Jingga yang sedang patah hati karena di selingkuhi kekasihnya, menerima tantangan dari Mela sahabatnya. Mela memintanya untuk menikahi kakak sepupunya, yang seorang jomblo akut. Padahal sepupu Mela itu memiliki tampang yang lumayan ganteng, mirip dengan aktor top tanah air.
Bara Aditya memang cakep, tapi sayangnya terlalu dingin pada lawan jenis. Bukan tanpa sebab dia berkelakuan demikian, tapi demi menutupi hubungan yang tak biasa dengan sepupunya Mela.
Bara dan Mela adalah sepasang kekasih, tetapi hubungan mereka di tentang oleh keluarganya. Mereka sepakat mencari wanita, yang bersedia menjadi tameng keduanya. Pilihan jatuh pada Jingga, sahabat Mela sendiri.
Pada awalnya Bara menolak keras usulan kekasihnya, tetapi begitu bertemu dengan Jingga akhirnya dia setuju.
Yuk, ikuti terus keseruan kisah Jingga dan Bara dalam membina rumah tangga. Apakah rencana Mela berhasil, untuk melakukan affair dengan sepupunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Kedatangan Tante Dilla
Jingga masih tinggal di rumah Tante Soraya, di sini hatinya sedikit-demi sedikit mulai ceria. Di panti banyak anak-anak yang butuh kasih sayang, dan mereka cukup memberi semangat baginya. Sesuai saran dari Tante Soraya, Jingga pergi ke sebuah klinik bersalin. Ia bersama bik Minah, berjalan kaki ke tempat tujuan. Klinik kasih ibu, adalah sebuah tempat bersalin terdekat dari panti.
Tiba di sana sudah banyak bumil yang mengantri, untungnya Tante Soraya sudah lebih dahulu mengambil nomor antrian. Sehingga tidak terlalu lama menunggu, namanya sudah di panggil.
Ternyata hasilnya sesuai, dengan alat tes yang di pakai semalam. Dokter menyarankan agar Jingga banyak beristirahat, dan jangan stres di awal kehamilan. Untuk menguatkan kandungan, dokter memberikan obat dan vitamin penunjang ibu hamil.
Setelah menebus obat di apotek, mereka kemudian pulang. Dengan di temani bik Minah, Jingga berjalan pelan-pelan menyusuri jalan. Lingkungan tempat dimana panti berada, memang agak di pinggiran. Sehingga udara di sini tidak banyak mengandung polusi. Di kiri kanan jalan, masih banyak terdapat pohon-pohon besar dan bangku tempat orang duduk-duduk.
"Bik kita istirahat dulu, yuk!" ajaknya.
"Dimana non?"
"Itu dekat tukang cilok!" tunjuknya lagi.
"Non Jingga, ngidam makan cilok" ucap bik Minah tersenyum simpul, sembari menghampiri seorang bapak penjual makanan sejuta umat itu.
"Umm, kayaknya sih iya. Si baby pengen ngerasain gimana enaknya makan cilok." ujar Jingga. "Ah tapi kayaknya cuma mitos, ya bik" lanjutnya.
"Ya udah kita ke sana, mumpung pembelinya sudah sepi" ajak bik Minah. "Mitos atau bukan, tergantung orangnya."
"Mang, beli ciloknya sepuluh ribu" ucap Jingga. "Bik Minah, mau gak?" tawarnya sembari melirik sekilas.
"Enggak ah, bibik gak suka."
"Yang pedes ya, mang. Jangan lupa pake bumbu kacangnya yang banyak."
"Siap neng!"
"Non, tuan Bara kenapa belum datang menjemput?" tanyanya hati-hati, ketika selesai membeli cilok.
"Enggak tau, bik! Mungkin juga gak akan pernah datang!? Atau mungkin juga lupa punya istri?"
"Doa nya yang bagus-bagus, non. Enggak mungkin tuan lupa sama istri sendiri? Kecuali ada yang menutup-nutupi..."
"Maksudnya bibik apa?"
"Ya itu, ada orang yang berusaha mempengaruhi pikiran tuan Bara supaya melupakan Istrinya."
"Masa sih!?"
"Kok masa? Kan non Mela juga nempel terus kaya perangko sama tuan Bara, gak ada malu-malunya."
"Mereka kan, sepupu-an bik!?"
"Sepupu tapi gak pernah bisa jauh, nemplok terus."
"Biarin aja, bik! Suami saya suka tuh, ditempeli kemana pun?"
"Ish, non Jingga kok ngomong seperti itu sih!? Kata orang tua dulu, pamali namanya."
"Eh...sepertinya ada tamu bik. Tapi siapa ya?" tanyanya, mengabaikan ucapan bik Minah.
"Mungkin mau ketemu ibu, non?!"
"Hadeuh, Tante kan sedang ke pasar sama Mbak Nana."
"Samperin aja non, barangkali donatur yang mau nyumbang dana?"
"Iya bik!"
Tamunya yang sedang duduk sambil mengobrol dengan salah satu pengurus panti, ternyata orang yang Jingga kenal. Perempuan cantik sebaya tantenya itu, menyapanya ketika ia sudah tiba di depannya.
