NovelToon NovelToon
VICENZO

VICENZO

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Wanita Karir / Romansa / Chicklit
Popularitas:943
Nilai: 5
Nama Author: Siska Tiara

Menceritakan perjuangan seorang miliarder dalam mendapatkan seorang hati wanita cantik nan elegan. Sosok Shaleen merupakan wanita tangguh, mandiri, dan mempunyai prinsip tinggi hingga akal pikir yang cukup di luar logika.

Namun di sisi lain, seseorang bernama Peter telah lama menyusun strategi untuk menangkap Tristan. Hal itu dikarenakan dendam masa lalu, di mana ayah Peter bernama Omar Farid di tangkap. Di tambah dia baru tau kalau Tristan juga mengincar wanita yang ia cintai selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

VICENZO ─ 10

Speaker pun di matikan oleh Peter. Entah apa yang di rencanakan oleh Peter sekarang. Satu anak buahnya keluar membawa salah satu pengunjung ke hadapan Victor. Di depan halaman mall, anak buah Peter menembak mati orang tersebut sebagai bentuk peringatan pada Victor.

***

"Kakak. Aku takut, " bisik Neroica pada Lia.

"Tenangkan dirimu. Pasti bantuan akan segera datang, "

Leo yang sudah tidak tahan ingin keluar mencari Thony, namun di hentikan oleh Shaleen. "Jangan bertindak gegabah Leo. Apa kau ingin mencelakai dirimu sendiri?" ucap Shaleen.

"Bagaimana aku bisa tenang kak. Adikku di luar sana─"

"Dia adikku juga. Dia adik kita... Tenanglah, " Leo kembali duduk ke kursinya, begitu juga dengan Shaleen. Di sisi lain, seorang ibu-ibu hamil dengan satu anak perempuannya berusaha melarikan diri dengan menyembunyikan putrinya di sebuah ruko. Namun sayang aksi nya itu ketahuan oleh salah satu anak buah Peter. Hal itu membuat pria tersebut langsung menarik paksa gadis kecil itu. Hal itu membuat gadis itu menangis histeris karena takut, di tambah saat melihat ibunya menangis sambil memohon agar pria itu melepaskan putrinya. Tangisan keduanya terdengar jelas sampai ke telinga Tristan.

"Nona. Apa kau mendengar suara tangisan?" Tanya Tristan pada Shaleen.

"Come on, Mister. Jangan berhalusinasi.. Tidak ada suara tangisan di sini, "

"Kau benar. Mungkin aku hanya halusinasi." Tristan mencoba mengusap wajah nya untuk menenangkan diri. Mungkin dia sedang terguncang masa lalu, makanya seperti mendengar suara tangisan. Namun sekuat apa Tristan menenangkan diri, dia terus mendengar suara tangisan itu. Suara itu semakin membuatnya gelisah, dan semakin tak karuan. Suara bidikan senapan yang terdengar jelas dan tembakan-tembakan peringatan dari luar membuat Tristan kembali teringat dengan masa lalunya. Yang dia ingat hanyalah wajah gadis lugu dengan balon di tangannya.

"Kak Enzo. Ayo selamatkan dia, " ucap gadis itu dalam bayangan Tristan. Mendengar itu, Tristan mengusap keras wajahnya membuat Albert merasa panik.

"Kau baik-baik saja kak?"

"Apa kau bawa obat ku?"

"Ada." Albert mengambil obat Tristan dari dalam tas nya, lalu memberikannya pada Tristan. Obat itu lalu Tristan minum, untuk menenangkan dirinya sejenak. Setelah cukup tenang, Tristan menatap preman yang tadi ingin memalaknya.

"Apa kau masih simpan pisau yang tadi?"

"P─pisau ini?"

"Iya. Berikan itu!"

Preman itu langsung memberikan pisau itu pada Tristan. Dia perlahan jalan mendekati spanduk yang menutup mereka. Pisau itu perlahan ia tusukkan ke spanduk tersebut, dan perlahan juga naik ke atas. Sedikit Tristan mengintip keluar melalui robekan spanduk yang ia robek. Mata Tristan langsung tertuju pada wanita dan anak gadis itu.

"Kau mau kemana Tuan Tristan?"

"Aku mau menyelamatkan mereka, "

"Kau pikir kau itu pahlawan?" Tristan menatap Shaleen dengan tatapan yang nampak berbeda, di lanjut dengan menatap Albert.

"Albert. Jika adiknya sudah menceritakan tentang prinsipnya pada ku, maka kau ceritakan juga prinsip ku pada mereka, " ucap Tristan yang kemudian pergi meninggalkan mereka semua.

"Kalian jangan khawatir. Kak Tristan itu bisa menyelamatkan mereka. Jika dia bergerak, dia tidak akan mendengarkan siapa pun. Bukan cuma kita, dia bahkan tidak akan mendengarkan diri nya sendiri, "

"Tapi dia─"

"Jangan tertipu dengan tampangnya Nona. Dia itu─" tiba-tiba Albert kembali teringat dengan ucapan Tristan yang tidak suka jika rahasianya terbongkar.

"Dia kenapa?" Tanya Shaleen. "Tidak ada." Albert langsung menutup topik dengan memalingkan wajah ke langit-langit ruangan.

