NovelToon NovelToon
Membuang Suami Sampah

Membuang Suami Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:31.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jessy, 30th seorang wanita jenius ber-IQ tinggi, hidup dalam kemewahan meski jarang keluar rumah. Lima tahun lalu, ia menikah dengan Bram, pria sederhana yang awalnya terlihat baik, namun selalu membenarkan keluarganya. Selama lima tahun, Jessy mengabdi tanpa dihargai, terutama karena belum dikaruniai anak.

Hingga suatu hari, Bram membawa pulang seorang wanita, mengaku sebagai sepupu jauh. Namun, kenyataannya, wanita itu adalah gundiknya, dan keluarganya mengetahui semuanya. Pengkhianatan itu berujung tragis—Jessy kecelakaan hingga tewas.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua. Ia terbangun beberapa bulan sebelum kematiannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jason Si Pria Dingin

Chika yang masih penasaran segera berkata apapun yang ada dibenaknya. "Bukan sembarangan, Kak! Aku ini sahabatnya Jessy, aku hapal banget sama reaksi orang-orang di sekitarnya! Dan aku baru sadar, Kak Jason itu selalu beda kalau sama Jessy!"

Chika beranjak dari sofa, melangkah cepat mendekati meja kerja Jason dengan wajah penuh semangat. "Kak Jason itu kan dingin dan cuek setengah mati, sama semua orang. Tapi begitu sama Jessy, Kakak bisa tiba-tiba melunak! Kakak selalu bersedia bantu dia, kapan pun, di mana pun! Itu tuh udah lebih dari sekadar teman biasa, Kak!"

Jason masih berusaha mengabaikan, tapi gerakan jarinya yang menegang di atas dokumen tidak luput dari pengamatan Chika.

"Ya ampun! Aku harus menjodohkan kalian! Ini kesempatan emas!" serunya heboh, kedua tangannya menepuk meja Jason dengan penuh semangat.

Jason menatap Chika dengan tajam. "Jangan macam-macam."

"Apa?! Kenapa enggak?! Jessy akhirnya mau cerai dari si brengsek itu! Kakak bisa mulai pendekatan dari sekarang!"

Jason menggeleng. "Jessy baru saja keluar dari pernikahan yang berantakan. Dia butuh waktu untuk dirinya sendiri, bukan langsung dijodohkan."

Chika mendengus. "Aduh, Kak! Justru karena dia baru cerai, Kakak harus gerak cepat! Jangan sampai ada pria lain yang mendekat duluan! Aku nggak mau Jessy jatuh ke tangan orang yang salah lagi!"

Jason menghela napas panjang. "Chika, dengar. Aku tidak mau memanfaatkan keadaan. Jessy sekarang sedang fokus untuk membebaskan dirinya. Yang terpenting bagiku adalah memastikan dia bisa keluar dari pernikahan itu dengan aman. Kalau nanti memang ada kesempatan lebih, biar waktu yang menentukan."

Chika memandang kakaknya dengan ekspresi sedikit kesal. "Duh, Kak Jason! Kakak ini terlalu baik, sih! Tapi ya udahlah, aku nggak bakal maksa. Tapi aku ingetin Kakak, ya—aku bakal selalu dukung Kakak dan Jessy! Aku yakin banget kalian bakal cocok!"

Jason hanya menggeleng pelan, tapi tidak lagi membantah.

Chika menyipitkan mata, memperhatikan kakaknya yang sekarang kembali fokus ke dokumennya. "Tapi Kak..." gumamnya penuh arti.

Jason melirik sekilas. "Apa lagi?"

Chika menyeringai. "Aku perhatiin dari tadi... Kakak nggak pernah lihat perempuan lain kayak Kakak lihat Jessy."

Jason terdiam sejenak sebelum kembali menunduk ke dokumennya. "Pergi sana, Chik. Aku sibuk."

Chika tertawa puas. "Iya, iya, aku pergi. Tapi Kakak harus siap, karena aku bakal jadi pendukung nomor satu hubungan kalian!"

