NovelToon NovelToon
Pembalasan Putra Kandung Yang Tertindas

Pembalasan Putra Kandung Yang Tertindas

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Menjadi Pengusaha
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.

Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.

Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.

Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.

Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.

Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?

Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PPKYT 019. Penyesalan Nayshilla Makin Mendalam

Nyonya Monika sebenarnya amat penasaran dengan pengakuan Andreas yang katanya berteman dengan mendiang Andre. Akan tetapi dia bisa menahan untuk tidak bertanya dulu tentang kenyataan sebenarnya kepada Andreas.

Mengingat mereka masih berada di tempat ramai. Di samping itu juga dia masih membujuk Nyonya Heliana agar tetap bersabar dan merelakan kepergian Andre dengan iklas.

Terus meminta uzur kepada sahabatnya itu karena tidak bisa hadir di pemakaman nanti. Dan Nyonya Heliana yang baik hati memaklumi permintaannya.

Nyonya Monika berencana akan bertanya nanti saat dia dan Andreas sudah meninggalkan kediaman keluarga Anderson Barnett.

Perlu diketahui bahwa Andre Barnett belum pernah bertemu dengan Andreas di kehidupan nyata. Dia hanya bertemu dengan Andreas di alam mimpi, sesuai pengakuannya kepada kedua orang tuanya di saat-saat nyawanya hendak pergi.

Tujuan Andreas yang mengaku sebagai teman Andre, yang juga adalah dirinya sendiri, tidak lain demi membantu Pak Anderson yang ditindas oleh Pak William dan Pak Hendrick. Padahal orang tua itu masih dalam suasana berkabung.

Makanya ketika mereka sudah sudah keluar dari ruang aula, Nyonya Monika yang sudah tidak sabar, langsung bertanya kepada Andreas.

"Ndre, bener nggak kamu temannya mendiang putra teman tante?"

"Gimana akting aku tadi, Tante?" bukannya menjawab, Andreas malah balik bertanya seraya tersenyum. "Cukup meyakinkan 'kan?"

"Jadi... kamu cuma berakting tadi?" Nyonya Monika mengerutkan keningnya seraya tersenyum pula sambil menatap Andreas seolah terkejut.

"Yaaah... bisa dikatakan begitu, Tante," sahut Andreas santai. Senyum menawannya tidak lepas dari wajah tampannya.

"Tapi... apa kamu temannya Andre apa bukan sih?" Nyonya Monika ingin memastikan.

"Bukanlah, Tante," sahut Andreas jujur. "Aku cuma sedikit mengenal aja...."

"Sumpah..., akting kamu tadi itu amat meyakinkan loh," puji Nyonya Monika sambil tersenyum bangga sekaligus senang. "Bayangkan saja kamu bisa membungkam kesombongan Pak William dan papamu di depan orang-orang."

"Huh, orang tua itu masih saja meremehkan aku," dengus Andreas setengah menggeram. "Tunggu saja nanti aku akan membalas semua perbuatannya kepadaku selama ini...!"

"Kamu sudah yakin akan melawan papamu, Andre?" tanya Nyonya Monika seolah mengingatkan. "Jika kamu sudah berkecimpung dalam dunia bisnis, pasti kamu akan melawannya juga."

"Yakin, yakin sekali...," tegas Andreas penuh tekad.

Di saat Andreas dan Nyonya Monika tengah berbincang sambil menuju parkiran, tampak Nayshilla berjalan cepat menuju ke arah mereka.

★☆★☆

"Andre!" panggil gadis cantik itu saat jaraknya dengan Andreas dan Nyonya Monika sudah dekat.

Mendengar panggilan Nayshilla yang cukup dekat, Andreas dan Nyonya Monika berhenti melangkah. Keduanya saling melempar pandang sejenak, sebelum akhirnya menoleh ke sumber suara.

Tapi....

"Kak, Kak Andre...!"

Belum juga Andreas maupun Nyonya Monika bisa melihat jelas siapa orangnya yang memanggil, pula belum juga Nayshilla sampai di tempat orang yang dia panggil, terdengar lagi suara perempuan yang memanggil nama Andreas.

Siapakah dia?

Dari arah belakang Nayshilla agak ke kiri tampak Natasha berlari kecil menuju tempat di mana Andreas dan Nyonya Monika telah berhenti. Gadis cantik yang kedua matanya masih sembab itu begitu cepat dalam bergerak, seolah hendak mendahului Nayshilla, sang kakak sepupu.

Sehingga dalam beberapa saat saja kedua gadis cantik yang hampir seumuran itu sudah sampai di depan Andreas, nyaris bersamaan.

