NovelToon NovelToon
Bencana Gaun Pengantin

Bencana Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Nikah Kontrak / Pengantin Pengganti Konglomerat / Pelakor jahat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Eouny Jeje

Anna tidak pernah membayangkan bahwa sebuah gaun pengantin akan menjadi awal dari kehancurannya. Di satu malam yang penuh badai, ia terjebak dalam situasi yang mustahil—kecelakaan yang membuatnya dituduh sebagai penabrak maut. Bukannya mendapat keadilan, ia justru dijerat sebagai "istri palsu" seorang pria kaya yang tak sadarkan diri di rumah sakit.

Antara berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri dan bertahan dari tuduhan yang terus menghimpitnya, Anna mendapati dirinya kehilangan segalanya—uang, kebebasan, bahkan harga diri. Hujan yang turun malam itu seakan menjadi saksi bisu dari kesialan yang menimpanya.

Apakah benar takdir yang mempermainkannya? Ataukah ada seseorang yang sengaja menjebaknya? Satu hal yang pasti, gaun pengantin yang seharusnya melambangkan kebahagiaan kini malah membawa petaka yang tak berkesudahan.

Lalu, apakah Anna akan menemukan jalan keluar? Ataukah gaun ini akan terus menyeretnya ke dalam bencana yang lebih besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eouny Jeje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gosip merebut ipar

Ethan menatap undangan di tangannya, jari-jarinya meremas kertas itu tanpa sadar. Nama Susan dan Edward tercetak dengan tinta emas, seakan mengukuhkan kenyataan yang tak bisa dihindari. Wajah mereka tersenyum dalam potret sempurna, seolah dunia merestui persatuan mereka.

Ruangan direksi dipenuhi bisikan. Suara-suara samar yang menusuk lebih dalam daripada belati. Mata-mata yang dulu menaruh hormat kini menatapnya dengan ragu. Seakan semua sudah tahu. Seakan semua sudah sepakat—Susan lebih pantas dengan Edward. Dan Ethan? Hanya pria yang mencoba melawan takdir, hanya seseorang yang terlalu percaya diri bahwa ia bisa mengubah alur cerita.

Dulu, ia berpikir bisa mendahului. Ia akan mengumumkan pernikahannya dengan Susan sebelum siapa pun sempat meragukan posisinya. Tapi Tuhan—atau mungkin nasib—punya rencana lain. Rencana yang lebih kejam. Pernikahan itu tak pernah terjadi. Bencana datang lebih dulu, menghancurkan segalanya sebelum ia bisa mengucapkan janji suci.

Dan kini, Susan akan menikah. Tapi bukan dengannya.

Di negara Tianrong, menjadi orang ketiga bukan sekadar skandal. Itu adalah pengkhianatan terbesar, sebuah aib yang bisa meruntuhkan nama baik seorang pemimpin. Jika ada sedikit saja kecurigaan bahwa Ethan mencoba merebut Susan kembali, ia bukan hanya akan kehilangan kepercayaan, tapi juga masa depannya.

Ethan mengangkat kepalanya, menatap satu per satu wajah di ruangan itu. Lalu, di ujung meja, ia melihatnya—Edward. Pria itu berdiri dengan postur percaya diri, senyumnya nyaris angkuh. Suaranya mengalun tenang, tapi bagi Ethan, setiap kata terasa seperti belati yang menancap di dadanya.

"Maaf jika ini terkesan mendadak," ujar Edward, seolah menyesal, tapi matanya bicara lain. "Tapi ada hal-hal yang lebih baik diselesaikan lebih cepat... sebelum ada yang mencoba merusaknya."

Waktu seakan berhenti.

Ruangan itu semakin sunyi, tapi dalam kepala Ethan, badai berkecamuk. Semua mata tertuju padanya, menunggu reaksi. Menghakimi dalam diam.

