"Putuskan anak saya sekarang juga! Saya sudah menyiapkan sosok laki-laki yang lebih pantas buat dia daripada kamu yang hanya seorang montir."
"Maaf Pak, tapi anak anda cintanya cuma saya."
Satya Biantara, seorang pria yang hanya bekerja sebagai montir tiba-tiba malah di buat jatuh cinta oleh seorang gadis dari keluarga kaya, dia lah Adhara Nayanika.
"Mas Bian, kita kawin lari aja yuk!"
"Nggak ah capek, enak sambil tiduran."
"Mas Biaaaaannn!!"
Follow IG : Atha_Jenn22
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Jenn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Tuh muka bisa biasa aja nggak?" Bhumi mengejek ekspresi Bian saat ini.
"Emang muka gue kenapa? Perasaan biasa aja."
"Kan..kan..udah kayak mau makan orang aja. Udah gue bilang ya Sat, kalau yang ini gue Yes..kalau yang kemarin rasanya pengen tak karungin terus buang kali."
Dhara yang kurang paham dengan perdebatan antara Bhumi dan Bian itu hanya bisa memandang kedua orang itu bergantian.
"Ini kalau orang lihat udah kayak lagi rebutan cewek, dan ceweknya itu gue!! Fix seketika gue langsung gas poliandri kalau speknya Mas Bian dan Mas Bhumi begini. Tapi Mas Bian tetap gue nomor satuin, tapi tenang Mas Bhumi gue bisa adil kok."
Otak Dhara tiba-tiba ikut tidak waras sampai akhirnya suara dering ponsel mengejutkannya, lamunan gilanya pun ikut ambyar.
Bian dan Bhumi pun seketika diam, Bhumi sendiri memilih masuk kembali ke dapur. Sedangkan Bian langsung duduk di depan Dhara. Pria itu terus memperhatikan Dhara yang tengah menjawab teleponnya.
[Iya Pa, maaf Pa Dhara lupa kalau ada janji sama temen. Papa kasih nomornya aja, nanti Dhara kalau sempet bakal Dhara chat.]
[Ck...kamu ini bisa nggak, nggak bikin Papa malu. Arsen padahal udah dateng dari tadi. Untung aja Kakak mu pulang jadi dia bisa ngobrol sama Kakakmu]
Tuuut. Panggilan di putuskan sepihak oleh Papa Dhara. Dhara langsung menghela nafasnya, gadis itu seketika mengubah ekspresi wajahnya yang tadinya terlihat sendu seketika beruba ceria, membuat Bian yang memperhatikannya sedikit terkejut.
"Di suruh pulang ya?" tanya Bian.
Dhara pun tersenyum, "Biasa anak gadis takut di gondol orang. Eh iya, Mas Bian mau bicara apa ya kok sampai harus jauh ke cafe sini?"
Bian nampak berpikir sebentar, "Ah nggak, cuma emang pengen ngobrol sama kamu."
"Ah begitu, ehm..Mas Bian nggak takut kalau Raya marah?"
"Marah kenapa?" tanya Bian bingung.
"Mas Bian kan lagi sama aku, terus kalau ada yang ngadu sama dia gimana? Mas Bian nggak takut kena marah?"
"Oh itu, dia kan udah tahu kamu. Dia bukan tipe pencemburu kok" jawab Bian.
Dhara menatap Bian kasihan, Bian yang di tatap seperti itu langsung menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa Dhara? Apa arti tatapan itu? Kenapa aku seolah kasihan di pandangan kamu" Bian seketika merasa sedikit insecure.
"Mas Bian, Mas Bian udah lama pacaran sama Raya?" tanya Dhara.
"Kenapa tiba-tiba tanya aku tentang Dhara?"
"Ya pengen tahu aja" ucap Dhara.
"Aku sama dia udah pacaran dua tahun."
Dhara menganggukkan kepalanya, "Mas Bian percaya nggak kalau dia suka punya kekasih lain?" tanya Dhara sedikit takut.
"Maksud kamu selingkuhan?"
Lagi-lagi Dhara mengangguk. Dhara begitu penasaran gimana respon Bian.
"Aku nggak akan percaya kalau tidak melihatnya sendiri Dhara" balas Bian.
Dhara semakin gemas mendengar respon dari Bian.
"Ya Allah Mas Bian, kenapa bulol mu keterlaluan sekali " batin Dhara menatap Bian lelah.
"Ehm kalau begitu coba Mas Bian lihat ini" Dhara menunjukkan potongan video antara Raya dan Aldo.
