Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villa di atas bukit
Shazia tak lagi bertanya apa lagi protes pada Shaka. Gadis itu duduk diam menyamping, menatap pada bukit-bukit yang berbaris rapih juga indah.
Sejujurnya, Shazia tengah menyembunyikan wajah malunya. Malu pada Shaka. Bisa-bisa nya ia meminta anak itu untuk membawanya pergi sejauh ini.
Tadi saat melihat seorang tetangga mendekati mobil yang ditumpanginya, Shazia jadi panik. Karena panik itu lah, gadis itu tak sadar pada ucapan nya sendiri. Dan sialnya, Shaka justru menanggapinya dengan serius.
Tapi ya sudah lah. Tak ada gunanya juga menyesal. Minta diturun kan pun rasanya tak mungkin. Jalanan yang mereka lalui merupakan jalanan asing yang ia sendiri pun tak pernah melewati sebelumnya. Kini, Shazia hanya bisa pasrah saja.
"Mba suka enggak tempat ini?"
Shaka mengajak Shazia yang diam saja bicara.
Shazia hanya mengangguk kecil dengan tatapan tak berpaling dari pemandangan di luar.
"Ehem. Ini belum seberapa lho, mba. Nanti mba akan melihat pemandangan yang jauh lebih indah dari ini. Aku yakin mba pasti enggak akan nyesal datang kesana," tutur Shaka lagi. Memberitahu kisi-kisi tempat yang akan mereka kunjungi nanti.
Mendengar kata-kata Shaka itu, Shazia lantas mengubah posisi duduknya. Kini, gadis itu duduk menyerong dengan arah tatap pada Shaka.
"Kamu serius mau membawa aku ke bukit, Shaka?" Tanya Shazia dengan wajah yang tampak serius.
Shaka mengangguk senyum.
"Iya, mba. Aku serius."
"Benar, Shaka?" Shazia yang belum percaya pun lantas bertanya ulang.
"Iya, mba. Aku serius. Kita akan ke bukit."
Bibir Shazia perlahan tersenyum. Gadis itu kemudian mengubah posisi duduknya lurus ke depan dengan senyum yang semakin terkembang lebar. Ia pun menangkup kedua tangan di dada dan bergeming. Tampak nya Shazia sangat senang sekali diajak jalan-jalan ke bukit.
Shaka menghela nafas lega. Syukur lah, Shazia tak menolak jika akan dibawa ke sebuah puncak. Justru, gadis itu menerimanya dengan suka cita. Jika Shazia menolak, maka ia harus siap-siap saja putar balik dengan jarak berpuluh-puluh kilo meter dan itu cukup melelahkan.
Berada di atas bukit merupakan salah satu kegiatan favorit Shazia. Dulu semasa kuliah, ia kerap kali naik ke bukit dengan teman-temannya. Sekedar untuk melihat pemandangan alam di bawahnya. Tapi semenjak masuk dunia kerja, ia tak lagi melakukan kegiatan tersebut karena tak memiliki waktu luang, dan teman-teman yang sudah berpencar.
"Terima kasih ya, kak !" ucap Shazia.
Shaka menoleh pada Shazia." Untuk ?"
"Membawa aku ke sini. Kamu tau, aku udah lama banget enggak naik bukit."
Shaka menyengir." Ya tah !"
Rupanya sesederhana ini kebahagian seorang Shazia yang cantik jelita. Tak perlu dibawa shoping, tak perlu diajak makan di restoran, cukup di bawa ke atas bukit saja ia sudah sangat bahagia.
Pantas saja kak Emran menyukai mba Shazia, karena gadis ini sangat sederhana dan tak banyak menuntut. Dan pastinya, gadis ini tak akan membuat dompet kak Emran kempes meski kenyataan nya dompet kakak nya itu memang selalu kempes alias tak ada cuan nya.
Ah, mba Shazia.....aku semakin mengagumi mu. Please !! bisa enggak sih, buang rasa cinta mba itu sama si Emran dan pindah ke aku. Please lihat aku, mba. Aku ini lebih tulus, lebih meyakinkan, dan pastinya aku akan selalu mencintai mba dan membahagiakan mba di sepanjang hayat ku.
Shaka garuk-garuk kepalanya frustasi. Tapi sepertinya, ia sudah mendekati gila, gara-gara cinta nya bertepuk sebelah tangan.
