Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2
Iva tidak ingin terus di kekang dan di jadikan sebagai asisten rumah tangga. Ia sengaja berulah dengan mengatakan sesuatu yang membuat Danti terpicu amarah yang tidak bisa ditahan.
"Aku yakin kamu masih sangat mencintaiku, iya kan Mas? Itu terbukti karena kamu tidak ingin melepaskanku. Alasan irit supaya tidak mempekerjakan asisten rumah tangga itu bohong. Calonmu itu orang kaya, bahkan ia sanggup memberikan segalanya termasuk membayar gaji asisten rumah tangga jadi kamu tak perlu cemas karena uangmu tidak akan berkurang. Aku yakin dia tidak keberatan," ucap Iva sembari terus menatap ke arah Danti.
Tapi keputusan Damar tidak bisa di ganggu gugat. "Diam kamu! Disini akulah yang kepala keluarga jadi kamu nggak usah banyak kata! Sampai matipun aku tidak akan melepaskanmu, paham!"
Danti justru tidak terima dengan perkataan Damar. "Aku sadar sekarang Mas. Ternyata apa yang dikatakan oleh istrimu itu benar jika kamu masih sangat mencintainya hingga tidak rela melepasnya. Ya sudah jika seperti itu, aku yang mundur saja dan semua saham yang aku tanam di perusahaanmu akan aku cabut."
Danti menghentakkan kakinya, ia hampir saja melangkah pergi tapi salah satu tangannya di cekal oleh Damar. "Tunggu sayang! Tolong jangan terbawa emosi seperti ini. Aku sama sekali tidak mencintainya. Yang aku cinta justru kamu, sayang. Aku nggak ingin berpisah dengan wanita yang sangat aku cintai. Aku mohon jangan di cabut saham yang sudah kamu berikan untukku ya?" bujuk Damar.
"Ok, aku pastikan akan terus menanam saham dan kemungkinan akan selalu aku tambah. Tapi semua itu ada harga yang harus kamu bayar. Ceraikan dia, atau kita tidak akan pernah menikah!" ancamnya sinis.
Sejenak Damar terdiam, hal ini membuat Mamah Ila turun tangan. Ia menarik Damar agak menjauh dari Iva dan Danti. "Dasar bo doh! Apa susahnya sih, kamu melepaskan wanita desa itu? Jika kamu masih saja mempertahankannya, Mamah pastikan kamu akan menyesal seumur hidup. Mamah sangat setuju jika kamu lekas menikahi Danti yang kaya raya itu," ucapnya lirih.
Damar belum juga memberikan keputusan yang di harapkan oleh Iva dan Danti sehingga Danti kesal dan memutuskan untuk pulang. "Aku pulang saja Mas. Aku beri waktu sehari untukmu berpikir. Besok, kamu sudah harus memiliki keputusan. Aku nggak mau hubungan kita di gantung apalagi aku di jadikan istri siri. Intinya kamu harus bisa memilih diantara aku atau dia!" tunjuknya kasar ke arah Iva.
"Baiklah sayang. Besok aku pasti sudah memiliki keputusan yang tepat. Aku tidak akan mengecewakanmu jadi nggak usah cemas. Bagaimana kalau aku antar kamu pulang ya?"
Damar sengaja merayu supaya amarah Danti reda.
Danti mengangguk perlahan, membuat Damar sumringah dan lekas menuntun kekasih gelapnya itu. Mereka bagaikan pasangan yang takkan pernah terpisahkan. Melihat hal itu Iva semakin terbakar amarah, kedua tangannya mengepalkan tinju. "Kamu pikir aku akan tinggal diam, Mas? Dulu aku diam saja karena kamu tidak selingkuh. Tapi ini sudah tidak bisa di tolerir sama sekali. Aku akan membalas semua perbuatanmu, selingkuhanmu, juga Mamahmu," batinnya bergumam.
Pada saat Iva akan melangkah pergi, tiba-tiba Mamah Ila mencekal lengannya. "Mau kemana kamu, hah? Aku nggak habis pikir jika Damar keberatan untuk menceraikanmu padahal sudah ada wanita yang sempurna di depan matanya. Apa yang sudah kamu lakukan pada Damar, hah? Apa kamu guna-guna dia, sehingga enggan melepasmu?"
oceh Mamah mertua dengan pupil mata hampir meloncat.
Iva menepis dengan kasar cekalan tangan Mamah Ila sembari berkata. "Jangan seenaknya kalau ngomong! Kamu pikir aku betah tinggal disini? Justru aku sudah ingin pergi dari neraka ini! Nggak usah cemas karena Damar sudah menjadi sampah bagiku dan akan ku buang di tempat yang semestinya. Jika Damar tidak mau mengurus perceraian, biar aku yang mengurusnya."
