Dia adalah pria yang sangat tampan, namun hidupnya tak bahagia meski memiliki istri berparas cantik karena sejatinya dia adalah pria miskin yang dianggap menumpang hidup pada keluarga sang istri.
Edwin berjuang keras dan membuktikan bila dirinya bisa menjadi orang kaya hingga diusia pernikahan ke-8 tahun dia berhasil menjadi pengusaha kaya, tapi sayangnya semua itu tak merubah apapun yang terjadi.
Edwin bertemu dengan seorang gadis yang ingin menjual kesuciannya demi membiayai pengobatan sang ibu. Karena kasihan Edwin pun menolongnya.
"Bagaimana saya membalas kebaikan anda, Pak?" Andini.
"Jadilah simpananku." Edwin.
Akankah menjadikan Andini simpanan mampu membuat Edwin berpaling dari sang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 9 Membalas Budi
"Dimana kontrakan kamu?" tanya Edwin.
Edwin sedang berada di dalam mobil bersama dengan Andini yang katanya hendak pulang ke rumah kontrakannya untuk mandi dan berganti baju sebelum berangkat bekerja.
Edwin ingin tahu dimana rumah kontrakan Andini sehingga dirinya menawarkan untuk mengantarkan gadis itu pulang kerumah kontrakannya.
"Tidak jauh lagi, Pak."
Benar kata Andini setelah 100 meter gadis itu langsung meminta Edwin menghentikan mobilnya didepan sebuah kontrakan panjang.
"Ini?" tanya Edwin menatap kontrakan kecil yang ditunjuk Andini.
"Iya, Pak, ini rumah kontrakan saya. Mari turun, Pak, saya buatkan minuman sebagai ucapan terima kasih karena sudah mengantarkan saya pulang."
"Ya, kebetulan juga saya harus," kata Edwin pula.
Andini tersenyum lalu turun dari mobil dan berjalan kerumah kontrakannya. Edwin mengikuti Andini, dia masuk kerumah yang hanya berukuran sepertiga kamarnya. Sempit sekali itu lah yang Edwin pikirkan.
Rumah kontrakan itu hanya berukuran 4x6 dengan perabotan rumah seadanya bahkan hanya ada satu kamar disana. Dinding kontrakan itu catnya sudah pudar dengan plafon yang nampak berjamur sepertinya sering bocor.
Andini membawakan satu cangkir kopi untuk Edwin yang sedang menelisik seluruh penjuru rumah kontrakannya.
"Kenapa, Pak? Rumah kontrakan saya jelek ya?" tanya Andini seolah paham dengan apa yang Edwin pikirkan.
Edwin menoleh pada Andini lalu mengangguk.
"Bagaimana bisa kamu tinggal di kontrakan seperti ini?" tanya Edwin menatap Andini.
"Saya hanya mampu menyewa kontrak ini, Pak."
"Saya carikan tempat tinggal yang layak untukmu ya."
"Tidak usah, Pak, nanti saya tidak mampu membayarnya."
"Kamu tidak usah membayarnya, saya yang akan membarnya."
"Jangan, Pak, saya sudah terlalu banyak merepotkan Anda."
"Tak apa, saya suka direpotkan."
"Tapi, Pak, hutang budi saya saja belum saya bayar anda sudah mau membantu saya lagi nanti saya semakin tidak enak pada anda."
"Tidak udah merasa seperti itu abaikan saja rasa tidak enak mu pada saya itu."
"Tidak bisa, Pak, kecuali anda katakan dulu apa yang anda inginkan untuk membalas kebaikan anda."
"Baiklah saya akan mengatakannya. Saya ingin kamu jadi simpanan saya."
Ini sudah yang kedua kalinya Andini mendengar Edwin mengatakan itu, apa pria itu bener-bener menginginkan Andini sebagi simpanannya?
Tak seperti tadi pagi yang mendengar ini Andini langsung tersedak. Sekarang dia nampak tak mengerti dengan permintaan Edwin.
"Kenapa? Kenapa anda meminta saya menjadi simpanan anda? Apa anda berniat mengkhianati istri anda?" tanya Andini.
Edwin tersenyum kecil. Entahlah dia juga tidak mengerti kenapa dirinya menginginkan Andini menjadi simpanannya. Edwin mencintai Mona tapi wanita itu tak pernah memberi perhatian padanya. Bersama Andini Edwin merasakan ada kenyamanan disana.
"Rumah tangga yang saya jalani tidak seperti rumah tangga orang-orang pada umumnya."
"Apa rumah tangga anda sedang ada masalah?"
Edwin mengangguk. "Istri saya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hobinya dia bahkan tak melayani saya dengan baik."
"Ya ampun." Andini tak bisa berkata-kata untuk menanggapi perkataan Edwin.
"Tapi menjadikan saya simpanan anda itu sama saja anda berselingkuh, Pak," sambung Andini.
"Bukan salah saya selingkuh karena istri saya sendiri yang mengabaikan saya."
"Kenapa anda tidak bercerai saja?"
