NovelToon NovelToon
PEWARIS

PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Just story

Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35

Di dalam sebuah apartemen mewah, suasana terasa panas di ruang tamu. Seorang gadis berambut hitam panjang berada dalam pelukan Vernon, tubuhnya menempel erat pada pria itu, seolah enggan berpisah.

"Tuan…" desahnya dengan suara manja.

Vernon mengusap lembut punggungnya, jemarinya menelusuri kulit gadis itu dengan gerakan yang lembut. "Temani aku malam ini," bisiknya. "Sebagai gantinya, aku akan merekomendasikanmu pada pewaris keluarga Kim."

Mata gadis itu berbinar penuh antusias. "Benarkah itu, Tuan?"

Namun, sebelum Vernon sempat menjawab, suara dentuman keras menggema di ruangan.

BRAK!

Sebuah map tebal dibanting ke atas meja, membuat gadis itu tersentak kaget. Vernon dengan cepat menoleh dan mendapati Mingyu sudah berdiri di sana, wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Aku sudah mendapatkan yang kau mau," ucap Mingyu santai.

Tanpa membuang waktu, Vernon langsung mendorong gadis dalam pelukannya dan meraih berkas itu. Matanya menyisir setiap halaman dengan cermat, memastikan semua yang ia butuhkan ada di sana. Sementara itu, Mingyu menuangkan minuman ke dalam gelas kristal dan duduk di hadapannya, tampak tidak terburu-buru.

"Ini gila!" ujar Vernon setelah beberapa saat membaca isi berkas tersebut. "Apa kakekmu memberikan persyaratan?"

Mingyu mengangkat bahu. "Tidak. Dia menyetujuinya begitu saja."

Vernon menatapnya dengan tidak percaya. "Jika galeri ini sukses besar nanti, kita bisa untung berkali-kali lipat. Aku bisa mendapatkan empat kali lipat dari modal kita, dan aku akan membagi untukmu empat puluh persen."

Mingyu menyandarkan tubuhnya ke kursi, tampak tidak tertarik. "Kau tidak perlu melakukan itu. Aku tidak butuh keuntungan dari usahamu. Lagipula, untuk mendapatkan modal itu kembali, kakekku hanya butuh waktu dua bulan. Jadi kau tidak perlu mengkhawatirkanku."

Vernon terkekeh. "Kau memang kawan terbaik, Mingyu."

Mingyu mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang sejak tadi berdiri di belakang Vernon. Sorot matanya menelusuri gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai.

"Siapa dia?" tanyanya akhirnya.

Vernon melirik gadis itu sekilas sebelum menjawab santai, "Dia seorang model baru. Masih segel. Aku baru akan mencobanya tadi."

Mingyu tersenyum miring. "Berapa tarifnya?"

"Dia tidak ingin uang," jawab Vernon dengan nada ringan. "Dia menginginkan relasi dan kesempatan untuk bisa berada di majalah fashion nomor satu di Korea."

Mingyu menyesap minumannya perlahan, seakan berpikir. "Hanya itu?"

Vernon mengangguk.

Mingyu menatap gadis itu dengan lebih intens, senyum kecil terukir di sudut bibirnya. "Aku bisa mengenalkanmu pada para fotografer ternama Hollywood," ujarnya.

Mata gadis itu melebar. "Sungguh? Kau bisa melakukan itu, Tuan?" tanyanya dengan suara penuh kegirangan.

"Tentu," jawab Mingyu santai. "Tapi hanya jika kau bisa membuatku senang dengan pelayananmu."

Tanpa ragu, gadis itu melangkah mendekat, lalu duduk di pangkuan Mingyu. Jemarinya menyentuh bahu pria itu, sementara bibirnya mengecupnya singkat namun menggoda.

"Kau tidak perlu meragukanku, Tuan," bisiknya lembut. "Karena kepuasanmu adalah prioritasku saat ini."

Tatapan Mingyu semakin tajam, sementara senyumnya semakin lebar. Malam ini baru saja dimulai.

Ditempat lain, saat Mingyu sibuk dengan urusannya, Yeon Ji duduk di balkon kamarnya, menatap langit yang dipenuhi bintang. Angin malam berhembus lembut, menyapu helaian rambutnya yang tergerai.

![](contribute/fiction/9849361/markdown/45214715/1739396246401.jpeg)

Suara langkah pelan terdengar mendekat. "Kau sedang apa, Nak? Kenapa duduk di sini sendirian?"

Yeon Ji menoleh dan mendapati Nyonya Gae Yeong berdiri di ambang pintu balkon, tatapan lembutnya tertuju padanya.

"Aku…" Yeon Ji terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku hanya ingin melihat bintang sebelum tidur."

Gae Yeong melangkah mendekat dan duduk di sampingnya. "Bintang? Kenapa? Apa ada yang istimewa dengan itu?"

Yeon Ji tersenyum tipis, matanya masih terpaku ke langit. "Sejak dulu, aku tidak memiliki seseorang untuk bicara. Jadi aku terbiasa berbicara dengan bintang, hujan, dan pelangi sambil menunggu Ayah pulang."

Sejenak, Gae Yeong terdiam. Lalu senyuman lembut terukir di wajahnya saat ia ikut menatap bintang-bintang itu.

Melihat ekspresi itu, Yeon Ji mengernyit bingung. "Kenapa Nyonya tersenyum?"

"Perkataanmu mengingatkanku pada seseorang yang begitu kusayangi."

