Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14.
*****
Austin bersama anak buahnya, memasuki lobby sebuah gedung menuju lift khusus. tanpa melapor terlebih dahulu ke meja resepsionis.
Sosoknya memasuki lobby, sudah membuat setiap siapa saja melihatnya, dengan cepat menyingkir memberi jalan padanya dan anak buahnya.
Begitu ia sampai di lantai yang ia tuju, dan lift terbuka, jalannya begitu lancar, tanpa seorang pun membuat langkahnya bersama anak buahnya, berhenti saat berpapasan dengan karyawan gedung tersebut.
Semua menyingkir dari jalan yang akan di tuju Austin. Kantor sahabatnya, pengganti Rudolf.
Sebelum Rudolf meninggal, sahabatnya telah di tunjuk Rudolf untuk menjadi penggantinya, sebagai Pemimpin jaringan bawah milik Rudolf.
"Bos! anda memanggilku?" tanpa perlu mengetuk pintu, Austin masuk sembari tersenyum ceria, seperti biasa ia perlihatkan kepada sahabatnya tersebut.
"Oh, kamu sudah datang! iya, benar!" Alfred Stewart, sahabat Austin menghentikan tangannya, yang sedang bekerja pada keyboard laptopnya.
Ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju sofa, di mana Austin telah duduk di salah satu sofa tersebut.
"Cody Addison sepertinya tidak bisa di percaya, Frank melihatnya tanpa sengaja bersama Dalton di ruang VIP club malam milik Martin!" kata Alfred memberitahu Austin, tentang rival Austin yang telah berhasil di kalahkan Austin.
"Oh, ternyata Cody kaki tangan si Dalton itu! aku akan melihat cara mereka untuk melakukan sesuatu pada ku!" ujar Austin tersenyum dingin.
"Malam ini Cody mengadakan pesta Cocktail, untuk melepas masa lajangnya, dua hari lagi dia akan menikah, dia mengundang kita!" Alfred meletakkan sebuah kartu undangan ke atas meja untuk Austin.
Austin meraih kartu undangan dari atas meja, "Kapal pesiar?" Austin membaca tempat pesta di adakan.
"Ya, ia menyewa kapal pesiar untuk pesta Cocktail nya, pesta lajang akan di hibur oleh model-model cantik, aku akan pergi bersama Aleena!" kata Alfred menopangkan satu kakinya pada kakinya satu lagi, "Aku tidak ingin menikmati keindahan tubuh wanita lain, yang akan di perlihatkan pada pesta itu!"
Austin menghela nafas setelah selesai membaca undangan tersebut, lalu melemparkan undangan ke atas meja. Ia terlihat tenang menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.
Ia kemudian angkat bahu acuh tak acuh, "Aku tidak masalah dengan pesta hiburan Cody, karena aku tidak akan tergiur dengan wanita penghibur, anda kan tahu siapa aku, Bos? pria kejam yang sangat di takuti para wanita!" kata Austin dengan tenang sembari tersenyum santai.
Alfred pun ikut tersenyum mendengar apa yang di katakan Austin, "Aku yakin, pasti ada seorang wanita yang tidak takut padamu, kamu jangan berkecil hati, suatu saat kamu pasti akan menemukan nya!" nada suara Alfred terdengar begitu nyaman di dengar Austin.
Ia pun berharap juga seperti apa yang di katakan Alfred. Semoga saja ada wanita yang tulus menyukai dirinya.
Seorang pria yatim piatu, yang sempat telah memiliki keluarga, tapi kemudian ia kehilangan keluarga angkatnya tersebut.
Tiba-tiba dalam pikiran Austin, terlintas wajah cantik gadis kecil Pelayan dessert, yang gemetar saat berdekatan dengannya.
Tapi, gadis kecil itu menatap wajahnya dengan lekat, saat berada di ruang kantor pemilik dessert. Ia merasakan, kalau gadis itu tidak takut padanya.
Beberapa detik Austin melamun membayangkan wajah gadis itu, dan bahkan ia sudah menyentuh tangan kecil gadis itu.
Austin seketika menggelengkan kepalanya, membuang bayangan wajah gadis kecil, yang tiba-tiba terlintas di kepalanya.
Bagaimana mungkin ia bisa-bisanya membayangkan seorang gadis kecil, yang terlihat lebih pantas menjadi anaknya, atau.. bahkan terlihat lebih pantas menjadi seperti keponakannya.
Tubuh mungil yang terlihat begitu ringkih, dalam pandangannya pasti masih berusia belasan tahun. Austin mengedipkan matanya.
Bayangan gadis itu malah menjadi semakin jelas dalam pikirannya, saat ia mencoba untuk menghilangkan ingatannya akan wajah gadis itu.
"Kenapa kamu?" tanya Alfred melihat raut wajah Austin, yang terlihat melamun, sepertinya memikirkan sesuatu.
Austin kembali mengedipkan matanya, tersadar dengan pertanyaan Alfred, yang akhirnya ia dapat menyingkirkan bayangan wajah gadis kecil pelayan toko dessert.
"Tidak kenapa-kenapa, Bos!" jawab Austin, "Aku hanya berpikir, untuk membawa beberapa anak buahku menjadi pendamping ku malam ini ke pesta Cocktail itu!"
"Ha ha haa.. !" Alfred tertawa lucu mendengar apa yang di katakan Austin.
Ia tentu sudah tahu, kalau Austin menghadiri suatu pesta, pasti selalu datang bersama beberapa anak buah Austin.
Bersambung....
Akhirnya Austin ketemu Erick🤗