Jason hanya menghela napas, membiarkan adiknya keluar sambil terkekeh.

Setelah Chika pergi, Jason kembali bersandar di kursinya. Matanya menerawang, memikirkan setiap kata yang tadi diucapkan adiknya. Tangannya terangkat, mengusap dagunya dengan gerakan pelan, sebelum akhirnya ia meraih ponsel di atas meja.

Dengan gerakan cekatan, ia mengetik sesuatu di layar, lalu menekan tombol panggil.

"Edric, masuk ke ruangan saya sekarang."

Tak butuh waktu lama, pintu terbuka dan seorang pria muda dengan setelan rapi melangkah masuk. Wajahnya serius, profesional, dengan postur tubuh tegap yang mencerminkan kedisiplinan.

"Ya, Tuan?" tanya Edric begitu berdiri di depan meja Jason.

Jason menutup berkas di hadapannya, lalu menautkan jemarinya di atas meja. Sorot matanya tajam, penuh perhitungan.

Jason menyerahkan data Bram yang ia punya sebelumnya kepada Edric.

"Aku ingin kamu menghubungi salah satu orang kita. Pastikan ada yang mengawasi pria ini. Aku ingin tahu setiap gerak-geriknya, siapa yang dia temui, di mana dia berada, dan apa saja yang dia lakukan."

Edric mengangkat alis, tapi tidak bertanya lebih lanjut. Ia sudah lama bekerja untuk Jason dan tahu betul bahwa atasannya bukan tipe yang bertindak tanpa alasan.

"Dimengerti, Tuan. Saya akan menugaskan seseorang untuk mengawasi pria ini tanpa meninggalkan jejak. Semua informasi akan langsung saya laporkan kepada Anda."

Jason mengangguk, matanya sedikit menyipit. "Bagus. Aku ingin laporan pertama secepatnya. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, segera beri tahu aku."

Edric mengangguk hormat. "Baik, Tuan. Saya akan mengurusnya sekarang juga."

Setelah menerima perintah, Edric langsung keluar dari ruangan dan mulai menghubungi salah satu anak buah mereka yang ahli dalam pengintaian.

Sementara itu, Jason bersandar di kursinya, jemarinya mengetuk meja dengan ritme teratur. Matanya mengarah ke luar jendela besar kantornya, memandangi gedung-gedung tinggi yang berjejer di luar sana.

Senyum tipis terukir di sudut bibirnya.

Di kediaman Bram, suasana jauh dari tenang. Mama Ella mondar-mandir di ruang makan dengan wajah merah padam, kedua tangannya berkacak pinggang, bibirnya mengerucut kesal.

Di hadapannya, piring-piring pecah masih berserakan di lantai. Bekas makanan yang tercecer mengeluarkan aroma tak sedap. Sendok dan gelas tergeletak sembarangan, seolah medan perang baru saja terjadi di rumah mereka.

Mama Ella mendengus keras. Matanya melotot, lalu ia berteriak lantang, suaranya menggema ke seluruh rumah.

“JESSY! Ke mana perempuan itu?! Cepat bersihkan semua ini!!”

Tapi tak ada jawaban.

Mama Ella menunggu beberapa detik, lalu berteriak lagi.

“JESSY! JANGAN MALAS-MALASAN! INI RUMAH SIAPA HAH? KAMU ITU MANTU DI SINI, BUKAN RATU!!”

Tetap tak ada respons.

Kini wajahnya semakin memerah karena amarah. Napasnya memburu, telunjuknya mengarah ke piring-piring pecah itu.

"Ya Tuhan! Dasar perempuan nggak tahu diuntung! Berani-beraninya tidak menjawab panggilanku, dan meninggalkan semua nya dalam keadaan kayak gini! Apa dia pikir ini hotel?!"

Ia mendekat ke tangga, lalu kembali berteriak. “JESSY!! AKU BILANG TURUN KE SINI!!”

