Sebuah keluarga sederhana yang penuh tawa dan kebahagiaan… hingga suatu hari, semuanya berubah.
Sebuah gigitan dari anjing liar seharusnya bukan hal besar, tapi tanpa mereka sadari, gigitan itu adalah awal dari mimpi buruk yang tak terbayangkan.
Selama enam bulan, semuanya tampak biasa saja sampai sifat sang anak mulai berubah dan menjadi sangat agresif
Apa yang sebenarnya terjadi pada sang anak? Dan penyebab sebenarnya dari perubahan sang anak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn Aru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Mahen pun menghela nafasnya dan memasukkan kembali batang rokok yang telah ia ambil tadi. Dokter yang berada di sebelah perawat pun akhirnya mengulurkan tangan kepada Mahen, Mahen yang melihat itu pun membalas uluran tangan dokter itu. "Saya dokter dari rumah sakit yang berada di dekat sana, nama saya Beni, perawat yang di samping saya adalah adik saya Putri." Ucap dokter itu memperkenalkan diri.
Mahen yang mendengar itu pun mengangguk dan memperkenalkan dirinya, setelah itu ia ijin untuk ke toilet dan membawa tas nya. Saat beda di toilet ia melihat jam yang telah menunjukkan pukul 23.51 waktu untuk menyuntik kan vaksin.
Mahen yang belum percaya dengan para dokter pun hanya bisa diam diam menggunakan vaksin yang ia bawa dan menyembunyikan semua dokumen yang dia miliki sekarang. Saat dia akan keluar dari kamar mandi, terdengar suara dokter dan suster itu yang tak percaya juga padanya.
"Kak apa gak sebaiknya kita usir dia aja?" Tanya Putri dengan berbisik.
"Gak bisa, dia yang ngebakar mobil teman-teman kita tadi, setidaknya kita harus balas dia." Jawab Beni.
"Emang kita mau apain dia? Kalo dia sama kita otomatis kita juga kena." Suara putri terdengar ketakutan karena tau apa yang bisa terjadi pada mereka.
"Percaya sama kakak, kita bisa balas kematian mereka." Beni mengusap pipi putri, berusaha meyakinkannya.
Mahen yang masih berada di balik pintu hanya tersenyum kecil di ujung mulutnya, ia berjalan kearah jendela kecil dan merogoh sakunya untuk mengambil rokok, tapi kali ini bukan untuk di hisap, tetapi ia menggunakan rokok untuk menarik perhatian Bloodgrin yang tak jauh dari tempatnya.
Saat itu ia membuang rokok nya yang membuat Bloodgrin itu berlari mendekat dan mencium aroma rokok Mahen, perlahan Bloodgrin tersebut melihat kedalam ruangan.
Mahen yang melihat itu pun dengan angkuh mengangkat satu alisnya seakan menantang Bloodgrin yang berada di balik tembok, saat melihat itu Bloodgrin dengan segera memukul tembok berkali-kali yang membuat Bloodgrin dan Plagishell mendekat kearahnya.
Mahen yang merasa sudah cukup memprovokasi monster itu dengan segera keluar ruangan dengan ekspresi wajah ketakutan. "Kita harus pergi. Monster-monster itu udah tau kita di sini."
Putri yang mendengar itu pun menoleh ke arah sang kakak dan menatapnya penuh ketakutan, Beni yang melihat itu dengan segera menggenggam tangan sang adik dan bersama Mahen mereka melarikan diri dari rumah tersebut.
Saat merasa bahwa telah jauh dari rumah itu, mereka berhenti sesaat di puing-puing bangunan yang telah hancur, Beni menyuruh putri untuk menunggu di dalam puing-puing bangunan sedang Beni dan Mahen melihat keadaan sekeliling.
Putri yang sedang menunggu di dalam sana hanya bisa duduk dengan memeluk kedua kakinya dan mengusap air matanya karena ketakutan. "Kenapa jadi gini sih."
Putri menenggelamkan wajahnya di antara lutut nya, saat ia melihat ke depan, terlihat seekor ular besar membuka mulutnya bersiap memakan Putri putri yang terkejut hanya bisa mematung dan melebarkan matanya.
Saat ular itu akan menyergap Putri tiba-tiba saja kepala ular tersebut di tusuk oleh seseorang dari arah kanan, putri yang melihat itu semakin terkejut dan semakin menempelkan tubuhnya ke tembok dan menutup matanya.
Terdengar suara seseorang berjalan mendekat kearahnya dengan suara nafas yang terengah-engah, tak lama orang tersebut telah berdiri di depan Putri. "Woy." Terdengar suara teguran yang Putri kenali, ia pun membuka mata perlahan dan terlihat Mahen yang berjongkok di depannya. "Payah, nih bawa. Jangan sampai ilang." Lanjut Mahen memberikan sebuah pisau yang di gunakan untuk berburu.
Putri yang terkejut hanya diam dan menatap Mahen. "Kenapa dah, ini ambil. Kecuali kalo lo emang mau mati aj sih." Putri yang tersadar dari lamunannya pun mendorong Mahen hingga Mahen terjatuh kebelakang, Mahen yang terjatuh pun menatapnya dengan wajah marah.
"Ini semua karena kamu! Pasti kamu kan yang bawa monster itu ke rumah tadi?!" Teriak Putri dengan amarah dan menunjuk Mahen dengan tangan yang gemetar.
Mahen yang melihat itu pun tersenyum kecil, ia mendekat ke Putri dan memegang tangannya yang gemetar. "Kenapa nuduh gue? Karena gue perokok?" Ujar mahen yang mendekatkan wajahnya ke arah Putri. "Gimana kalo lo coba aj sendiri. Mulut gue. Ada bau rokok gak?" Lanjut Mahen semakin mendekatkan wajahnya pada Putri.
Bersambung....