Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Kencan Bersama?
Digo berjalan kearah nakas dan meraih ponsel yang tergeletak di sana. Pria itu langsung membaca nama yang tertera dibagian atas layar.
"Kinara." lirih Digo. Pria itu melirik sebentar kebelakang, menatap wajah Renata yang tengah menunggunya sambil duduk manis di tepian ranjang.
Digo memberi senyum pada Renata, gadis itu pun langsung membalasnya. Kembali Digo menatap layar ponselnya lalu mengangkat telfon dari Kinara.
"Halo." ucap Digo.
"Halo mas, kenapa kamu lama sekali mengangkat telfonnya." protes Kinara langsung.
Digo berfikir sejenak, mencari alasan yang tepat untuk Kinara. "Aku.. Sedang ada meeting tadi diluar, ada apa?" tanya Digo setelahnya.
"Oh, apa kamu ingat pentas show minggu lalu mas? Banyak sekali yang suka pada disain baju buatanku. Besok malam mereka mengundangku untuk wawancara disalah satu stasiun televisi. Aku mau kamu ikut denganku mas. Bagaimana, kamu bisa kan?" tanya Kinara dengan suara semangatnya. Tidak pernah Digo mendengar Kinara begitu bersemangat seperti sekarang ini sebelumnya.
Dibelakang, perlahan Renata bangkit dari ranjang dan berjalan memeluk Digo dari arah belakang. "Jangan lama-lama, aku menunggumu." bisiknya dengan mesra disalah satu telinga Digo lainnya.
Renata mulai menciumi pundak, bahkan sampai ke leher Digo dari arah belakang. Hingga membuat pria itu mulai tidak fokus dengan telfonnya.
"Mas? Kamu dengar aku kan?" tanya Kinara memastikan.
"Ah, iya.. Aku akan datang. Besok, besok malam." jawab Digo akhirnya.
"Bagus! Aku akan siapkan baju yang akan kamu pakai besok malam." ucap Kinara antusias.
"Ya, siapkan saja." jawab Digo, dengan setengah mati menahan hasrat agar suaranya terdengar tetap netral.
Sementara Renata kini mulai memutar tubuhnya merangkul mesra Digo dari depan dan mulai menciumi leher depan dengan ganas hingga membuat jakun Digo naik turun.
"Ya sudah, aku akan siapkan sekarang." putus Kinara.
"Baiklah." jawab Digo.
Tut!
Telfon terputus, Digo membuang ponselnya keranjang dan langsung meraih pinggang Renata.
"Ternyata kamu sangat nakal." ucap Digo.
"Siapa suruh membuatku menunggu." jawab Renata manja.
"Baiklah, aku akan menghukummu kali ini." ancam Digo.
"Jika dihukum dengan yang enak-enak, aku tidak akan menolak." ujar Renata sambil terkekeh dengan nada yang semakin menggoda.
Tanpa basa-basi lagi, Digo langsung mendaratkan ciuman pada bibir Renata dengan buas. Renata pun langsung membalasnya dengan tidak kalah panasnya.
"Eumph!" leguh Renata yang mulai kehabisan nafas akibat ciuman liar yang Digo berikan padanya.
Tapi Renata suka, sangat suka jika Digo sangat agresif padanya.
"Sayanggh.. Apa ituuh tadi istrimu yang menelfon?" tanya Renata sambil terengah setelah Digo melepaskan ciuman mereka.
"Ya." jawab Digo singkat lalu membenamkan wajahnya dileher Renata.
"Apa katanyaah?" tanya Renata sambil menahan hasratnya.
Digo mengangkat wajahnya dan duduk ditepi ranjang, lalu menarik tangan Renata dan merengkuh pinggangnya. Hingga kini Renata duduk diatas pangkuan Digo.
Digo menyisir rambut Renata kebelakang telinga. "Dia menyuruhku untuk pulang besok malam." ucap Digo apa adanya.
"Kenapa? apa terjadi sesuatu?" tanya Renata datar.
Digo tersenyum kecil. "Tidak sayang, dia memintaku untuk menemaninya kesebuah acara wawancara disalah satu televisi." jawabnya.
Renata mengangguk kecil dan tampak menimang-nimang. "Istrimu hebat juga." pujinya.
"Dia tidak sehebat itu. Ini semua salahku, aku yang mendukung penuh mimpinya dari awal. Sekarang setelah dia berhasil, justru dia mulai tidak memperdulikan ku." jelas Digo dengan tatapan kosong mengingat masa lalu yang kini terasa pahit baginya.