Bian pun melihat dengan seksama, pria itu langsung mengepalkan tangannya.
"Pesanan kalian datang" ucap Bhumi dengan senyum lebarnya.
"Lihat apa lu Sat, serius banget?" tanya Bhumi, tanpa menunggu lama pria itu langsung mengambil ponsel yang di pegang Bian.
Bhumi memperhatikan dengan seksama.
"Nah kaaan! Gue bilang apa Sat, tuh cewek emang nggak bener. Lu sih hati sama mata lu ke tutup banget, bolak balik di bilangin nggak percaya. Sekarang gimana? Kalau nggak lu putusin gue jedotin juga kepala lu ke tembok" ucap Bhumi sekaligus mengancam sahabatnya itu.
Bian sendiri merasa aneh dengan perasaannya, harusnya saat melihat kekasihnya selingkuh, dia marah dan kesal tapi ini tidak. Bian merasa seolah baik-baik saja, apa karena ada Dhara. Ya, setelah pertemuan itu Bian selalu teringat akan Dhara. Terkadang Bian merasa kasihan pada Raya, sebab Bian sudah merasa selingkuh hati, karena bukan Raya yang ada di hatinya kali ini, melainkan wanita yang tengah menatap tulus ke arahnya. Mereka berdua pun saling tatap tanpa memperdulikan Bhumi yang terus ngomel pada Bian.
"Hmm, pantes! Dah lah...serasa obat nyamuk gue" Bhumi pun segera beranjak dari meja Bian dan Dhara.
Dhara yang tersadar pun langsung mengalihkan pandangannya. Wajahnya memerah menahan salting, sedangkan Bian sendiri mengulum senyumnya, sesekali pria itu melirik ke arah Dhara.
"Tuhan, sepertinya aku sudah tak tahu diri. Aku yang bukan siapa-siapa ini harus tertarik pada wanita yang terlahir dengan sendok emas di mulutnya" batin Bian.
"Tuhan, jika aku hanya di ijinkan untuk jatuh cinta sekali saja, aku ingin pria di depan ku ini yang menjadi satu-satunya cinta itu" batin Dhara.
Mereka berdua dengan pikirannya masing-masing dengan tujuan dan orang yang sama.
***
Dhara pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Senyuman di bibirnya itu bahkan dari tadi tak pernah pudar.
"Ck..dah gila lu Dhar gila" ucap Dhara menempeleng pelan kepalanya sendiri.
"Baru pulang kamu?!" pertanyaan sang Papa mengejutkannya.
"Maaf Pa" balas Dhara menunduk.
"Bukan itu yang ingin Papa dengar Dhara. Kamu udah janji sama Papa untuk pulang lebih cepat tapi kamu malah memilih bersama teman kamu. Apa kamu tidak tahu betapa malunya Papa sama Arsen. Banyak para wanita yang menginginkan Arsen jadi pendamping mereka Dhara. Tapi kamu termasuk salah satu orang yang di pilihnya."
Dhara langsung mendongak menatap Papanya, "Salah satu? Berarti tidak cuma satu yang di pilih?" tanya Dhara.
"Ya tidak dong Dhara. Ada beberapa orang dan nanti akan di seleksi lagi."
"Dan Papa menginginkan anak Papa jadi seperti itu, Dhara mencari pria yang tulus sama Dhara Pa. Bukan hanya untuk bisnis dan bisnis."
"Dengar Dhara, meskipun semua demi bisnis tapi Papa jamin hidupmu akan bahagia saat bersama Arsen. Dia lah pria yang tepat untuk kamu Dhara" ucap Dhanu begitu kekeh.
"Tapi semua yang jalanin itu Dhara Pa. Bagi Dhara cukup menikah sekali seumur hidup Pa, jadi Dhara ingin mencari orang yang tepat untuk Dhara. Dan Dhara pikir Arsen tidak cocok untuk Dhara."
Setelah mengatakan itu Dhara lalu berjalan meninggalkan Papanya begitu saja.
"Dhara! Papa belum selesai bicara!" teriak Dhanu.
Dhara menulikan pendengarannya, wanita itu terus berjalan ke atas menuju kamarnya. Tanpa di duga sang Kakak keluar dari kamarnya bersama seorang pria, pria itu terus memperhatikan Dhara tanpa kedip. Dhara yang merasa moodnya berantakan, tak menghiraukan sama sekali adanya sang Kakak apalagi pria lain.
"Apa wanita tadi Dhara?" tanya pria itu pada Pandhu.
"Iya, dia adikku, Adhara Nayanika."
/Sob//Sob/