"Saya sangat mencintainya."
"Kalau Anda sangat mencintainya seharusnya anda tak menghianatinya."
"Tapi saya butuh perhatian sedangkan istri saya tak memberikannya."
"Lalu Anda inginnya seperti apa?"
"Seperti yang saya katakan tadi kamu jadilah simpanan saya."
"Tapi, Pak_"
"Bukannya kamu mau menuruti permintaan saya untuk balas budi mu?"
"Iya tapi_"
"Kamu tidak akan rugi Andini, saya akan terus membiayai rumah sakit ibu kamu sampai beliau sembuh. Kamu bisa kuliah lagi, saya juga bisa memberi tempat tinggal yang layak untukmu, saya juga bisa memenuhi kebutuhanmu."
Andini menggigit bibir bawahnya bingung hendak menerima atau menolak permintaan Edwin.
"Saya janji tidak akan meminta kesucian kamu. Kamu cukup buat saya nyaman, menemani saya disaat saya kesepian, menjadi pendengar saat saya sedang ingin bercerita, dan saat saya membutuhkan kehadiranmu," kata Edwin lagi.
"Tapi bagaimana bila istri anda tahu?"
"Istri saya tidak akan mungkin tahu karena dia sama sekali tak peduli dengan apa yang saya lakukan. Dia terlalu mengabaikan saya."
"Tapi anda janji tidak akan meminta saya melayani anda diatas ranjang," kata Andini memastikan. Edwin terkekeh namun ia menganggukkan kepala.
"Apa perlu saya buatkan perjanjian menggunakan materai?" tanya Edwin kemudian.
"Tidak perlu, saya hanya ingin anda menepati janji agar tidak meminta saya melayani anda diatas ranjang."
"Ya, saya janji. Apa itu artinya kamu menerima permintaan saya dan setuju menjadi simpanan saya?"
"Ya, saya setuju."
Ada perasaan senang tak terkira dihati Edwin. Setidaknya dia tak akan merasa sakit saat Mona mengabaikannya karena sekarang dia memiliki seseorang yang akan memberi perhatian untuknya.
Edwin meminum kopi yang Andini buatkan lalu menatap gadis itu yang juga tengah menatapnya.
"Kalau begitu saya pamit. Jangan lupa kalau kamu sekarang simpanan saya," kata Edwin sambil tersenyum.
Andini susah payah meneguk salivanya, namun ia menganggukan kepala. Tak lupa dia mengantar Edwin yang keluar dari rumah kontrakannya. Setelah memastikan Edwin pergi, Andini menutup rapat pintu kontrakannya menyandarkan punggungnya di balik pintu.
Andini memegangi dadanya yang sejak tadi berdegup kencang. Ia tak menyangka diusianya yang baru 20 tahun sekarang menjadi simpanan pria kaya yang haus perhatian sang istri.
"Aku bukan pelakor kan?"
"Ya, aku bukan pelakor. Aku hanya membalas budi pada Pak Edwin dengan cara menjadi simpanannya."
Andini berbicara sendiri, dia bahkan menganggukkan kepala meyakinkan bila dirinya bukan pelakor.
...****************...
Edwin pergi dari rumah Andini tidak langsung menuju restoran. Dia mendatangi apartemen mewah milik Darwin Properties yang letaknya tak jauh dari rumah sakit dimana ibu Della dirawat.
Disana Edwin membelikan 1 unit apartement untuk Andini tinggal agar gadis itu bisa tidur dengan nyaman dan bolak balik kerumah sakit tidak begitu jauh, hanya 200 meter saja.
Selain itu tentu saja agar Edwin leluasa mendatangi Andini disaat Ia membutuhkan gadis itu.
Edwin bahkan mengisi lengkap perabotan apartement yang akan Andini tinggali. Setelah memastikan semua beres barulah Edwin mendatangi restoran.
Matanya menyipit saat masuk kedalam restoran dia melihat sosok Andini mengenakan seragam restoran Hamara membuatnya segera menghampirinya.
"Eh."
Andini terkejut dengan kedatangan Edwin yang tiba-tiba. Dia nyaris menjatuhkan beberapa piring kotor di nampannya.
"Kamu kerja disini?" tanya Edwin.
"Iya, Pak."
"Kenapa tidak bilang?" tanya Edwin lagi.
"Saya juga baru tahu saat anda memberi kartu nama."
"Sekarang letakkan barang yang kamu pegang lalu ikut keruangan saya."
"Baik, Pak."
"Andini buru-buru membawa piring kotor dinampannya kedapur lalu kembali menghampiri Edwin yang masih menunggunya di tempat itu."
Edwin berjalan lebih dulu memasuki lift dan Andini mengikutinya. Tidak ada yang mereka bicarakan di dalam lift hingga tiba dilantai 4, Edwin masuk keruangannya dan Andini mengekorinya.
Edwin duduk dikursinya meminta Andini yang baru masuk keruangannya mengunci pintu.
"Duduk sini." Edwin menepuk pahanya.