Kimberly atau dipanggil Lily usia 21 tahun gadis tangguh yang memiliki bela diri tingkat tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata. Mempunyai Alter Ego bernama Emily, orang yang dingin, terkejam tanpa ampun terhadap musuhnya, tidak mempunyai hati. Emily akan muncul apabila Lily dalam keadaan sangat bahaya. Namun konyolnya, Lily mati karena bola susu yang tersangkut di tenggorokannya ketika sedang tertawa terbahak-bahak karena melihat reality show Korea favorit nya.
Lily terbangun di tubuh Kimberly Queeni Carta, pewaris tunggal keluarga Carta, konglomerat no 02 di Negara nya. Mempunyai tunangan bernama Max yang tidak menyukainya dan terang-terangan menjalani hubungan dengan Lolita.
Kimberly sekarang bukanlah Kim si gadis lemah dan penakut seperti dulu. Kimberly menjadi sosok yang menakutkan dan membalikkan penghinaan.
Kimberly bertemu dengan Davian Isandor Dhars, tunangan masa kecilnya yang dingin dan diam-diam selalu melindunginya.
Akankah Lily akan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutuskan Pertunangan
Setelah melalui hari yang panjang di sekolah, Lily mengendarai mobil sportnya kembali ke mansion. Selama perjalanan, pikirannya dipenuhi berbagai rencana untuk mengakhiri pertunangannya dengan Max. Tidak seperti sebelumnya, kini ia merasa bahwa cara paling cepat dan langsung adalah yang terbaik. Ia tahu, rencana panjang dan rumit mungkin akan memberikan hasil yang memuaskan, tetapi ia merasa sudah terlalu muak dan tidak ingin membuang waktu lagi.
Sesampainya di mansion, Lily memarkir mobilnya di garasi yang luas. Ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah tenang. Para maid yang bertugas menyambutnya dengan sopan, tetapi Lily hanya mengangguk kecil sambil melanjutkan langkah ke kamarnya di lantai atas.
Di kamarnya yang besar dan mewah, Lily duduk di sofa empuk yang menghadap jendela besar. Ia memandang taman hijau di luar sambil berpikir keras. Lily merenung. Ia memikirkan reputasi Kimberly di sekolah, di mana semua orang menganggapnya sebagai gadis obsesif yang mencoba merebut Max dari Lolita. Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Kimberly dan Max bertunangan.
“Haruskah aku terus mengikuti rencana panjang ini, atau lebih baik aku langsung memutuskan semuanya secepat mungkin?” pikirnya.
Waktu terus berlalu, dan setelah beberapa saat merenung, Lily berdiri dengan penuh keyakinan. Ia sudah membuat keputusan. "Aku tidak akan membuang waktu lagi," gumamnya dengan nada tegas.
“Ini waktunya aku mengubah cerita,” gumam Lily. “Aku harus menyelesaikan ini sekali untuk selamanya, dengan caraku.”
Ketika Nathan Alaric Carta dan Selena Melody Carta pulang ke rumah seperti biasa, mereka mendapati Lily menunggu mereka di ruang keluarga. Dengan nada serius, Lily memulai pembicaraan.
“Papa, Mama, aku ingin bicara soal pertunanganku dengan Max.” ujar Lily sambil berdiri dari sofa.
Nathan dan Selena menatap putri mereka dengan terkejut. Selena berbicara lebih dulu, “Ada apa, Lily? Kau tidak biasanya bicara serius soal Max.”
“Aku ingin memutuskan pertunangan ini,” kata Lily tanpa basa-basi.
Reaksi Nathan dan Selena persis seperti yang Lily duga. Mereka terlihat kaget. “Apa maksudmu?” tanya Nathan.
Lily menghela napas, berusaha menjelaskan dengan tenang. “Max tidak pernah peduli padaku, Pa. Selama aku koma, dia tidak pernah menjengukku, bahkan setelah aku sembuh. Dan, yang paling penting, dia masih menjalin hubungan dengan Lolita. Aku sudah lelah berpura-pura.”