Ia bisa berbicara sekarang, bisa membela diri, bisa mengatakan bahwa ini semua tidak seperti yang mereka pikirkan. Tapi untuk apa? Pada akhirnya, semua orang sudah memutuskan siapa yang menang.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Ethan merasa kalah—bukan hanya dari Edward, tapi juga dari takdir yang tak berpihak padanya.

Ethan tetap diam, membiarkan keheningan menyelimuti ruangan. Tatapannya kosong, seolah menerima kekalahan yang kini dipertontonkan di hadapan semua orang. Tapi jauh di dalam dirinya, ada bara yang masih menyala.

Bukan, ini bukan soal cinta yang hilang. Ini bukan soal Susan atau Edward. Ini lebih besar dari itu.

Ia membiarkan dirinya jatuh, bukan karena didorong, melainkan karena ia sendiri yang memilih untuk melangkah ke dalam jurang. Dengan kesadaran penuh. Biarkan mereka berpikir ia hancur. Biarkan mereka percaya bahwa ia menyerah.

Padahal, di balik semua ini, ia hanya sedang menunggu saat yang tepat untuk bangkit.

Karena sekarang, yang lebih penting baginya bukan pengakuan, bukan juga harga diri. Yang ia butuhkan adalah bukti.

Bukti bahwa kematian ayahnya bukan kecelakaan.

Bukti bahwa racun yang merenggut nyawa ayahnya berasal dari tangan yang sama.

Dan hanya ada satu orang yang ia curigai.

Meilin.

Ibu tiri yang selama ini bersembunyi di balik wajah lembutnya. Ibu kandung Edward. Wanita yang begitu lihai menyusun narasi agar semua berpihak padanya. Dan sekarang, dengan Susan bergabung dalam keluarga itu, permainan mereka semakin sempurna. Seolah semuanya sudah dirancang dengan begitu rapi.

Poster Susan dan Edward tampak indah di undangan pernikahan itu. Tapi bagi Ethan, itu bukan potret kebahagiaan. Itu adalah wajah para pembunuh.

Jadi, untuk apa ia menangisi Susan? Untuk apa ia meratapi Edward? Bahkan wanita yang dulu ia panggil "ibu" pun tak pantas mendapatkan air matanya.

Saat Ethan akhirnya berbicara, suaranya begitu tenang. Terlalu tenang.

"Ah, akhirnya," ujarnya pelan, senyum tipis terulas di bibirnya. "Sebuah perayaan yang ditunggu-tunggu semua orang. Perayaan tentang cinta, tentang kesetiaan… dan tentu saja, tentang kepentingan."

Beberapa orang di ruangan itu tampak gelisah.

Ethan mengangkat undangan itu sedikit, memperhatikan nama yang tertera di atasnya, lalu menatap Edward dan Susan.

"Selamat, Kakak," katanya dengan nada yang hampir terdengar tulus. "Kalian berdua benar-benar pasangan yang serasi. Aku harus mengakui, aku nyaris percaya bahwa ini semua terjadi secara alami. Bahwa cinta benar-benar menyatukan kalian, bukan skenario yang sudah lama disusun di balik layar."

Susan menegang. Edward masih berusaha tersenyum, meski samar.

Ethan melanjutkan, "Susan adalah wanita yang luar biasa. Pintar, anggun, penuh daya tarik. Wajar saja jika aku pernah jatuh hati padanya. Tapi tentu saja, aku juga pria yang tahu batas. Aku tahu kapan harus mundur… terutama ketika ada pihak yang begitu gigih memastikan bahwa aku tidak ada dalam cerita ini."

Tatapan Ethan menyapu ruangan. "Lagipula, bukankah menarik? Bagaimana dunia bisa begitu cepat percaya pada narasi yang dibentuk oleh beberapa orang? Aku hampir iri dengan keahlian mereka dalam membangun citra. Seolah semua ini hanyalah kebetulan yang indah, bukan permainan yang sudah disusun sejak lama."