Namun tetap sunyi.

Mama Ella mulai merasa ada yang aneh. Biasanya, Jessy selalu menjawab, meskipun dengan nada lemas atau enggan. Tapi kali ini? Sepi.

Dahinya mengernyit. Kakinya melangkah ke kamar Jessy, membuka pintunya tanpa mengetuk. Namun, ruangan itu kosong.

Matanya melotot. “Ke mana perginya perempuan itu?!”

Mama Ella buru-buru menuruni tangga lagi, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah. Tak ada sepatu Jessy, tak ada jejak keberadaannya.

Mama Ella mendengus kasar. "Jangan-jangan dia mulai besar kepala! Berani menantang aku? Mau cari masalah, hah?!"

Mama Ella duduk dengan keras di kursi ruang makan, tangannya bertumpu di paha sementara matanya menatap kosong ke arah lantai yang masih berantakan. Napasnya masih memburu akibat amarah yang belum juga reda.

Pikirannya berputar, mengulang kembali kejadian pagi tadi. Jessy yang dulu pendiam dan patuh tiba-tiba berubah drastis. Berani melawan, berani membentaknya, bahkan berani meninggalkan rumah tanpa peduli.

Ia mengetukkan jemarinya ke meja, mendecak kesal. "Apa-apaan tadi pagi itu? Kenapa dia tiba-tiba jadi seperti ini?"

Biasanya, setiap kali ia menyindir Jessy soal keturunan, menantunya itu hanya menunduk dan diam. Kadang wajahnya terlihat sedih, tapi tetap saja tak pernah membantah. Tapi pagi ini?

Jessy bukan hanya melawan—dia bahkan menghancurkan suasana makan pagi dan pergi begitu saja.

“Jangan-jangan dia sudah dirasuki setan!” gumamnya sambil mengusap wajah.

Mama Ella meremas ujung taplak meja, lalu bergumam sendiri. "Atau... dia sudah mulai muak?"

Pikiran itu membuatnya semakin kesal. "Muak? Hah! Memangnya dia siapa? Aku ini mertuanya! Harusnya dia yang tahu diri! Harusnya dia yang berterima kasih sudah kubiarkan menikah dengan Bram!"

Tapi tetap saja, ketidaknyamanan itu mengganggunya. Ia sudah terbiasa mengendalikan Jessy, terbiasa melihat menantunya tunduk dan menurut. Tapi sekarang? Jessy seperti orang lain.

1
mama
setelah itu rmh tangga mu ancur bram,. tak ada ampun untuk manusia macam km
Ayu Septiani
waaah.... panas panas😄😄😄 author nih untung banget updatenya pas waktu buka puasa 😄😄😄😄
stela aza
menjijikan 2 manusia terkutuk 😂
karina
up lagi thor semangat
vj'z tri
PD mu kebablasan Ferguso 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
karina
up lagi thor
Skins12
upnya di banyakin dong... 😁
Ayu Septiani
betul Ella... menantumu dalam fase muak dengan perilaku kalian
Kamiem sag
ya menantumu itu sdg kesurupan kesadaran bu Ella
Etty Rohaeti
lanjut kk
Tiara Bella
lanjut
karina
semangat up lagi thor
Ayu Septiani
kakak Chika mungkin sudah memendam suka pada Jessy sejak lama. hingga mendengar Jessy ingin bercerai dia langsung bersemangat membantu Jessy
Benjut D
baru mampir langsung sula
Upi Raswan
ketahuan,, keliatan banget jason emang suka sama jessy,, pas denger jessy mau cerai aja kayak kaget kaget suka gituuu hihi
anna
🥰🥰🥰
Tiara Bella
Bram gk bakalan mw dia cerai
xenovia putri
.bneran ganti jdi pov mc kah..
.mengecewakan
Diyah Pamungkas Sari
"...selagi niatmu masih kuat!..." ngabrut sm cika, suka tipe begini ceplas ceplos 🤣🤣
Tri Ana
👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!