Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 30
Daisy turun dari ranjangnya, perlahan ia berjalan dan langsung duduk di depan meja yang di penuhi dengan hidangan mewah. Meja dan kursi yang berada tak jauh dari jendela balkon.
Daisy melihat matahari yang kian tenggelam dan kemudian di susul dengan lampu-lampu taman yang menyala.
"Aku harus punya tenaga, jadi aku akan makan banyak." Kata Daisy melahap makanan-makanannya.
Tak lama kemudian Mena datang.
"Nona, saya senang anda makan dengan lahap. Dokter Gavriel menyarankan untuk mengajak anda pergi jalan-jalan, apakah anda bersedia."
Daisy kemudian melihat ke arah Mena.
"Apakah ada semacam pasar malam atau pusat hiburan di sini, mungkin aku rindu masa kecilku, dulu ada semacam itu di kota ku." Kata Daisy.
"Kebetulan hari ini ada pembukaan wahana hiburan, ada di pusat kota, pasti sangat meriah, tapi apakah benar anda tidak akan apa-apa Nona?" Tanya Daisy.
"Tidak. Aku pasti akan sangat senang jika di ijinkan." Kata Daisy tersenyum lebar.
"Baik saya akan menyiapkan semuanya, tapi saya harap anda tidak menolak jika ada banyak pengawalan di sisi anda karena ini sebuah keharusan Nona, dan saya akan menghubungi Tuan Ben lebih dulu."
"Tidak apa-apa, aku tidak masalah." Kata Daisy.
Kemudian Mena menunduk dan pergi memanggil para pengawal jika mereka harus melindungi Daisy, sedangkan Mena sendiri bersiap diri dengan mengambil senjatanya di kamar.
Mena juga menghubungi Traver lebih dulu.
"Halo Tuan Traver, Nona Daisy sudah sadar, dan Dokter Gavriel menyarankan agar membawa Nona berjalan-jalan untuk kesehatan mentalnya, lalu Nona mengatakan bahwa ingin melihat pasar malam seperti masa kecilnya dulu, kebetulan ada taman hiburan di pusat kota yang di buka malam ini, apakah Tuan Ben mengijinkan?"
"Aku akan menanyakannya dulu."
"Baik saya akan menunggu." Kata Mena.
Meski Mena dan Traver kakak beradik, namun mereka tetap menjalankan pekerjaan dengan profesional.
"Tuan Ben mengijinkan, kita juga dalam perjalanan pulang, pukul 8 malam Tuan Ben akan menjemput Nona Daisy."
"Baik Tuan. Saya mengerti." Kemudian Mena menutup teleponnya.
Di kamar, Daisy sudah mulai bersiap, ia mengganti pakaian serta membawa kain merah yang telah di sepakati nya dengan Dereck.
Mobil telah berurutan terparkir rapi di sepanjang jalan mansion, Daisy yang turun di sambut oleh para pelayan dan pengawal.
Para pelayan mengatakan selamat bersenang-senang untuk Daisy dengan bahasa yang sangat sopan.
Sedikit kekaguman menyelimuti dadanya, ia di perlakukan bak ratu di dalam mansion itu. Namun segelintir raut masam dan khawatir pun tersirat di wajahnya. Kegundahan juga melanda hati dan benaknya. Pikirannya pun di penuhi oleh rasa bersalah.
"Apakah keputusanku ini akan baik-baik saja? Mereka sangat baik padaku."
"Tidak! Ini semua karena mereka takut pada Ben, aku tidak mau tinggal dengan monster itu!"
Malam itu, pertama kalinya Daisy keluar dari mansion, mobil-mobil hitam yang mewah berurutan saling bergantian keluar dari gerbang besar mansion dan melesat ke jalan raya membelah padatnya keramaian malam.
Daisy duduk satu mobil dengan Mena, Daisy sangat berhati-hati dan benar-benar memperhatikan Mena, karena ia pasti akan selalu ada di dekatnya.
Perjalanan tak kurang dari 30 menit, dan mereka telah sampai di pusat kota. Pembukaan taman hiburan yang tersohor dan terbesar di Negara K di bawah naungan JIMI GROUP ternyata membuat pengunjung membludak.
"Ini sangat indah." Kata Daisy melalui jendela mobilnya.
Banyak lampu-lampu yang terang menyinari pusat hiburan itu.
"Aku akan turun dari sini." Kata Daisy.
"Tapi nona akan lebih baik jika kita masuk melalui pintu khusus di belakang." Kata Mena.
"Tidak, aku ingin merasakan sensasi seperti waktu aku masih kecil, mengantri melalui gerbang depan untuk membeli tiketnya." Kata Daisy tersenyum.
