Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 Ribetnya Ngidam Bumil (part2)
“Apa ada kesalahan?” Liam bertanya lagi karna ekspresi Anna yang terlihat seperti kecewa pada bumbu diatas teflon tersebut. Seingat Liam dalam puing-puing masa lalu yang sangat enggan ia ingat itu kemungkinan besar seperti inilah bumbu nasi goreng itu.
“Kau sama sekali tidak mengingatnya?” Tanya Anna balik, ia mematikan kompor yang terus menyala. “Kalau kau benar-benar mengingatnya tidak seperti itu bumbu nasi gorengnya.”
Liam langsung tersadar, terdiam menatap bingung pada bumbu yang salah tersebut. “Hanya kesalahan pada bumbu saja, An. Soal rasa aku usahakan akan sedikit mirip, aku yakin itu.” Liam berusaha membuat Anna mengerti agar tidak terlalu mempermasalahkan.
“Awal saja sudah berbeda bagaimana bisa menghasilkan sesuatu yang sama..” Lirih Anna pelan sekali tapi Liam masih sedikit mendengarnya.
Ntah kenapa Liam menjadi tidak enak sendiri, apa lagi disaat melihat ekspresi Anna yang cemberut. Wanita itu kembali duduk di bangku meja makan dengan kedua tangan menopang wajah cantiknya. Bibir itu cemberut dan juga tatapan mata Anna yang seperti mengandung kesedihan kembali Liam fokus pada spatula ditangannya.
Jujur saja Liam enggan mengingat puing masalalu tersebut, sekalipun hanya sekedar untuk mengetahui resep masakan nasi goreng yang sempat ia buat untuk Anna. Liam telah melupakan semuanya, tapi kali ini ia dipaksa untuk membuka kembali memori menyakitkan itu.
Tangan Liam kembali meletakkan spatula diatas teflon, ia melepaskan celemeknya sambil berjalan menuju Anna. Langkah Liam membuat pandangan Anna beralih sepenuhnya, kedua mata terus mengerjap seolah Anna takut akan mendapatkan kemarahan dari Liam karena rewel.
“Teruskan saja, tidak apa. Yang terpenting semua itu hasil dari masakan ayahnya, itu yang diinginkan anakmu.” Anna sudah membela diri murni merasa tidak enak hati dengan Liam.
Kepala Liam menggeleng pembelaan Anna, ia meraih tangan Anna untuk bangkit. Tentu saja Anna bingung, ia mau dibawa kemana. Anna ingin menolak tapi tangannya tetap dipaksa digenggam oleh Liam, sangat erat hingga Anna merasakan sedikit kehangatan.
“Hem, untuk menciptakan sesuatu yang sangat kau inginkan… bisakah bantu aku mengingat puing masalalu itu?” Tanya Liam penuh hati-hati, ia menatap Anna sangat intens tanpa kedip sedikitpun.
Kedua mata indah Anna mengerjap pelan, tanpa berpikir panjang ia mengangguk mantap. Langkah kakinya duluan maju membawa Liam menuju meja dapur, membantu Liam menciptakan sesuatu yang sangat ia inginkan.
“Aku tidak menyangka kau masih mengingat jelas masa honeymoon kita, An.” Ucap Liam disaat semua bumbu telah tersedia hanya tinggal menunggu Liam saja mengelolanya.
Perkataan Liam membuat Anna terdiam sebentar, ia tidak tahu harus berekspresi apa. “Bahkan semuanya aku masih ingat, dari hal yang paling bahagia hingga menyedihkan.” Kata Anna didalam hati, ekspresi wajahnya datar saja kepada Liam yang masih menatapnya.
Liam menghela napas panjang lalu mengambil berbagai peralatan untuk mulai memasak. Sesekali Liam melirik Anna yang terus memperhatikan dengan sangat serius, wanita itu juga sesekali mengelus perutnya. Meskipun Anna tidak menerima sepenuhnya kehamilan itu tetap saja diperlakukan baik adalah keinginan Liam.
“Seperti ini?” Tanya Liam disaat sibuk menumis bumbu, ia tidak mau saja terjadi kesalahan lagi.
