Inayah Ayudia seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Ibrahim Arsenio Cipta berusia 28 tahun.
Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu saling membutuhkan satu sama lain. Akankah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, dan apakah hubungan mereka berjalan dengan mulus ketika ada perbedaan status sosial?
Mampukah Inayah yang berasal dari keluarga sederhana masuk kedalam kehidupan seorang Ibra yang berlimpah dan bergelimang harta. Simak kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan Inayah
Keesokan harinya seperti biasa Inayah bangun lebih pagi, karena harus menyiapkan sarapan. Entah kenapa Inayah begitu bersemangat hari ini, terutama saat memasak sarapan, apalagi orang yang memuji masakannya kini bertambah, yaitu Ibra.
Hari ini Inayah memasak sarapan nasi goreng seafood plus telur dadar, ia memanfaatkan bahan-bahan yang ada di dalam kulkasnya.
Setelah selesai masak, dan menyajikan masakannya di meja makan untuk Ayah dan Ibunya, Inayah bergegas mandi.
"Nak, kenapa hanya ada dua piring? kamu nggak makan?" Tanya Ibunya saat ia hendak melangkah ke kamar mandi.
"Ina sarapan di kantor aja Bu," jawabnya
Dua puluh menit kemudian, Inayah sudah selesai mandi dan mengenakan pakaian kerjanya. Lalu Inayah menuju dapur lagi untuk menyiapkan dua kotak bekal dan mengisinya dengan nasi goreng seafood buatannya tadi.
"Ibu pergi duluan ya," Ibu memghampirinya yang sedang asyik di dapur.
"Loh kamu bawa dua kotak bekal, satu lagi untuk siapa?" tanya Ibunya.
"Ehm, untuk Yasmin Bu, kami mau sarapan bersama hari ini," lagi-lagi Inayah berbohong.
Yasmin maafkan aku menyebut-nyebut namamu kali ini, ah semenjak mengenal Pak Ibra kenapa aku jadi sering berbohong sih. Inayah menepuk kecil keningnya.
"Oh ya udah, Ibu pergi ya."
"Iya Bu, ini juga Ina mau pesan ojek." jawabnya.
Setelah setengah jam perjalanan, Inayah sampai dikantor, tak sengaja Inayah berpapasan dengan Yasmin yang baru saja memarkirkan mobilnya di depan gedung perusahaan.
"Ina," Panggil Yasmin kemudian menghampirinya.
"Yasmin, maaf banget yah soal kemarin," jawabnya.
"Iya nggak apa-apa. yang penting kamunya nggak kenapa-kenapa. kita tuh khawatir tau? eh kamu bawa bekal?"
Mereka mengobrol sambil berjalan menuju lift,
"Iya. aku takut telat kalau harus sarapan dirumah, duh maafin aku ya selalu nggak bisa ikut ngumpul sama kalian," ucapnya lagi.
"Iya, emangnya Pak Ibra memberikanmu pekerjaan yang cukup banyak ya? yang sabar ya."
"Ya begitulah Yas, kerjaan kamu sendiri gimana?"
"Ah aku, lancar kok. beruntung banget bosku nggak galak kayak bos kamu." Ucap Yasmin.
"Iya, tapi sebenarnya Pak Ibra nggak sekejam itu kok, masih ada sisi baiknya juga,"
"Oh ya, baguslah kalau begitu, ya udah Ina aku duluan yah, bye." Akhirnya setelah sampai di lantai lima, mereka pun berpisah.
Inayah sudah tiba di lantai delapan, ia langsung melangkah menuju ruangan nya, ia sudah menduga jika Ibra belum berada diruangannya pagi ini, maka Inayah langsung meletakkan salah satu kotak bekal tersebut di atas meja Ibra.
Niatku membuatkan nya bekal hari ini hanya untuk berterimakasih atas pemberian nya yang berlebihan itu.
Kemudian kembali ke mejanya, ia membuka kotak bekalnya dan mulai mencicipi masakannya sendiri.
"Masakanku memang enak, tak bisa dipungkiri," ia memuji dirinya sendiri dengan percaya diri.