Renata menangkap wajah tampan Digo yang penuh penyesalan dengan kedua tangannya, dan mengangkatnya untuk menatap mata Renata.
"Tapi bukankah karena itu kita jadi bertemu?" ucap Renata lembut. "Mas, aku tidak perduli siapa kamu, dan bagaimana masa lalu mu. Bahkan aku tidak perduli jika aku bukan yang pertama untukmu. Tapi aku berjanji selama kamu dan aku bersama, aku akan memberikan semua yang tidak kamu dapatkan dari istri pertamamu, Kinara." lanjut Renata.
Digo tersenyum mendengarnya. "Terimakasih Ren, aku merasa sangat beruntung memilikimu sekarang." jawabnya.
❣️❣️❣️
Di dalam kantor Melviano group. Dafina tampak tengah berpangku tangan dimejanya dengan wajah yang tak ada gairah. Wanita itu memainkan pulpen yang ia pegang sambil menatap kosong didalam ruangannya.
Dafina menghela nafas panjang. "Rasanya malas sekali jika tidak ada Tuan Digo dikantor." keluhnya.
"Lagipula, kenapa tiba-tiba dia harus ada acara keluar kota? Itu sangat menyebalkan!" lanjut Dafina bermonolog.
Dafina mulai merasa bosan karena pekerjaannya kini sudah selesai, dan entah apa yang ia pikirkan hingga tiba-tiba saja Dafina jadi memiliki akal licik untuk mengerjai Renata kali ini. Lagipula Dafina pikir hari ini dia bebas karena tidak ada Digo dikantor sekaligus ingin memberikan pelajaran pada wanita yang ia anggap sebagai saingannya itu.
Tapi saat Dafina baru saja sampai didepan pintu ruangannya, tiba-tiba ia melihat Jovan yang nampak tengah berjalan kearahnya.
"Asisten Jo." panggil Dafina.
Jo dengan wajah datar yang selalu melekat diparas tampannya itu kini berhenti tepat didepan Dafina kini. "Ada apa sekertaris Dafina?" tanya Jo.
"Tidak, aku pikir kamu ikut pergi bersama Tuan Digo hari ini." ujar Dafina berpendapat.
"Tuan Digo hanya pergi untuk dua hari saja. Lagipula besok hari libur, jadi mungkin Tuan Digo ingin sekaligus pergi liburan." jawab Jovan dengan pemikirannya sendiri.
"Oh, sayang sekali." gumam Dafina.
"Ada apa sekertaris Dafina, apa ada masalah?" tanya Jovan.
"Ah! Tidak, tidak ada." jawab Dafina sedikit gugup. "Jo, apa hari ini Renata masih ada pemotretan?" tanya Dafina lalu.
"Oh, kebetulan nona Renata hari ini tidak masuk karena ada kepentingan pribadi." terang Jovan.
"Tidak masuk? Berani sekali, baru beberapa minggu bekerja saja sudah berani meminta ijin untuk tidak berangkat. Sungguh tidak tau malu!" umpat Dafina. "Apa Tuan Digo tau tentang ini?" tanya Dafina lalu.
"Saya tidak tau mengenai itu sekertaris Daf, saya hanya mendapatkan informasi dari manager nona Renata." jawab Jovan.
"Sungguh kebetulan sekali!" gumam Dafina. "Kalau begitu, terimakasih asisten Jo." ucap Dafina.
"Ya, senang bisa membantu anda. Saya permisi." pamit Jovan.
"Ya, silahkan." jawab Dafina.
Dafina mengurungkan niatnya untuk pergi ke ruang pemotretan kali ini. Ia pun kembali masuk dan duduk di dalam ruangannya.
"Tuan Digo dan Renata sama-sama tidak masuk hari ini. Mungkinkah mereka... pergi kencan bersama?" ucap Dafina sambil meluapkan keganjalan dihatinya.
"Tidak, tidak, aku harus memastikannya sekarang!" Dafina yang mulai panik langsung buru-buru merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam sana.
Dafina langsung menghubungi nomor Renata saat itu juga. Kebetulan waktu itu dia sendiri lah yang ditugaskan untuk menghubungi Renata untuk melakukan pembicaraan kerjasama. Jadi Dafina masih menyimpan baik-baik nomor Renata di ponselnya.
Suara sambungan telepon mulai terdengar, pertanda nomor Renata tengah aktif.
"Halo?" suara lembut dari balik telfon.
dan Kinara jika benar itu ulahmu tunggu saja karma datang padamu