Iva berlalu pergi begitu saja dari hadapan Mamah Ila yang sempat membuat wanita paruh baya tersebut semakin terpancing emosi. "Dasar menantu dur haka! Kurang ajar banget ngatain Damar seonggok sampah padahal julukan itu lebih pantas untuknya. Lihat saja ya, aku pastikan kali ini Damar tidak akan menolak untuk menceraikanmu, dasar wanita kampung,"teriaknya kencang hingga terdengar jelas oleh Iva.
Ia pun berbalik arah dan menghampiri Mamah mertuanya. "Nah begitu, bantu aku bujuk anakmu untuk benar-benar berpisah denganku toh dia itu tidak begitu tanggung jawab," ucap Iva sejenak terkekeh.
Pada saat salah satu tangan Mamah Ila akan melayangkan pukulannya. Iva segera menepis tangan itu dengan kasar yang membuat Mamah Ila semakin tersulut emosi. "Sekarang kamu sudah berani ya sama saya? Mulai menantang ya?" ocehnya dengan gigi gemertak.
"Ya, memang sejak hari ini aku sudah memutuskan untuk tidak diam saat kamu dan anakmu menindasku. Ini bukti pembelaanku. Bagaimana pun aku punya harga diri. Jika kamu sudah muak melihatku, teruslah bujuk Damar untuk segera menceraikan aku," ucap lantang Iva.
Waktu berjalan begitu cepatnya hingga tidak terasa sudah malam. Iva sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Ia terus saja memikirkan cara yang tepat supaya dirinya lekas bisa lepas dari suaminya. "Ya Allah, ampuni aku jika tidak sanggup lagi untuk mempertahankan rumah tangga ini. Tolong bantu aku supaya lekas bisa lepas dari Mas Damar," ocehnya mendengus kesal.
Pagi menjelang, Iva melakukan aktifitas paginya di dapur. Ia memasak dengan senyam senyum sehingga membuat curiga Damar dan Mamahnya.
"Iva, apa yang sedang kamu pikirkan sehingga terlihat senang?" tegur Damar.
"Itu bukan urusanmu Mas! Untuk apa juga kamu masih peduli denganku. Pikirkan saja calon istrimu itu," jawabnya ketus sembari asik memainkan peralatan dapur.
Damar merasa tersinggung, ia pun menghampiri Iva dan men cengkram rahangnya begitu erat. "Sudah mulai berani kemu ya?" netranya tajam bak sebilah pisau yang siap di hunuskan.
Iva meraih pi sau dan meng gores lengan Damar sehingga membuatnya tersentak kaget dan melepaskan cengkraman di rahang Iva.
"Ah!"
Pekiknya kesakitan sembari terus meniup sebuah luka karena sayatan pisau.
Sang Mamah turut emosi melihat perlakuan Iva terhadap anak kesayangannya. "Dasar wanita kampung! Awas saja ya, jika kamu melakukan hal itu lagi, aku tidak akan segan-segan melaporkanmu ke polisi!" bentak sang Mamah mengancam.
Tapi Iva justru tersenyum sinis. "Silahkan laporkan toh sama saja menggali lubang anakmu yang telah terlebih dahulu berlaku kasar padaku. Apa yang kulakukan cuma untuk membela diri. Bukti sudah jelas kok di rekaman video CCTV."
Damar justru tidak mendengarkan perkataan Iva, ia justru berbuat kasar kembali pada Iva, tapi dengan gerak cepat Iva menghadangnya dengan pisau yang sedang di genggamnya. Ia menempelkan pi sau itu tepat di perut Damar. "Silahkan maju, satu gerakan saja pisau ini mengoyak perutmu."
Ancam Iva sumringah.
Damar memundurkan tubuhnya. "Sudah gi la kamu ya?" bentak Damar.
"Ya, aku gi la karena perbuatan jahatmu. Kamu yang sudah membuatku seperti ini."
Iva menghampiri Damar dan menekan pisau itu ke perut Damar.
Keringat dingin mengucur deras dari tubuh Damar. "Jika terjadi sesuatu padaku, apa kamu nggak takut masuk penjara?"
"Sudah aku katakan jika aku tidak takut dengan apapun. Selama ini aku selalu diam di perlakukan kasar olehmu dan Mamahmu. Tapi Iva yang sekarang bukan Iva yang dulu dimana Iva yang dulu mudah sekali di tindas sedangkan Iva yang sekarang justru dominan untuk menindas demi membela diri," ucap Iva tanpa ada rasa gentar sama sekali.
Damar dan Mamahnya masih saja tidak percaya dengan perubahan drastis pada diri Iva. Hanya dalam waktu sekejap Iva sudah berubah menjadi wanita yang pemberani.
gak mau orang jahat yang datang