Anna mengambil spatula dari tangan Liam, mengaduk dari kejauhan sambil memasukkan nasi dingin. Merasa sedikit kesulitan Anna berdiri didepan Liam, posisi mereka sangat intim dan sangat dekat. Sampai aroma rambut dari Anna tercium sangat jelas di indra penciuman Liam. Pria itu menghirup lama rambut indah Anna yang terpampang didepannya, aroma yang sangat ia rindukan dan dambakan.
“Begini, aduk terus lalu berikan sedikit kecap manis..” Ucap Anna di tengah Liam tengah menikmati aroma rambutnya. “Lalu, mana potongan sosis tadi?” Anna sedikit berbalik badan barulah Liam menghentikan kelakuannya.
“A-ap-apa?” Liam sedikit tidak dengar apa yang Anna katakan sampai menatap Anna bingung dan sedikit berdebar. Takut saja kalau Anna memergoki kelakuan mesumnya tadi mungkin saja wanita itu akan marah besar padanya.
“Potongan sosis, Liam..” Anna mengulangi lagi, barulah Liam mengerti. Pria itu mengambil potongan sosis tersebut, ia bingung mau langsung dimasukkan atau tidak. “Iya, masukkan saja..” Perintah Anna sambil terus mengaduk nasi goreng yang hampir jadi.
Liam sedikit susah melihat apa yang didepannya hingga sedikit maju mendekati Anna. Wajahnya mendarat pada bahu Anna sehingga herpaan napasnya dapat dirasakan oleh Anna. Dengan posisi seperti itu Liam memasukkan potongan sosis membuat Anna sedikit gugup.
“Astaga, apa harus dengan cara seperti itu dia melakukannya?” Gumam Anna didalam hati.
Tiba-tiba saja tangan Liam membantu tangan Anna yang terus mengaduk, keduanya saling bersama menciptakan nasi goreng yang sangat Anna inginkan. Anna terus terdiam sesekali ia mendongak menatap Liam yang fokus pada masakannya.
“Ada apa?” Tanya Liam hingga Anna langsung mengalihkan pandangannya pada kompor.
Posisi pematik yang berada dekat dengan perut Anna di situlah Liam mematikan kompor yang menyala. Sehingga sedikit menyentuh perut Anna yang masih rata, sentuhan sedikit saja langsung membuat darah Anna berdesir.
“Oh, Tuhan..” Anna terus mengeluh didalam hati, ia melepaskan diri dari posisi itu karena takut terjadi sesuatu yang berlebihan.
Liam yang membuka lemari atas untuk mengambil piring terkejut melihat Anna tiba-tiba saja menghindar seperti itu. Kedua alisnya mengkerut seolah tanda tanya apa yang dilakukan Anna.
“Kenapa kau menghindar seperti itu?” Tanya Liam dengan ekspresi wajah biasa saja seolah tidak sadar apa yang telah ia lakukan tanpa sengaja tadi.
Anna menjawab dengan menggelengkan kepala saja, ia lebih memilih untuk duduk di meja makan menunggu nasi goreng. Mata tajam Liam terus mengekori kepergian Anna, menggelengkan kepala pelan karna tingkah aneh itu.
“Kau yakin bisa menghabiskan semua ini?”
“Yakin!” Jawab Anna cepat, ia sudah tidak sabar menunggu nasi goreng. Bahkan Liam yang berjalan menuju kearahnya membawa sepiring nasi goreng terus menatapnya dengan penuh kelaparan.
“Makanlah..” nasi goreng terletak didepan Anna, Liam tersenyum tipis karena Anna langsung ingin memakannya. Liam yang khawatir jika lidah Anna akan terbakat karena memang nasi goreng tersebut masih sangat panas langsung mengambilnya kembali.
“Yaaaa, kenapa diambil lagi? Kembalikan nasi gorengku, Liam!” Anna marah, ia sudah sangat kelaparan malah Liam melakukan tindakan itu padanya. Andai saja Liam tahu seperti apa gemuruhnya cacing diperut pasti tidak akan melakukan tindakan kejam itu.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...