Beberapa saat lamanya Andreas hanya bisa terpaku diam memandang kedua gadis cantik di depannya itu dengan benak bertanya-tanya, mau apa mereka menemuinya di sini?

Sedangkan Nyonya Monika hanya menarik senyum elegan sambil memandang kedua gadis cantik itu, lalu memandang Andreas selanjutnya.

Lain halnya dengan Nayshilla maupun Natasha, kedua gadis itu sudah saling tatap dengan melepas sorotan kekesalan bercampur kebencian. Seolah keduanya merupakan musuh yang saling berhadapan.

"Ngapain kamu ke sini juga?" dengus Nayshilla bernada ketus. "Ngikutin aku ya?"

"Eee, jangan GR..., siapa juga ngikutin cewek nggak jelas kayak kamu?" dengus Natasha berang, tidak mau kalah.

"Terus... kamu ngapain ke sini?" dengus Nayshilla makin kesal dengan tatapannya yang makin tajam.

"Kamu sendiri ngapain ke sini?" balas Natasha makin jadi.

Tanpa ada ancang-ancang pertengkaran konyol sudah terjadi antara kedua gadis cantik itu, tanpa dapat dicegat, di depan Andreas yang hanya bisa diam menyaksikan keasyikan kedua gadis itu.

Sedangkan Nyonya Monika cuma tersenyum melihatnya. Tapi kejap berikut, dia pamitan duluan ke mobil pada Andreas yang diiyakan oleh pemuda itu.

"Terserah aku mau ketemu Andre, bukan urusanmu!" Nayshilla makin kesal terus mendapat balasan dari Natasha. "Aku tuh temannya Andre tahu!"

"Kamu sendiri siapanya? Kurasa kamu sendiri bukan temannya. Iya 'kan?"

"Huh, cuma teman aja pake sok ngelarang segala. Aku juga ada perlu sama Kak Andre. Dan... juga bukan urusanmu...."

Natasha lebih menekan kalimat terakhirnya.

Entahlah, kedua gadis cantik itu kalau bertemu apa selalu bertengkar begitu? Karena mereka begitu nikmatnya mereka bertengkar seakan sudah terbiasa.

Hingga akhirnya....

"Apa kalian sudah selesai bertengkar?"

Sebuah suara yang kalem dan lembut nan elegan namum bernada tegas seketika membuyarkan pertengkaran kedua gadis cantik itu. Kejap berikut, mereka langsung menoleh dengan cukup terkejut pada Andreas, yang bersuara penuh ketenangan itu.

"Atau... apa kalian datang ke sini cuma untuk bertengkar?"

★☆★☆

Meski masih kalem dan lembut, tapi jelas ucapan bernada tanya itu mengandung terguran yang tegas. Sehingga membuat pertengkaran itu berhenti dengan sendirinya. Kejap berikut kedua gadis cantik itu langsung berselimut rasa malu dan canggung.

Tapi Natasha seperti bisa langsung menguasai diri, terus langsung mengutarakan maksudnya menemui Andreas. Nadanya lembut dan sopan, penuh pengharapan.

"Kak, bisa minta nomor HPnya nggak?"

Belum kering suara ucapannya, Natasha langsung mengeluarkan handphonenya dari saku pakaiannya, terus menyodorkan di hadapan Andreas.

Andreas tidak langsung mengabulkan permintaan Natasha. Sejenak dia menatap HP yang disodorkan, lalu beralih menatap wajah gadis itu yang begitu penuh permohonan.

"Apa-apaan kamu, Tasha?" tegur Nayshilla makin kesal sambil memelotot gadis itu tidak senang. "Buat apa kamu meminta nomor HP Andre segala?"

Natasha tidak perduli ucapan tidak senang Nayshilla. Dia terus saja memohon pada Andreas agar memberikan nomor HPnya.

"Nayla, Tasha, ayo cepat!" seketika sepupu mereka yang lain yang tak jauh dari situ memanggil kedua gadis itu. "Mobil jenazah sudah mau berangkat!"

"Iya, sebentar!"

 "Iya, tunggu!"

Nayshilla dan Natasha menyahut hampir berbarengan seraya menoleh sebentar. Tampak Nayshilla memberengut kesal, Natasha seperti seolah menghalangi pertemuannya dengan Andreas.

Lalu keduanya kembali menghadap Andreas, dan Natasha kembali mengajukan permintaannya yang membuat Nayshilla semakin kesal.