"Siapa?"

![](contribute/fiction/9849361/markdown/45214715/1739396246500.jpeg)

"Suamiku," jawab Gae Yeong dengan nada penuh kenangan. "Ayahnya Mingyu."

Yeon Ji menoleh, terkejut. "Benarkah? Apa Ayah Mertua juga berbicara dengan bintang seperti aku?"

Gae Yeong mengangguk pelan.

"Tapi… kenapa?" Yeon Ji bertanya, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu. "Apakah Ayah Mertua juga tidak memiliki seseorang untuk diajak bicara?"

Gae Yeong menghela napas perlahan sebelum menjawab, "Ini bukan soal bisa atau tidak… tapi masalah posisinya sebagai pewaris keluarga ini. Dia berada di tempat yang begitu jauh dari siapa pun, dan tempat itu tidak mengizinkannya untuk mempercayai siapa pun… sampai aku datang dalam kehidupannya dan pernikahan kami berlangsung."

Yeon Ji mendengarkan dengan saksama saat Gae Yeong melanjutkan, "Bagiku, yang berasal dari keluarga biasa, aku merasa sangat takut memasuki rumah mewah ini. Kehidupan mengajarkan bahwa untuk setiap hak istimewa yang datang dengan mudah, ada harga mahal yang harus dibayar."

Yeon Ji menatapnya tanpa berkedip.

"Tapi ternyata… ketakutanku tidak sepenuhnya benar." Gae Yeong tersenyum samar. "Aku memang mengalami banyak kesulitan, tapi suamiku selalu berada di sampingku, mengajariku dengan sabar. Tak jarang, ia menentang keputusan ayahnya demi melindungiku, dan ia selalu mengatakan hal-hal baik yang membuatku jauh lebih kuat dari sebelumnya."

Yeon Ji terdiam sejenak sebelum bertanya dengan suara pelan, "Apa itu artinya… Ayah Mertua mencintai Nyonya?"

Seketika, pikiran Gae Yeong melayang ke masa lalu, pada kata-kata suaminya yang masih membekas di hatinya hingga kini.

![](contribute/fiction/9849361/markdown/45214715/1739396246568.jpeg)

"Aku mungkin tak selalu berada di sisimu, dan kau mungkin tidak datang sebagai pilihan yang kuputuskan sendiri. Tapi percayalah, Gae Yeong… saat pertama kali mataku menemukan dirimu, saat itu pula aku berkata pada diriku sendiri: selesai sudah penantianmu hari ini, karena bintang yang selalu kau cintai di langit kini telah turun ke bumi."

"Nyonya?"

Suara Yeon Ji membawanya kembali ke kenyataan. Gae Yeong mengangguk perlahan. "Ya, Yeon Ji. Ayahnya Mingyu sangat mencintaiku… bahkan sejak hari pertama aku datang ke rumah ini. Dia tidak pernah melihatku sebagai pilihan yang ditetapkan ayahnya, tapi sebagai berkah yang diberikan langit untuknya."

Mendengar jawaban itu, pikiran Yeon Ji tiba-tiba dipenuhi bayangan mingyu —tatapan dinginnya, kata-kata kasarnya, perlakuannya yang begitu kasar padanya.

Sadar akan perubahan ekspresi gadis itu, Gae Yeong bertanya, "Nak, ada apa?"

Yeon Ji mengangkat wajahnya dan menatap Nyonya Gae Yeong dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Nyonya… jika Ayah Mertua bisa mencintai dan memperlakukan Nyonya dengan baik karena Nyonya adalah istrinya… kenapa Tuan Mingyu tidak bisa melakukan hal yang sama padaku?" Suaranya terdengar gemetar. "Apa karena aku anak seorang pelayan? Atau karena aku tidak bersekolah?"

Gae Yeong menatapnya dengan iba sebelum menghela napas panjang. "Apapun yang terjadi pada Mingyu… bukanlah kesalahanmu, Nak," katanya lembut. "Tapi… itu adalah buah buruk dari apa yang kutanam dahulu."

Yeon Ji mengerutkan kening. "Aku tidak memahami maksud Nyonya."

"Dulu, Mingyu tidak seperti ini, Nak. Dia adalah orang yang jauh berbeda dengan yang kau lihat sekarang."

Yeon Ji menatapnya dengan penuh kebingungan. "Jika Tuan bukanlah seperti ini… lalu seperti apa dia sebenarnya, Nyonya?"

1
endang sumiati
ayo ming yu bangkit dan cintai yeon ji...biar kakekmu kalah...bucinlah
endang sumiati
alur cerita yg menguras emosi...bagus sekali...
kakek yg egois dan berhati iblis...bagaimana jika cucux benci yeon ji berubah menjadi bucin...
Just story: Ntah lah terkadang kehidupan gak begitu adil pada beberapa orang, namun terkadang kehidupan juga tidak selamanya seperti yang terlihat. Dia yang terlihat lemah tak berdaya mungkin bukan karena tuhan ingin dia begitu tapi karena adanya dia akan menjadi ujian bagi siapapun yang bersama nya
endang sumiati: yg tau endingx hanya author tapi penikmat bacaan lebih menginginkan bacaan yg menghibur dan realistis meskipun ini fiksi semata sebatas imajinasi author...
seperti ada siang ada malam ...ada baik ada buruk...ada tangis ada bahagia ...mungkinkah yeon ji akan menangis terus...
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!