
"Hhh...," Miki menarik napas menenangkan dirinya. "Aku mau ketemu kamu!" ucapnya lugas kemudian.
anyway baca punyaku juga boleh dong? 👉👈