Tak lama kemudian, Ibra masuk ke ruangan, saat Inayah sedang menikmati sarapan nya.
"Ehm," Ibra menghentikan langkahnya tepat di depan meja Inayah,
"Ayo Pak kita sarapan," ajaknya.
"Kamu mau berbagi lagi denganku?" Ibra menaikkan alisnya.
"Iya, tapi kali ini dengan porsi masing-masing." Jawab Inayah.
"Maksudnya?"
"Itu Pak di meja Bapak ada satu kotak bekal," saat Inayah mengucapkan kalimat itu, Ibra ingin sekali tersenyum lebar, namun sebisa mungkin ia menahan nya.
"Ehm, benarkah?" Ibra berjalan menuju ruangan nya, saat melihat kotak bekal berwarna biru muda itu, Ibra tersenyum lebar dan sangat penasaran apa isinya.
Padahal sebelum berangkat ke kantor, Ibra sudah memakan empat lembar roti panggang. Tapi ia sangat tergiur dengan kotak bekal tersebut dan mulai menikmatinya, melahap habis tanpa sisa.
"Inayah," ia memanggil Inayah dari dalam, karena suaranya yang besar tentu saja Inayah mendengarnya dan langsung beranjak menghampiri Ibra.
"Iya Pak ada apa?"
"Apa kamu sedang melakukan promosi atas masakanmu?" Inayah tak mengerti maksud Ibra.
"Ehm, enggak. saya nggak berniat untuk membuka bisnis kuliner kok, memangnya kenapa Pak?"
"Bukan itu maksudku, apa kamu sedang promosi masakanmu agar aku bisa menikmatinya setiap hari?" Pertanyaan Ibra makin aneh dan Inayah semakin tak paham.
"Bapak ngomongnya terlalu ribet ah intinya saya nggak berniat untuk buka usaha kuliner atau catering bulanan, saya cuma mau ngucapin terimakasih atas ponsel mewah yang bapak belikan kemarin yah meskipun itu sangat nggak sebanding tapi setidaknya saya udah__ " Kalimat Inayah terhenti saat Ibra berjalan mendekatinya, sangat dekat.
"Apa kamu sedang promosi masakanmu agar segera ku jadikan istri?" Mendengar kalimat yang di ucapkan Ibra, membuat Inayah menghela nafas. entah permainan apalagi yang akan dilakukan bosnya ini.
Tapi kali ini Inayah ingin sekali membalas kalimat-kalimat aneh dari Ibra, biasanya Inayah hanya diam dan tak peduli. Namun berbeda saat ini.
"Jika iya, bagaimana?" Ibra mengulum senyum dibibirnya mendengar jawaban Inayah.
"Apa kamu sedang menantangku?" Tanya Ibra lagi dengan senyum sinis.
"Saya nggak menantang Bapak sama sekali, justru sebaliknya sepertinya Bapak yang menantang saya." Jawab Inayah sambil terus menatap mata Ibra, membuat Ibra gugup tak karuan.
"Inayah berhenti bercanda, ambil minuman di kulkas, tenggorokan ku kering sekali," tiba-tiba Ibra mengalihkan pembicaraan.
Hem, jelas kan sekarang siapa yang kalah, makanya jangan memulai. Gerutu Inayah sambil melangkah menuju kulkas mengambil minuman sesuai perintah bosnya itu.
"Ini pak," Lalu Ibra segera mengambil dan membuka minuman itu dan langsung meminumnya terburu-buru hingga tersedak,
"Ehm, ehm. Nayah, kenapa kamu masih berdiri disitu, membuat ku tersedak."
"Lah kok salah saya? Bapak aja yang minumnya buru-buru. jangan gugup begitu dong. santai Pak saya cuma bercanda, permisi." Inayah tersenyum menang saat melihat Ibra benar-benar gugup.
Makanya jangan memulai.
***
Bersambung..
vote vote vote dong..
bantu author menaikkan rank novel ini, biar semangat upnya sehari 5 episode 😂😎
kerja apapun
mSak tidur di jam kerja
dan LG Inayah ini gak ada sopan2 nya sama atasan
wajar Ibra bilang gak tau diri