Berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus tak membuat Mario Ericsson Navio kewalahan. Istrinya pergi meninggalkan dirinya dengan bayi yang baru saja dilahirkan. Bayi mereka ditinggalkan sendirian di ruang rawat istrinya hingga membuat putrinya yang baru lahir mengalami kesulitan bernapas karena alergi dingin.
Tidak ada tabungan, tidak ada pilihan lain, Mario memutuskan pilihannya dengan menjual rumah tempat tinggal dia dan istrinya, lalu menggunakan uang hasil penjualan untuk memulai kehidupan baru bersama putri semata wayang dan kedua orang tuanya.
Tak disangka, perjalanannya dalam mengasuh putri semata wayangnya membuat Mario bertemu dengan Marsha, wanita yang memilih keluar dari rumah karena dipaksa menikah oleh papinya.
“ Putrimu sangat cantik, rugi sekali pabriknya menghilang tanpa jejak. Limited edition ini,” - Marsha.
“Kamu mau jadi pengganti pabrik yang hilang?”
Cinta tak terduga ! Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nensi vs Melati
“Opa, makanan ini terlalu banyak.. Marsha belum tentu bisa menghabiskannya…” rengek Marsha saat semua hidangan sudah tersedia diatas meja mereka.
“Hahaha… baiklah, opa sengaja memesan banyak makanan. Karena yang ikut makan bersama kita adalah temanmu…”
“Temanku ?” tanya Marsha bingung. “ Melati, Opa ? Tapikan Opa nggak punya nomornya Melati. Bagaimana bisa memberitahu Melati untuk ke restoran ini ?”.
“Bukan hanya Melati saja yang opa undang. Tapi sahabatmu … Nensi !”.
“Hallo opa…” Sontak Marsha menolehkan kepalanya. “ Nensi ?!”.
“Hei, Marsha.. Long time no see..” ucap Nensi tersenyum lembut. Marsha tak merespon dia kembali memainkan ponselnya. Tak lama Melati tiba, dia menyapa Kendrick dan Marsha.
“Mel, duduk di sebelahku !” pinta Marsha. Melati mengangguk. Dia juga ingin duduknya bersebelahan dengan Marsha. Jadilah Nensi yang duduk di sebelah Kendrick.
“Karena sudah kumpul semua, ayo kita makan siang !” ucap Kendrick tanpa tahu jika suasana di meja mereka sangat panas.
“Cha, ini cara makannya gimana ?” bisik Melati tak enak. Karena dia tidak tahu cara memotong steak di hadapannya itu.
Marsha tersenyum dia memberikan steak miliknya yang sudah teriris rapi dipiringnya. “ Ini, kamu makan ini aja. Sudahku iriskan,” bisik Marsha pelan.
Sayangnya, bisikan keduanya terdengar oleh Nensi yang sedari tadi memantau pergerakan Melati dan Marsha. “ Kamu nggak pernah makan steak ya ?” celetuk Nensi membuat atensi mereka ke arah Nensi.
“Belum..”
“Sayang sekali, makanan mahal seperti ini kamu baru mencobanya..” ucap Nensi sombong. Marsha tak menyukai sifat Nensi yang terlihat terang-terangan memusuhi Melati.
“Sudah jangan dengarkan dia, “ ucap Marsha membuat Nensi tak terima.
“Makan ! Jangan berisik !” tegur Kendrick tak suka.
“Baik Opa..”
Lagi-lagi saat Melati hendak mengambil sushi, Nensi selalu menyerobot mengambil sushi sehingga sumpit yang dikenakan Melati terjatuh ke lantai.
“Upsss.. Maaf ya..”
Marsha memutar bola matanya malas. Hatinya sangat kesal dengan perlakuan Nensi kepada temannya. Marsha mengambil sumpit yang baru dan memberikannya kepada Melati.
Gadis polos itu terlihat gugup dan malu. Namun, karena Marsha dia membuang rasa itu dan kembali menyumpit sushi di atas piring. Saat Nensi kembali menyerobot sushi, Melati tiba-tiba saja menarik piring sushi dan meletakkannya di tengah piring dirinya dan Marsha.
“Kau !!!”
“Nensi ! Sushi didepanmu masih banyak kenapa kamu mau mengambil milik orang lain !” tegur Marsha lugas membuat Nensi menahan kesalnya sementara Kendrick dia hanya melihat tanpa mau membela. Dia tahu siapa yang salah dan siapa yang benar.
“Kok kamu belain dia, rsha ! Aku ini sahabat kamu loh,”
“Maaf, tapi aku nggak punya sahabat yang rakus !” seru Marsha santai.
Marsha tak peduli, dia menikmati makan siangnya begitu juga Melati. Dia tidak peduli di cap sebagai orang tidak sopan oleh Kendrick, dia tidak mau harga dirinya diinjak oleh perempuan bernama Nensi.
“Ayo, Melati. Masih ada spaghetti, mie goreng, kwetiau goreng, nasi goreng dan lainnya. Jangan sungkan untuk menikmati hidangan ini. Opa sengaja memesan banyak untuk kita makan siang ini,”.
“Terima kasih, opa..” Melati yang masih merasa lapar memilih memakan kwetiau goreng. Sedangkan Marsha dia mengambil mie goreng kesukaannya.
Nensi yang merasa dikucilkan terlihat sangat kesal sekali. Berbeda dengan meja yang tak jauh dari mereka. Ibu dan anak itu tengah berperang pikiran saat melihat Marsha yang makan dengan lahap.