"Baik Nona, tapi saya mohon untuk terus berada di dekat para pengawal." Kata Mena.
Kemudian Daisy turun dari mobil di susul oleh belasan pengawal, semua orang yang ada di sana pun langsung menyingkir secara spontan, tatapan iri, tatapan takjub, dan tatapan terpesona bercampur menjadi satu di semua pasang mata para manusia yang melihat Daisy.
Ada pula mereka yang mengabadikan melalui ponsel mereka, merekam Daisy yang sedang berjalan.
"Wahh cantiknya...."
"Cantik sekali... Siapa dia? Apakah dia artis?"
"Apa dia anak orang kaya, dari konglomerat mana ya?"
Semua kalimat berjubel menjadi satu di sela-sela kerumunan.
"Siapa dia! Apa bangganya membawa puluhan pengawal! dia mau pamer ya!"
"Tidak secantik aku..."
"Apa yang dia inginkan di sini dengan membawa banyak pengawal?! Norak!"
Dan tidak sedikit pula yang menghakimi serta menyudutkan Daisy dengan makian atau hinaan yang pedas.
Namun, Daisy tidak peduli itu, karena ia sudah mengalami hal buruk dan menyakitkan selama hidupnya, bahkan Daisy selalu menilai bahwa ia dilahirkan hanya untuk merasakan rasa sakit, entah hinaan, makian, cercaan, ataupun siksaan, bahkan sekarang ia sudah menanggalkan harga dirinya untuk menjadi tahanan ranjang seorang monster.
Mena mengatri tiket dan Daisy berdiri di belakang nya, tidak ada kesempatan bagi Daisy untuk menempelkan kain merah di gerbang, karena terlalu banyak pengawal yang ada di sampingya.
Daisy mulai panik apakah Dereck akan tahu jika ia datang, apakah ini akan menjadi sia-sia belaka.
Daisy meremas kain merahnya yang seukuran sapu tangan, ia merasa gundah dan juga gugup, para pengawal benar-benar tidak dapat ia kelabui karena itu terlalu banyak ada di sekitarnya.
Pria-pria ber jas hitam, memakai kacamata dan earphone di telinga mereka, jelas itu sangat menarik perhatian, apalagi jumlahnya begitu banyak.
Dereck langsung bisa membaca situasinya, saat itu dia baru saja selesai memotong pita dan beramah tamah dengan para tamu, banyak juga media asing yang meliput.
Melihat ada kunjungan yang menghebohkan itu, tentu saja sebagian media penasaran siapakah konglomerat yang datang dengan membawa banyak pengawal, apalagi alih-alih menggunakan hak previlege nya melalui jalur khusus agar bisa masuk ke taman hiburan dengan nyaman ia justru mengantri di barisan tiket untuk masuk.
"Casey, dia datang. Bersiaplah." Kata Dereck.
"Baik tuan."
Casey dengan sigap pergi mengikuti Dereck, ia memerintahkan para pengawal yang menyamar untuk bersiap, ia juga melakukan pengecekan senjatanya.
Langkah kaki panjang Casey kemudian terhenti ketika melihat Daisy yang ada di antara kerumunan.
"Tuan... Terlalu banyak pengunjung." Kata Casey.
"Itu lebih baik tetap awasi kemana Daisy akan pergi, dia pasti memikirkan sesuatu. Aku akan keluar menyusulnya terus kabari aku dimana lokasi Daisy saat."
"Baik tuan." Kata Casey
Casey mengamati dari menara tinggi pemantau, layar-layar menampilkan semua cctv yang menyorot pada Daisy.
Sedang Daisy semakin merasakan ketegangan, suasana hiruk pikuk para pengunjung membludak pun membuatnya kwalahan, seolah kepala nya ingin pecah, ia harus memutar cara bagaimana bisa lepas dari pengawalnya dan juga Mena.
"Mena..."
"Ya Nona."
"Dimana kamar mandi? Tiba-tiba aku ingin ke kamar mandi." Kata Daisy dengan raut wajah pucat.
"Anda sakit Nona!" Tanya Mena panik.
"Bu... Buka...n... Aku ingin buang air..." Kata Daisy.
bersambung
gue tau tujuan lu mulia bgt sbgi ibu tpi itu bkn anak lu doang dess ampuun stress aing 😭
nak sekali² kau hrs mengalah dgn keadaan agar hubungan mu membaik, jgn slalu mnuntut utk diprioritaskan.
weeh laki² jg manusia yaa,, jgn mentang² dia lelaki hrs slalu ngalah sm prmpuan ditiap mslh 😭
hduh cpek aing, drama apa ini lelah batin😭