Cinta yang sudah bersemayam di hati sejak dari tiga tahun yang lalu. Dan tak menyangka setelah menemukan kembali gadis impian nya ini, rupanya ia akan menjadi milik kakaknya sendiri. Tapi apakah masih bisa ia rebut? bagaimana caranya? Mba Shazia saja menganggap dirinya hanya anak kecil.
Duh, Shaka....andai kamu duluan yang lahir dari pada si Emran, mungkin mba Shazia sudah menjadi milik mu dan kalian sudah menikah.
Dua jam berlalu. Kini mobil Shaka sudah parkir di depan sebuah villa yang terletak di sebuah bukit.
Shaka tersenyum gemas melihat Shazia tertidur dengan begitu pulas nya.
Ia segera membangunkan Shazia tanpa menyentuh. Namun, gadis itu tak kunjung bangun.
Meski sulit dibangunkan, Shaka terus saja mencoba membangunkan Shazia. Ada perasaan kesal dan gemas, karena gadis ini cukup sulit dibangunkan. Andai gadis ini istrinya mungkin sudah ia cium pipinya.
"Duh, Shaka. Kau mikir apaan sih !!" gumam Shaka mengusap keningnya karena telah berpikir agak ngeres.
Shazia menggeliat dan mengucek mata. Kemudian pandanganya mengedar ke sekeliling.
"Apa kita sudah sampai, ka?" Tanya Shazia dengan suara serak.
Shaka tersenyum senang. Gadis yang sulit dibangunkan akhirnya bangun dengan sendirinya.
"Sudah dong, mba. Sudah dari dua jam yang lalu," jawab Shaka sedikit berbohong.
Shazia langsung duduk tegak." Serius?"
Shaka tak menjawab. Ia hanya tersenyum dan meminta Shazia untuk segera turun.
Langkah Shazia terhenti saat hendak memasuki sebuah bangunan yang tak besar.
"Ayok, mba. Kenapa diam aja?" Tanya Shaka memburu-buru Shazia.
Ia sudah sangat lelah, butuh istirahat sejenak sebelum membawa Shazia jalan-jalan di atas puncak bukit tersebut.
"Kenapa kamu membawa aku ke sini? bukan nya kita mau ke atas bukit?" Tanya Shazia menatap Shaka dengan tatapan selidik. Tiba-tiba saja timbul pikiran negatif terhadap pria itu.
"Lah, ini kita sudah di atas puncak bukit mba. Kita istirahat dulu sebentar," tutur Shaka.
Shazia segera menggeleng.
"Enggak mau."
"Emang nya mba enggak capek?"
"Kamu tau kan, ka. Yang namanya cewek dan cowok berduaan di tempat sepi, nanti akan ada pihak ketiga yang menggoda," kata Shazia.
Kening Shaka mengernyit bingung, tapi tak lama pria itu tergelak setelah mengerti maksud ucapan Shazia.
"Ya Allah, mba. Mikir nya jauh amat. Emang nya kita mau ngapain ke dalam? aku cuma mau istirahat sebentar aja, mba. Pinggang ku pegal banget ini. Udah ayok. Mba jangan mikir yang macem-macem."
Shazia masih enggan mengikuti langkah Shaka. Ia khawatir Shaka akan berbuat macam-macam padanya.
Melihat Shazia yang masih berdiri mematung, Shaka menghela nafas. Sabar, sabar....
"Memangnya apa yang mba pikirkan tentang aku? apa aku se-menakutkan itu di mata mba? apa aku ini terlihat jahat dan bejat? mba enggak usah khawatir, gini-gini aku masih punya iman dan prinsip. Aku enggak akan pernah menyentuh anak perempuan orang sebelum ku nikahi. Apa lagi menyentuh nya dengan cara di paksa."
Shaka menjeda ucapannya, menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Lagi pula, bukan kah selama ini mba anggap aku ini hanya anak kecil, lalu kenapa mba harus takut sama anak kecil ?"
demi cinta jadi sopir pun d lakukan y shaka,tpi sayang yg d cintai cma nganggap adik aja.Tapi semoga mba shaziamu segera menyadari perasaannya.
Ihh nyebelin bgt keluarga pak ramlan benalu.
Waduh coky masa kamu lupa kalau bossmu absurt tapi baik hati itu sudah bucin sama mbak Shazia, jadi mau ada cewek cantik & tajir gak akan terlihat?? 😂😂😂 Gimana kalau Tasya buatmu saja🤭😅😅😍😍