Selena menatap putrinya dengan penuh perhatian. “Tapi kau dulu begitu menginginkan pertunangan ini, Lily. Apa yang berubah?”
“Banyak hal, Ma,” jawab Lily dengan mantap. “Aku sadar bahwa aku berhak mendapatkan lebih dari seseorang yang hanya menganggapku beban. Max tidak mencintaiku, dan aku juga tidak mencintainya lagi.”
Nathan, yang selama ini tidak menyukai Max maupun keluarganya, akhirnya berbicara. “Kalau begitu, Papa setuju. Papa memang tidak pernah yakin dengan keluarga Max, tapi kau terus memaksa.”
Selena mengangguk setuju. “Mama juga tidak keberatan, Lily. Tapi apa kau yakin bisa menangani ini sendiri? Kalau perlu, kami bisa memberitahu orang tua Max.”
Lily tersenyum kecil. “Terima kasih, Ma, Pa. Tapi ini tugasku. Aku yang akan menyelesaikannya, dengan cara yang membuat semua pihak paham.”
---
Keesokan harinya, Lily bersiap untuk menghadapi salah satu momen besar dalam hidupnya. Di sekolah, suasana berjalan seperti biasa hingga jam istirahat tiba. Lily duduk di kantin bersama Alicia, Bianca, Clara, dan Violette, berbincang santai sambil menyusun langkah terakhir.
Di sudut lain kantin, Max dan Lolita duduk bersama beberapa teman mereka. Semua siswa tahu bahwa Lolita adalah pacar Max, sementara Kimberly hanya gadis yang terobsesi pada Max dan selalu mencoba menghancurkan hubungan mereka.
Lily mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor ibu Max. Begitu tersambung, ia berbicara dengan suara tenang.
“Tante, ini Kimberly. Saya ingin meminta waktu sebentar. Tolong dengarkan pembicaraan saya dengan Max nanti. Jangan tutup teleponnya.”
“Kimberly? Ada apa ini?” suara ibu Max terdengar bingung.
“Anda akan segera tahu,” jawab Lily sebelum menaruh ponselnya di meja dalam mode loudspeaker, namun nyaris tidak terlihat.
Kantin mendadak menjadi sunyi ketika Kimberly melangkah mendekati meja Max dan Lolita. Semua mata tertuju pada langkahnya yang penuh percaya diri, aura yang berbeda dari sosok yang dikenal hanya sebagai gadis obsesif.
Max menatap Lily dengan ekspresi bingung dan sedikit kesal, sementara Lolita sudah menunjukkan wajah sinis yang mencerminkan rasa tidak sukanya.
“Ada apa lagi, Kimberly?” Max membuka suara lebih dulu, nada suaranya dingin dan penuh kejengkelan.
Lily tersenyum tipis, lalu berdiri tegak di hadapan mereka. “Max, aku punya satu pertanyaan. Jawab dengan jujur, di depan semua orang di sini,” ucapnya dengan nada yang tenang namun tajam.
Max mendengus. “Pertanyaan apa lagi sekarang?”
Lily mengabaikan reaksi itu dan langsung berbicara, suaranya tegas dan jelas. “Apakah kau masih ingin bertunangan denganku, Max, sementara semua orang di sini tahu bahwa kau dan Lolita sudah menjalin hubungan selama dua tahun?”
Seluruh kantin meledak dengan bisik-bisik. Beberapa siswa terlihat bingung, yang lain tampak kaget mendengar kata “pertunangan”. Mereka selama ini mengira bahwa Kimberly hanyalah gadis yang terobsesi pada Max.
Lolita, yang merasa terpojok, langsung menyeringai sinis. “Kimberly, kau masih saja mengigau tentang pertunangan itu. Semua orang tahu kau hanya berusaha merebut Max dariku. Maksudmu, pertunangan? Itu hanya fantasi yang kau buat-buat sendiri.”
