NovelToon NovelToon
Dikira Ojol Ternyata Intel

Dikira Ojol Ternyata Intel

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:17.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pilips

Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk Perangkap

Entah sejak kapan orang tua itu mengetahui fakta jika putranya adalah eksekutor dari seluruh kejahatan dan kebengisan yang terjadi dalam intitusi kepolisian.

Tangan besar yang tidak muda lagi meraih ponsel yang terjatuh di lantai dekatnya terduduk dalam keadaan terpuruk.

Pak Chandra  menghela napas panjang lalu menekan tombol panggilan menghubungi Aliando. “Halo, Al ….”

(Halo, Komandan! Selamat Pagi!)

“Kumpulkan semua tim hari ini, kita adakan rapat penting.”

(Baik, Pak komandan. Namun, Rudi dan Marlo akan izin pastinya. Mereka butuh perawatan juga istirahat total.)

“Ya, aku mengerti.” Pak Chandra melihat air lojinya. “Pukul 13.00 siang, semua berkumpul di tempat biasa.”

(Siap, Komandan!) Dari balik telepon, Ali memberi hormat seolah dirinya sedang berada di depan kepala polisi yang sangat ia kagumi.

Ketika sambungan telepon sudah berakhir. Baskara mendengus lalu memelototi Aliando. “Kau terlalu patuh. Itu sebabnya, Prass membodohimu!”

“Ketika kita memberikan kepercayaan penuh terhadap seseorang, bukannya orang itu harus menyerahkan integritas yang tinggi?” Tubuh Aliando menghadap lurus ke Baskara. “Bukan karena aku terlalu patuh atau apa pun istilahmu. Orang itulah yang sudah menunjukkan serta memberikan bukti betapa busuknya seseorang ketika ia bersembunyi di balik topeng sandiawara.”

Setelah mengatakan hal itu. Aliando pergi asal tidak berdebat lebih lanjut dengan Baskara. Kondisi saat ini sudah begitu rumit, Ali tak mau hanya karena persoalan sepele, hubungannya yang mulai dapat dibicarakan baik-baik bersama adik angkatnya malah kembali menjadi sulit.

Dalam keadaan terduduk dengan setengah tubuh yang tertutupi selimut biru langit rumah sakit. Baskara sedikit menunduk lalu melempar ingatannya agak jauh ke belakang.

Ketika ia masih SMA kelas 3. Pertama kalinya ia bertemu Prass. Karena Ali sudah berstatus sebagai siswa pelatihan bersama Prass. Ia mengundang sahabatnya itu berkunjung ke rumah orang tuanya untuk melepas rindu.

“Kamu, Baskara?” tanya Prass saat itu, di belakang rumah Pak Abraham.

“Ya, kenapa?”

Saat itu, Baskara masih bersikap tenang dan dapat Aliando ajak bicara meski memang tidak akrab.

“Aku tahu, kau tidak suka dengan kakak angkatmu.” Prass menyentuh pundak Baskara, kelihatan penuh perduli dan rasa pengertian yang mendalam.

“Apa maksudmu? Aku biasa saja terhadap kakakku.”

Senyum Prass tertoreh. Ia tatap manik mata Baskara. Pria itu tahu betul jika ada semacam perasaan iri yang bersarang. Namun, Prass tahu kalau Bass berusaha mengelak bahkan memusnahkannya saja. “Aliando selalu ingin terlihat menonjol. Lihat saja, sejak kecil, ia selalu berhasil mendapatkan perhatian orang tuamu, bukan? Padahal, dia hanyalah anak pungut.”

Seolah luka terjentik di dalam syaraf otak Baskara. Saat itu, ia masih sangat muda, karakternya belum terbentuk seutuhnya. Masih begitu labil sehingga Prass dengan mudahnya mencuci pemikiran Baskara.

Mungkin sudah menjadi salah satu keburukan untuk Prass. Darah kakeknya, Edgar, mengalir deras di dalam tubuhnya.

“Aku akan selalu menjadi tangan kananmu,” ucap Prass saat itu.

Bahkan, ketika Baskara sudah berhasil menjadi seorang polisi. Prass tidak pernah berhenti untuk merusak ideologi Baskara.