"Ayolah, Kak, aku cuma minta nomor HP kakak. Nggak minta macam-macam...."

Andreas masih tidak memenuhi permohonan gadis yang sebenarnya berwajah imut itu kalau tidak lagi berduka. Tapi dia berkata sesuatu yang dia berharap membuat Natasha tenang.

"Nona Natasha, masih banyak waktu untuk kita saling bertemu, tidak usah terburu-buru seperti itu. Nanti aku juga akan datang ke rumahmu. Kamu tenang saja."

"Benarkah?!" Natasha ingin memastikan lagi, tapi dia sudah tersenyum senang mendengarnya.

"Benar...."

"Pergilah! Keluargamu sudah menunggumu!"

Natasha mengangguk sebentar seraya tersenyum, menatap dengan lekat beberapa detik lamanya pemuda tampan yang namanya mirip dengan nama mendiang kakak laki-lakinya.

Setelah itu dia meninggalkan tempat itu. Tanpa menoleh sedikitpun pada Nayshilla. Tapi Nayshilla juga tentu tidak mengharapkannya.

"Ndre, apa kamu marah padaku karena aku sempat melupakanmu kemarin?" tanya Nayshilla penuh penyesalan. "Aku minta maaf..., Ndre...."

"Nona Nayshilla, aku berharap kita tidak saling berhubungan lagi," kata Andreas bernada lembut tapi penuh ketegasan. "Karena setelah kita lulus kuliah, kita bukan teman lagi...."

"Andre...," suara Nayshilla tercekat di tenggorokan saking kaget dan tidak percayanya mendengar ucapan Andreas yang lugas itu.

Sepasang mata indahnya seketika berembun. Entah kenapa dia amat sedih mendengar ucapan Andreas yang sama sekali tidak siap dia dengar dan tidak ingin dia dengar.

Rasa bersalah dan penuh penyesalan benar-benar membungkus perasaan dan hatinya yang pilu. Hatinya begitu sakit dan semakin sakit mendengar ucapan Andreas selanjutnya.

"Selanjutnya... sepertinya kita mungkin akan menjadi musuh...."

Air mata yang tadi masih menggenang di kelopak mata indah itu, seketika jatuh menggulir tanpa terhalangi di pipi putih nan mulus itu. Semakin membuat Nayshilla merasa bersalah dan menyesal sempat mengabaikan Andreas kemarin.

"Aku nggak mau...," Nayshilla memaksa untuk berkata yang hasilnya bernada sedih campur penyesalan, "aku nggak mau jadi musuhmu, Andre. Aku tetap temanmu...."

"Aku minta maaf sempat mengabaikanmu kemarin...."

"Jangan salah paham, Nona," kata Andreas tetap kalem, meluruskan. "Keputusanku tidak ada kaitannya dengan Nona mengabaikan aku kemarin."

"Terus... napa kamu nggak mau berteman dengan aku lagi?"

Andreas maju setindak ke depan Nayshilla. Menatap gadis cantik itu begitu lekat sambil menyeka airmata si gadis dengan jari jempolnya dengan lembut dan perlahan.

"Nanti juga kamu akan tahu sendiri, Nona....."

"Nayla! Ayo cepat!" terdengar seruan Draven yang mengandung kemarahan dari sana. "Masih saja kamu menemui pemuda sialan itu!"

Matanya melotot tajam memandang adiknya yang masih bersama Andreas.

Di samping pemuda angkuh itu berdiri pemuda licik lagi penuh dendam dan dengki, Leonard yang menatap marah pada Andreas.

"Pergilah! Yang lain menunggumu!"

Setelah berkata begitu, Andreas berbalik, tinggalkan Nayshilla yang menatapnya dengan penuh penyesalan dan kesedihan.

★☆★☆★

1
Yurniati
tetap semangat terus thorr
Adhie: ya, tetap semangat...
terima kasih
total 1 replies
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Adhie: siap...
total 1 replies
( KANG SESAD )
gak di lanjutkan nih proyek novel
Adhie: hehehe...
( KANG SESAD ): tot gua gabut nih ada kah seratus buat jalan²
total 5 replies
Yurniati
tetap semangat terus update nya thorr
Adhie: semangat....
soalnya lagi lebaran nih... jadi agak terganggu upnya
total 1 replies
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Adhie: siap....
total 1 replies
Lintong Samosir
cerita nya enak di baca.
Adhie: terima kasih atas dukungannya...
Adhie: terima kasih atas dukungannya...
total 3 replies
Adhie
Ini karyaku yang berikut ya...
Semoga berkenan....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!