“Bukannya Gilbert menarik semua fasilitas milik Marsha ? Kenapa Marsha bisa makan ditempat semewah ini ? Wah, nggak beres ini… pasti Marsha simpanan pria kaya ! Aku akan adukan ini kepada Gilbert, dengan begitu putriku akan jadi satu-satunya putri Gilbert !!”.
“Mah, mama ngomong apa ?” tanya Dora bingung.
“Iya jeng, dari tadi kalian berdua kenapa ?” Arneta kembali menoleh dan dia memicingkan matanya saat melihat Melati duduk disana.
“Bagaimana mungkin ? Diakan orang miskin nggak mungkin bisa makan ditempat semewah ini. Apa dia benaran simpanan pria kaya ? Wah, Kai harus mengetahui ini !”. Tanpa sadar Arneta mengambil ponselnya. Dia memotret Melati yang tampak makan lebih lahap.
“ Akan ku buat kalian berpisah !” Arneta mengirim foto itu ke nomor putranya dengan senyum yang mengembang.
“Tante, tante kenapa tersenyum ?”.
“ kamu lihat wanita itu, dia adalah wanita yang dicintai putraku. Tapi aku tidak merestuinya. Kamu tahu, wanita itu sangatlah miskin bahkan berusaha mengait putraku hanya untuk menikmati harta keluarga kami !”
“Wanita itu ?” tanya Dora memastikan.
Arneta mengangguk. “ Ck ! Dasar miskin, berani-beraninya dia mau bersaing denganku untuk mendapatkan Kai. Aku sudah memegang restu ibunya sedangkan kamu tidak direstui. Akan ku buat kamu sadar dengan posisimu !”.
“Kamu harus menyingkirkan wanita itu, Dora. Bagaimanapun caranya singkirkan dia !”.
Dora mengangguk,” Aku akan menyingkirkannya, tante !”.
“Bagus !”.
“ Ayo, kita lanjutkan lagi makannya. sepertinya Kai sedang sibuk “ Dora mengangguk, sebetulnya dia sangat kecewa karena Kai tak datang untuk menemuinya.
Sedangkan di sisi lain, Kai berdecak kesal dengan puluhan pesan ibunya itu. Namun, ada satu pesan yang menarik perhatiannya sehingga Kai langsung membuka pesan gambar itu.
“Mela ? “ lirihnya.
“Mela siapa, Kai ? Kita lagi bahas buat kerja sama besok. Kenapa jadi Mela sih !” seru Mario kesal.
“Ah, nggak ada..”
“Ck fokus Kai, fokus !! Apa ibumu masih menjodohkan kamu sama wanita itu ?” tanya Mario yang tahu tentang asistennya.
“Hm.. Tapi aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai..”
Mario bertepuk tangan membuat Kai keheranan. “ Aku kira kamu sosok pria yang tidak mengenal cinta, Kai.”
“Maksud kamu aku kaum pelangi, gitu ??”
“Kaum pelangi ? Emang na paman Kai bidabedali ya ?”
“Eh ?!!”
“Dedek ???”. Panggil Mario saat melihat putrinya berdiri di sebelah Asisten Kai.
“Dedek kok bisa masuk ?” tanya Mario heran. “ Teman-teman, dedek mana ?”
“Dah pulang, tadi di jemput cama olang tuana.. Makanya dedek ke cini di antel bibi Mola..”
Maureen masih menatap Asisten Kai dengan polos. “ Paman Kai, paman dali istana langit ya ? Kok nda bawa bida bedali buat dedek..”
“Buat apa ?” tanya Kai bingung.
“Buat istli, ayah. Kasian nda ada yang ngulusin ayah sama dedek.”
“Kan ada nenek Vion sama kakek Narel ?”
“Bedalah, halusna ayah yang ngulus bukan nenek yang ngulusin ayah..”
“ Wah, dedek Iren ternyata pintar ya. Bagaimana kalau dedek minta ayah buat cari bunda baru buat dedek.. “ tampak Maureen memikirkan sesuatu.
“Kalau dedek ada bunda baru, nanti dedek merasakan sosok ibu selain mama cu dedek. Nanti bunda barunya bisa tinggal serumah sama dedek, sama ayah, sama nenek Vion dan kakek Narel. Gimana tertarik nggak ?” ucap Kai membuat Mario berdecak kesal.
“Hmm…… cepeltina ide paman menalik ! Ayah, dedek mau bunda balu ! Halus ada ya, janan nda ada. Dedek mau ajak nenek Pion nyali bunda balu buat ayah !!” pekik Maureen girang.
“Bay bay ayah !! Dedek pelgi dulu !!” seru Maureen berlari keluar ruang kerja Mario. Untungnya pintu ruangan itu belum tertutup sehingga Maureen dengan mudah keluar.
“Kaaaaaiiiiiiii.. Bisa-bisanya kamu racuni pikiran putriku !!”
“Ya nggak papa.. Daripada karatan.. Sampai kapan kamu seperti itu, putrimu juga butuh sosok seorang ibu. Masa kamu selalu biarkan putrimu bergantung dengan istri orang. Mending kamu cari aja atau mau aku yang cariin ?” goda Kai.
“Ck !!”.
Sementara itu, Maureen langsung mencari keberadaan Vion. Dia berlari ke dapur karena biasanya Vion berada disana untuk memasak.
“Nenekkkkkkkkk, ayo kita cali bundaaa baluuuuuu !!!” teriak Maureen saat dia melihat Vion yang sedang memasak.