Pengedar narkoba waktu itu, yang sempat ditemani bersangkut paut oleh Baskara, itu juga adalah ulah Prasetyo yang mengenalkan mereka berdua. Syukur saja, Baskara tak pernah selera menggunakan barang haram seperti itu dan sama sekali tidak tertarik bergabung dengan kelompok yang dikatakan Prass.

“Prasetyo, kau benar-benar iblis,” gumam Baskara meremas sprei. “Seharusnya aku paham waktu itu. Ternyata kau bosnya? Astagah, aku sudah begitu tolol tidak peka dan mengabaikan perkataanmu waktu itu!”

***

Pukul 13.00 di sebuah ruangan tersembunyi, polres kota J.

“Kami sudah menemukan bukti tentang jenis racun dan ciri-ciri unik orang yang meracuni Desta,” ujar Rohan sambil berdiri mantap menjelaskan.

“Bisa kau jelaskan?” pinta Pak Chandra.

Aliando meletakkan dagunya, menumpu pada ke dua tangan yang tertaut. Ia dengan seksama menoleh, mendengarkan penjelasan Rohan.

“Racun arsenik. Tidak terdeteksi oleh petugas medis biasa karena tak berbau, berwarna, dan tidak berasa. Itu sebabnya, korban sekaligus pelaku kejahatan bernama Desta, memakan makanan itu dengan lahap tanpa curiga sedikit pun. Padahal, Desta sempat membuat obat-obatan dan meramu racun murahan.” Rohan menatap satu per satu orang yang ada di dalam ruangan khusus tersebur. Lantas, ia melanjutkan, “mengenai ciri seorang pria yang datang pada malam itu, sesuai penjelasan sipir yang sangat dapat kita percayai, ia mengatakan bahwa, rambut pria berpakaian kaos polisi tersebut memiliki cukuran plontos. Badan besar, berotot ketat. Tinggi sekitar 188-190 cm. Sipir pun yakin, malam itu, ia mendengar suara mainan kalung yang berkelontang seperti menyambar besi sel tahanan.”

“Itu Andra!” jerit Aliando tiba-tiba.

Seluruh orang yang ada di dalam ruangan khusus itu menoleh padanya.

“Kau yakin?” tanya Pak Chandra serius, keningnya mengkerut sempurna.”

“Yakin sekali, Pak!” seru Ali geram.

“Menurutku, bukti belum cukup,” sahut Rohan cepat.

“Terus, kita akan menunggu sampai dia berbuat hal di luar nalar lagi?!” teriak Ali mulai kehilangan rasa sabarnya, “kau lihat adikku, Baskara. Terbaring  di rumah sakit! Oke, lah. Kalau kalian tidak mau perduli dengan adikku. Namun, tidakkah kalian kasihan dengan rekan tim kita? Rudi dan Marlo?!”

Suasana dalam ruangan memecah keheningan dan ketegangan kasus tersebut. Kini, hanya rasa marah sekaligus sedih yang menonjol di dalam sana.

“Jadi kau mau apa, hah?” tanya Rohan melotot pada Ali.

“Sudah! Cukup!” seru Pak Chandra. Ia melangkah menahan dada Ali ketika ia melihat gerakan cepat dari pria berwajah tampan berkulit putih cerah tersebut. “Ali …, sebaiknya kau jaga adikmu dulu.”

“Apa maksud Pak Chandra?” Alis Ali bertaut.

“Kita akan melanjutkan pembahasan ini esok hari. Lagi pula, aku harus segera menghadiri rapat dengan para TNI dan juga Presiden.”

Aliando mendengus, mengepalkan tangannya. Ketika ia mendongak dan matanya bersirobok dengan Rohan. Emosinya kembali terkumpul seolah ia ingin segera menerjang pria itu.

“Jika keadaan semakin memburuk, kau harus lebih dulu bertanggung jawab.” Tunjuk Ali keras pada Rohan.

“Sebaiknya kau tanya adikmu yang manja itu. Apakah ia tidak terlibat?” seringai Rohan sambil memasukkan ke dua tangannya ke saku celana kain cokelat khas polisi.