Sementara Tristan, kini berjalan dengan cool nya mendekati mereka. Gadis kecil itu berhenti menangis saat melihat Tristan datang. Pria itu menoleh ke belakangnya, namun ia tidak melihat seseorang. Pria itu kembali menarik paksa gadis itu, begitu juga dengan ibunya. Tristan ternyata sangat gesit dan bersembunyi di balik tiang besar. Tristan memberi isyarat pada gadis itu untuk memejamkan mata. Anak buah Peter yang sadar dengan kehadiran Tristan langsung berbalik, namun sayang kampak sudah melayang dan memenggal kepalanya. Penggalan kepala itu langsung terlempar jauh keluar kaca sampai mendarat tepat di hadapan Victor dan Justine. Mereka menoleh ke sisi bagian tempat di mana kepala itu keluar.

"Tu─tuan Tristan, " gumam Justine.

"Vicenzo?" gumam Victor yang baru pertama kali melihat Tristan. Entah apa yang di rasakan Victor saat ini, dia seperti melihat sosok Vicenzo di diri Tristan.

Tristan yang berdiri di luar jendela dengan tatapan mengintimidasi langsung pergi membawa wanita dan anak itu ke tempat persembunyian mereka. Tristan membawa baju kostum santa claus milik salah satu pria tadi.

"Kak. Apa kau ingin berganti profesi?" tanya Albert kebingungan. Tristan tidak menjawab sama sekali pertanyaan Albert. Dia melepas jasnya lalu mengenakan baju santa claus tersebut.

"Kau, " panggil Tristan pada salah satu preman tadi.

"I─iya pak?" Tristan memasang topeng santa claus nya, dan langsung menyeret preman itu keluar.

"Teriak, " bisik Tristan meminta preman itu berteriak.

"Uhmm? AGHHH TUAN TOLONG LEPASKAN SAYA, " teriak preman itu. Tristan menyeret preman itu sampai ke kerumunan para pengunjung mall di sekap. Mereka di awasi oleh dua anak buah Peter.

"Kenapa dia?"

"Dia mau melarikan diri." Mereka kemudian menyeret preman itu untuk duduk bersama dengan yang lain. Tristan berpura-pura ikut mengawasi mereka, berjalan mondar-mandir mengawasi situasi. Salah satu di antara mereka ingin buang air kecil. Dan kini hanya terisa Tristan dan satu anak buah Peter. Mereka berjalan mondar-mandir dari arah berlawanan. Ketika berjalan saling membelakangi, Tristan perlahan berjalan mundur mendekati pria itu. Para pengunjung yang di sekap bingung melihat tingkah Tristan yang mereka anggap adalah anak buah Peter. Tristan memberikan isyarat meminta agar mereka semua diam. Anak buah Peter merasa curiga dan langsung berbalik, tapi Tristan yang gesit langsung kembali jalan maju seperti tidak terjadi apa-apa. Pria itu berbalik dan kembali mengawasi para pengunjung. Tristan kembali melakukan hal yang sama, sembari mengeluarkan pisau dari bajunya.

 Setelah cukup dekat, Tristan berbalik dan menutup mulut pria itu. Ia lalu menyayat leher pria tersebut hingga tewas. Setelah tewas, dia mendudukkannya di samping etalase. Dia lalu berpura-pura pingsan di lantai. Entah apa rencana Tristan, tapi yang pasti dia cukup pintar.

Tak berselang lama, salah satu anak buah Peter yang habis buang air kecil datang. Dia terkejut melihat kedua rekannya terbaring tak sadarkan diri. Dia mengecek temannya yang terduduk dengan bersimbah darah. Lanjut dia mengecek rekan satunya yang tak lain adalah Tristan sendiri. Dia nampak aneh melihat rekannya yang satu ini tidak berdarah. Dia pun sedikit membungkukkan dirinya guna untuk mengecek detak jantungnya. Namun secara mengejutkan, Tristan langsung menusuk pria itu hingga tewas. Setelah berhasil melumpuhkan kedua anak buah itu, Tristan berdiri dan perlahan membuka topengnya.

"Kakak, " seru Lia dan Neroica bersamaan yang langsung berlari memeluk Tristan. "Kalian di sini juga? Kalian gak papa kan?" Tanya Tristan sambil membalas pelukan kedua adiknya. "Iya kak. Gak papa." Tristan senang mendengar adiknya baik-baik saja. Tristan lalu mengajak semua pengunjung untuk bekerja sama dengannya. Tristan meminta preman tadi untuk membawa kedua adiknya dan sebagian dari mereka untuk bersembunyi di tempat persembunyian mereka sebelumnya. Tristan sekilas menoleh ke arah Thony.

"Kau adiknya Shaleen bukan?" Thony hanya mengangguk.

"Ikutlah bersama mereka. Kakak mu sangat khawatir dengan mu, " Thony tersenyum lalu ikut bersama yang lain untuk pergi bersembunyi. Mereka juga membawa sedikit persediaan makanan untuk mereka.

1
Jungwon’s wife💗
KEREN TOR, SUKA BANGET SAMA CERITANYA. BINTANG 5 BUATTT AUTHORNYA❤️❤️
sis
Terima kasih untuk para pembaca dan pendukung yang sudah mampir. Semoga Tuhan selalu memberikan kebahagiaan untuk kalian💗
Jungwon’s wife💗
AGHHHHH PLEASE LEO GWE😀
Jungwon’s wife💗
Dasar orang kaya😔
Pena dua jempol
aku nggak ada vote. kembang meluncur untuk author 🌹
Pena dua jempol
seru nih ❤️
Pena dua jempol
menolak tua si Vincen🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!