Max mengangguk, mendukung ucapan Lolita. “Hentikan sandiwara ini, Kimberly. Kau tahu aku tidak pernah mencintaimu. Aku sudah bersama Lolita jauh sebelum kau memaksakan ‘pertunangan’ ini ke dalam hidupku!”
Lily menatap Max dengan tenang, namun ada kilatan tajam di matanya. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai mengetik sesuatu. “Oh, jadi begitu? Kau menganggap pertunangan ini hanya sandiwara yang aku buat-buat?”
Max tertawa kecil, meski ada nada gugup di balik tawanya. “Ya, tentu saja! Semua orang di sini tahu kau hanya ingin mencuri perhatianku. Kau bahkan membuat semua orang percaya bahwa aku harus menikah denganmu. Tapi, kau tahu? Aku tidak pernah ingin bersamamu!”
Lily mengangkat alisnya, lalu menekan tombol panggil di ponselnya. Ia menaruh ponsel di meja dalam mode loudspeaker. “Om, Tante, apakah kalian mendengar itu?”
Suara ibu Max terdengar dari ponsel, penuh keterkejutan. “Kimberly? Apa yang terjadi? Apa maksudnya ini, Max?”
Max membeku di tempatnya. Wajahnya yang penuh percaya diri mulai memucat. Ia tidak menyangka bahwa Lily akan melibatkan orang tuanya secara langsung.
“Om, Tante,” Lily melanjutkan dengan tenang, “Max baru saja mengakui di depan semua orang di sini bahwa dia tidak ingin bertunangan denganku. Dia juga mengaku telah bersama Lolita bahkan sebelum pertunangan kami dimulai. Aku rasa, dengan ini, pertunangan kami bisa dianggap selesai.”
Lolita, yang biasanya penuh percaya diri, terlihat gelisah. Ia menyentuh lengan Max, berusaha menghentikan situasi ini. “Max, katakan sesuatu!”
Max akhirnya berbicara, suaranya terdengar goyah. “Kimberly, kau tidak bisa melakukan ini. Kau tidak bisa begitu saja memutuskan segalanya—”
Lily memotong dengan nada tegas, “Aku? Aku yang memutuskan? Kau sendiri yang baru saja menyatakan di depan semua orang bahwa kau tidak pernah mencintaiku dan tidak pernah ingin bertunangan denganku. Itu keputusanmu, Max.”
Suara ibu Max terdengar lagi dari ponsel. Kali ini, nada suaranya terdengar tegas. “Max! Apa yang kau lakukan? Kau memalukan keluarga kita dengan perilakumu! Kimberly adalah gadis baik yang selama ini mencoba mempertahankan hubungan kalian.”
“Om, Tante,” Lily melanjutkan dengan sopan, “Saya rasa ini saatnya kita semua melanjutkan hidup masing-masing. Max sudah jelas membuat pilihannya, dan saya menghormati itu. Dengan ini, saya menyatakan pertunangan kami berakhir.”
Max menatap Lily dengan campuran kemarahan dan kekalahan. “Kau akan menyesal melakukan ini, Kimberly.”
Namun, Lily hanya tersenyum tipis, penuh percaya diri. “Tidak, Max. Yang akan menyesal adalah kau, karena telah kehilangan kesempatan untuk menghargai seseorang yang tulus padamu.”
Dengan itu, Lily mengambil ponselnya dan berjalan kembali ke meja tempat teman-temannya duduk. Seluruh kantin tetap sunyi, semua orang masih terkejut oleh apa yang baru saja terjadi.
“Wow,” bisik Alicia, temannya yang baru. “Itu benar-benar epik, Kim.”
Lily hanya tersenyum tipis sambil mengambil minumannya. Dalam hati, ia merasa bebas untuk pertama kalinya. Kali ini, ia tidak akan lagi membiarkan masa lalu Kimberly mengikatnya.
mantap grazy y
lanjut lagi Thor...