Bisikan semakin riuh.

Ethan tersenyum kecil sebelum menambahkan, "Aku juga menyadari bahwa kalian lebih pantas bersama. Saling melengkapi. Aku tidak ingin mengganggu harmoni yang telah susah payah dibangun ini."

Ia lalu menatap setiap orang di ruangan itu, pandangannya dingin dan menusuk.

"Aku hanya meminta doa dan restu kalian… untuk menemukan sesuatu yang lebih baik. Sesuatu yang… lebih adil."

Ruangan itu langsung membeku.

Ethan tahu, mereka mengerti apa yang ia maksud.

Tiba-tiba saja…

Suara seseorang terdengar tegas, mencengkeram suasana ruangan dengan wibawa yang tak terbantahkan. Ia berbicara sebagai perwakilan direksi, jelas merasa memiliki kuasa atas situasi ini.

“Tetapi Ruan Corporation tidak boleh jatuh hanya karena seorang pemimpinnya terseret dalam skandal yang memalukan—menginginkan iparnya sendiri.”

Kata-kata itu dilontarkan dengan nada tajam, hampir seperti vonis. Seolah Ethan telah menjadi beban yang mengancam kehormatan perusahaan.

Seseorang yang lebih lembut akhirnya angkat bicara, nadanya terdengar menenangkan, tetapi menyelipkan tuntutan terselubung.

“Bagaimana jika kau menikah saja dengan wanita yang dihebohkan bersamamu saat kecelakaan?”

Anna.

Nama itu langsung memenuhi kepala Ethan.

Wanita itu sudah ia masukkan dalam permainannya. Wanita yang seharusnya menjadi tameng terbaik untuk membungkam opini publik. Tapi sayang, Anna menolak tawarannya mentah-mentah. Menolak mahkota yang ingin ia letakkan di kepalanya.

Wanita itu benar-benar tidak tahu diri.

Dan itu kesalahan fatal.

Ethan menekan rahangnya, menahan gejolak di dalam dirinya. Ia harus memikirkan cara lain. Anna mungkin berpikir dirinya punya pilihan, tapi ia akan memastikan bahwa itu hanyalah ilusi.

Ia harus lebih kejam.

Tatapannya tajam saat akhirnya ia berbicara, suaranya rendah namun penuh tekanan.

“Tak perlu mengajariku bagaimana mengendalikan situasi.”

Senyum tipis terukir di wajahnya, tetapi tidak ada kehangatan di sana. Hanya janji yang tak terucapkan bahwa ia akan menyelesaikan semua ini dengan caranya sendiri.

“Aku pasti bisa menenangkan badai ini.”

Dengan satu gerakan, Ethan memutar kursi rodanya, mengakhiri rapat yang menurutnya hanya membuang waktu. Membahas berita murahan dan bualan tentang dirinya yang disebut sebagai perusak hubungan Edward dan Susan? Konyol.

Sejak kapan ia menjadi orang ketiga?

Tapi Edward memang selalu pandai menciptakan drama. Seolah ia adalah korban, seolah semua ini adalah kesalahan Ethan.

Lucu.

Sangat lucu.

Jika Edward ingin bermain seperti ini, maka Ethan akan memastikan dirinya menjadi lawan yang tidak bisa dikalahkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Taris
bagus
Taris
bacanya sambil deg2an, tarik nafas, tegang n ngos2an /Gosh/
Serenarara
Susan, yg kamu lakukan ke Ethan itu...jahattt! /Panic/
IamEsthe
jangan birahi dong. seolah seperti hewan. bisa diganti katanya /Sweat/.
IamEsthe
Saran, ini di font Bold aja.
IamEsthe
kata 'Fashion House' dan 'clover clothes' gunakan font italic sebagai bahasa asing/daerah.


Fashion House bukan sama dengan Rumah Mode dalam bahasa?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!