Tidak perduli ketika Aliando berteriak sambil mulai memaki sikap Rudi. Pria itu meninggalkan ruangan ketika ia selesai pamit pada bos besarnya.

Pak Chandra sudah mengizinkan seluruh anggota tim untuk bubar. Namun, Aliando masih setia berdiri di hadapannya dan menghalangi kepergian Pak Chandra yang sudah menenteng tas.

“Al …, kamu jangan keras kepala. Masalah akan mudah diatasi jika kita berkepala dingin. Jujur, saya kaget melihat kamu bersikap agresif. Itu bukan gaya kamu.”

“Maaf, Pak Komandan. Tapi saya tidak bisa diam begitu saja.”

“Siapa yang diam?”

Ali menelan salivanya. “Anda dan rekan semuanya. Seolah ada yang sedang ditutup-tutupi dari saya.”

Pak Chandra menghela napas pendek. “Sepertinya kamu terlalu sensitif akhir-akhir ini, Al. Karena saya komandan kamu, tolong dengarkan perintah saya. Sebaiknya, kamu istrahat dan menjaga adik kamu, Baskara di rumah sakit. Besok, saya bisa pastikan. Kasus ini, akan segera kita eksekusi dengan benar.”

Aliando berusaha keras memegang ucapan dan janji kepala polisi itu. Ketika Pak Chandra menghilang dari pandangannya. Aliando pun segera keluar dan menuju parkiran.

Dalam mobil, ia menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi mobil. Namun, suara ketukan memaksa dia membuka mata yang terasa begitu berat karena tidak pernah tidur.

Tok, Tok, Tok ….

Deretan gigi putih Prass bermunculan dari balik kaca jendela mobil Ali yang tertutup. Perasaan Ali sudah jauh berbeda melihat sosok Prass saat ini.

Namun, karena ia sudah menyusun rencana dengan Baskara. Aliando harus kelihatan biasa-biasa saja.

“Prass? Ayo masuk.” Aliando membuka pintu mobil sebelahnya.

Ketika Prass duduk bersamanya di dalam mobil, Prass mengatakan sesuatu yang memantik emosi Ali. Tapi, lagi-lagi, polisi tampan tersebut, harus bersandiwara untuk memenangkan keadilan.

“Aku udah nemuin orang yang waktu itu lukain Baskara,” ujar Prass sambil tersenyum meyakinkan.

“Kau …, serius?” tanya Aliando pura-pura penasaran sebegitunya.

“Kau mau menangkapnya bersamaku?” tanya Prasetyo dengan manik mata bergerak-gerak.

Tanpa Prass menyadari bahwa Ali sudah tahu jika dirinya adalah sang Eksekutor dan mafia yang bersembunyi di balik institusi kepolisin kota J.

Prass …, kau sangat licik dan buas. Aku tidak akan pernah melepaskanmu ….

1
Arindarast
KERENN POOOLLL
Eka Fitriani
bagus ceritanya
widya widya
Bagus dan menghibur kok thor.. Fighting
pilips: terimakasih kak
total 1 replies
sulvie
gak mungkin lah rambut Laras bau besi berkata 😭
sulvie
masyaallah cita cita yang mulia 😅
pilips: tabarakallah
total 1 replies
Ahmad Dwifebrian
luar biasa
pilips
kasi bingangnya dong kak 🫶🏻
Anonymous
Resiko pekerjaan Jo . Semoga kamu lebih kuat Jo
widya widya
lanjutt Thor.. seru
pilips: up tiap hari kak, pantengin yaaa..
total 1 replies
widya widya
Ceritanya seru dan kocak.
widya widya
Seru dan kocak.
pilips
Karya pertamaku di Noveltoon
Rian Moontero
bukan cerita komedi,,tpi bikin aq ketawa🤣🤣🤸🤸
pilips: jangan lupa mingkem kak
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
pilips: makasih kak
total 1 replies
Alucard
Jalan ceritanya memukau!
pilips: novel ini up tiap hari kak, makasih atas komentarnya
total 1 replies
Risa Koizumi
Masuk ke dalam cerita banget.
pilips: sip kak, lanjutkan. novelnya up tiap hari
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!