"Halo Jingga! Tante datang ke sini ingin bertemu dengan kamu" ucapnya to the point.
"Ada perlu apa ya, Tan? Sampai jauh-jauh datang kemari" balas Jingga ramah, lalu menyalami ibu sahabat itu. "Gimana kabarnya Mela? Terakhir kali saya bertemu, dia pingsan di kantor Bara."
Tante Dilla terdiam sebelum menjawab pertanyaan Jingga, ia melihat pengurus panti yang menemaninya berpamitan. Begitu pun dengan bik Minah yang langsung ke belakang, untuk membantu mengurus keperluan anak-anak panti.
"Putri saya baik-baik saja, hanya sedikit mengalami depresi. Tapi berangsur pulih, karena Bara menjanjikan pernikahan pada Mela bila telah sembuh" ucap Tante Dilla penuh keyakinan. "Saya datang ke sini, dengan suatu misi. Kamu harus segera menggugat cerai Bara, karena suami mu meminta Tante mewakilinya berbicara dengan mu" ungkap Tante Dilla, begitu pengurus panti sudah tidak terlihat.
"Sebelumnya, saya minta maaf Tan. Bukannya saya gak ingin bercerai dengan Bara, tetapi alangkah baiknya suami saya yang mengatakannya" balas Jingga tenang. "Bercerai perlu alasan yang jelas, sebab pernikahan bukan untuk di permainkan."
"Bilang saja, berapa uang yang kamu butuhkan?" cibir Tante Dilla. "Saya yang akan membayar kompensasi nya."
"Saya gak butuh uang Tante, uang suami saya jauh lebih banyak" ucap Jingga kesal.
"Huh!" dengusnya geram. "Ternyata kamu cewek matre juga, ya! Pantas saja, mau di nikahi Bara tanpa pikir panjang. Jadi selama ini, kamu bersahabat dengan Putri saya karena ada yang di incar" lanjutnya lagi semakin gencar menuduh. "Enak ya, ongkang-ongkang kaki tapi punya duit melimpah."
"Maaf, omongan Tante sudah ngelantur kemana-mana. Perlu di ingat, saya bukan perempuan matre yang seperti di tuduhkan. Dulu saya bekerja dan berhenti, karena keinginan Bara. Saya istrinya, sudah seharusnya suami memenuhi semua kebutuhannya. Saya mengurusi semua keperluan beliau, dari perut sampai kebutuhan syahwatnya."
"Hebat sekali kamu, pandai bersilat lidah sekarang. Dulu kamu gak lebih perempuan miskin, yang berada di ketiak Putri saya..."
"Cukup Tante!" teriak Jingga marah. Kalo maksud "Tante Dilla datang ke sini untuk menyerang dan menghina saya, jangan harap saya akan tinggal diam."
"Kamu berani mengancam saya!"
"Kenapa tidak!? Tante yang memulai duluan, saya hanya mempertahankan diri."
"Dengan apa kamu bisa membuktikan? Kalo saya menghina kamu" ucapnya sombong. "Omongan kamu akan di anggap angin lalu, bila tidak ada bukti yang akurat."
"Saya merekam semua ucapan Tante, dan bisa jadi barang bukti di pengadilan." ucap Jingga penuh percaya diri, sembari mengeluarkan ponselnya dan memperdengarkan percakapan mereka. "Apa Tante masih berani mengintimidasi?" tanyanya dengan wajah puas.
"Sialan! Kamu benar-benar perempuan licik...!"
"Saya bukan licik Tan, tapi perempuan cerdas yang gak mau ditindas dan di perlakukan semena-mena" potongnya cepat.
"Dasar gila!" umpat Tante Dilla misuh-misuh, sembari meninggalkan rumah.
Jingga memandangi kepergian Tante Dilla, yang berlalu dengan membawa dendam kesumat. Kendaraan yang di kendarainya melesat cepat, menyisakan kepulan asap di belakangnya. Ia meraba jantungnya yang berdetak keras, akibat berseteru dengan ibunya Mela.
Senyum cerah Jingga mewarnai hari, karena berhasil memukul telak ego wanita setengah baya itu. Untungnya ia berinisiatif menyalakan perekam pada ponselnya, ketika Tante Dilla lengah. Saat pengurus panti berpamitan, diam-diam Jingga mengaktifkan ponsel.
Jingga duduk sembari meluruskan kakinya, lalu ia membuka bungkusan cilok yang tadi di belinya. Menikmati makanan ringan, sambil sesekali mengelus perutnya.
Ah betapa indah hari ini, walau tak ada Bara di sisinya. Tetapi ia harus kuat untuk bayi, yang berada di kandungannya. Bayi ini akan menjadi mood booster nya, penyemangat hidupnya.
...****...
beri plajaran tuk Laki leya leye gtu mh Laki gk punya pendirian hampas aja
Menjauhlah bila prelu pergi ke dasar bumi biar tidak ketemu lagi sama laki biadab entu.
Menjauhlah bila prelu pergi ke dasar bumi biar tidak ketemu lagi sama laki biadab entu.
si Jingga harusnya gk baper di pernikahan itu kan pernikahan hitam di atas putih bukan di dasari suka sama suka..
biar jdi penonton dulu , dema apa lgi yang mereka mainkan.