Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Keluarga Sampah
Tristan tak terlalu peduli apa yang dibahas keluarganya dan keluarga Karina. Mereka kelihatannya bahagia dengan adanya pertemuan itu. Ia tahu ibunya sangat ingin dirinya segera menikah. Sedangkan keluarga Karina tentu saja menginginkan kerjasama untuk lebih memajukan bisnis mereka.
Selama pertemuan, ia terlihat lebih banyak tersenyum. Apalagi memandangi Ralina yang malam itu ikut datang. Dengan penampilan sederhananya, wanita itu tetap mampu membuat Tristan terpesona. Apalagi gelang pemberian darinya melingkar indah di tangan Ralina.
Sepertinya ia sudah sangat gila. Hanya demi bisa bertemu Ralina sampai harus membuat rencana pernikahan dengan Karina. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana tujuannya dulu. Sekalipun harus benar-benar menikah dengan Karina, akan ia lakukan jika bisa membuatnya lebih dekat dengan Ralina.
"Kak Tristan," sapa Rafael yang duduk tepat di samping Tristan.
"Ya?" Lamunan Tristan langsung lenyap. Ia menoleh ke arah adik Karina.
"Kakak punya berapa koleksi mobil?"
Tristan mengerutkan dahi mendengar pertanyaan dari anak SMP itu.
"Ada banyak. Memangnya kenapa?" tanyanya heran.
Mata Rafael langsung terlihat berbinar-binar. "Sudah aku duga! Kakak kan orang kaya, pasti punya banyak koleksi mobil!" serunya girang.
"Tahun depan aku sudah masuk SMA. Biasanya kalau anak SMA kan sudah boleh membawa mobil sendiri. Tapi, Mama dan Papa baru mau memberikan mobil setelah aku lulus SMA," keluhnya.
"Ya, kalau begitu turuti saja kemauan mereka," ujar Tristan.
"Ah, Kak Tristan! Seperti tidak pernah muda saja!"
"Aku kan juga butuh sedikit bergaya supaya banyak yang suka ...."
"Kakak pinjamkan satu mobil untukku tahun depan. Kakak kan sebentar lagi jadi kakakku juga, jadi, ayolah ...."
"Kakak juga baik hati memberikan Kak Karina dan Kak Ralina mobil, masa aku tidak?" rayu Rafael.
Tristan menjadi agak jengah mendengarnya. Kalau bukan karena Ralina, ia juga malas untuk memberikan apa-apa kepada keluarga mereka. Ternyata memang dari orang tua hingga anak-anaknya sama-sama tidak tahu diri.
Banyak hal yang sudah ia lakukan seakan masih belum cukup dan mereka selalu merongrong meminta sesuatu kepadanya seperti pengemis.
"Memangnya kamu sudah punya SIM?" tanyanya.
"Ya ... Ya belum, Kak! Aku kan masih 15 tahun."
"Artinya kamu belum boleh mengendarai mobil. Tunggu sampai usiamu cukup."
"Aku bisa menambah usiaku 2 tahun kak, supaya dapat SIM. Itu masalah gampang!"
"Tidak, tidak ... Aku tidak mau mengambil resiko memberikan mobil pada anak di bawah umur. Kamu harus bersabar sampai usiamu legal!" tegas Tristan.
"Yah ... Kak Tristan kurang asik!" protes Rafael.
Tristan kembali mengarahkan pandangannya ke depan, namun, Ralina sudah tidak ada di sana. Ia melirik ke sekeliling juga tidak ada Ralina.
"Aku mau ke toilet sebentar!" pamit Tristan
Tristan berjalan keluar ruang pertemuan. Tempat pertama yang ia tuju adalah toilet. Ia menebak Ralina pergi ke sana. Benar saja, tak berselang lama, Ralina muncul dari balik pintu toilet.
Tristan buru-buru berlari ke balik dinding yang akan di lewati oleh Ralina. Saat wanita itu melintas, dengan sengaja ia menjulurkan kaki hingga Ralina tersandung dan hampir jatuh.
"Aduh!" seru Ralina terkejut.
Beruntung Tristan meraih pinggang Ralina.
Keduanya saling bertatapan dengan jarak yang cukup dekat.
"Terima kasih," ucap Ralina yang masih syok karena hampir terjatuh.
Suara Ralina terdengar sangat indah di telinga Tristan.
"Tidak apa-apa, aku juga kurang hati-hati. Untunglah kamu tidak apa-apa."
Tristan terpana sampai lupa melepaskan tangannya. Ralina yang menyetuh tangan itu agar melepaskan pinggangnya.
"Ah, maaf!"
"Memang Kak Tristan mau kemana? Apa buru-buru?" tanya Ralina.
"Ah, tidak. Tadi aku hanya baru saja menerima telepon. Kamu dari toilet?"
Ralina mengangguk.
"Kak Tristan, apa bisa aku pamit pulang sekarang?"
Tristan memasang wajah heran. "Memangnya kenapa? Kamu kurang enak badan?" ia mulai khawatir.
"Ah, tidak, bukan begitu." Ralina sedikit ragu untuk berbicara jujur. Ia melirik ke arah lorong menuju ruangan tadi untuk mengecek jika ada orang yang melihatnya di sana.
"Aku hanya merasa kurang nyaman saja berada di dalam," katanya.
"Lagi pula, kalau aku tidak ikut di sana juga tidak apa-apa, kan?"
"Hm ...." Tristan bergumam
"Kamu tidak menyukai rencana pernikahan kami?" tebaknya.
"Tidak, tidak!" Ralina langsung membantah ucapan Tristan.
"Aku ikut senang dengan rencana pernikahan kalian. Kak Tristan baik, Kak Karina juga sangat menyukai Kakak. Tentu saja aku sangat senang jika kalian berdua menikah!"
Tapi, entah mengapa perasaan Tristan menjadi sedih mendengar perkataan Ralina.
"Aku hanya bingung harus apa di dalam. Ini kan rencana pernikahan Kakak dan Kak Karina. Aku tidak harus ikut."
"Kamu jangan bicara seperti itu. Nanti kita juga akan menjadi satu keluarga. Jadi, ayo kembali ke dalam," ajak Tristan.
Ia menyetujui pertemuan itu untuk bertemu dengan Ralina. Jika wanita itu tidak ada di sana, lantas untuk apa juga dia tetap di sana? Ia tidak akan membiarkan Ralina pergi sampai pertemuan berakhir.
kira" kemana raliba apa diculik jg sama bobby bisa sj kn raliba dpt info dr seseorang beritahu kbradaan karina yg trnyata dibohongi jg sma orang itu krn oerginya ralina g ada yg tau knp hamin g ngejar waktu itu
tristan pdkt sama ralina ny jngan kasar"