Felicia, seorang mahasiswi yang terjebak dalam hutang keluarganya, dipaksa bekerja untuk Pak Rangga, seorang pengusaha kaya dan kejam, sebagai jaminan pembayaran utang. Seiring waktu, Felicia mulai melihat sisi manusiawi Pak Rangga, dan perasaan antara kebencian dan kasih sayang mulai tumbuh di dalam dirinya.
Terjebak dalam dilema moral, Felicia akhirnya memilih untuk menikah dengan Pak Rangga demi melindungi keluarganya. Pernikahan ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah utang, tetapi juga pengorbanan besar untuk kebebasan. Meskipun kehidupannya berubah, Felicia bertekad untuk mengungkapkan kejahatan Pak Rangga dan mencari kebebasan sejati, sambil membangun hubungan yang lebih baik dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi'rhmta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11: Dukungan di Saat Sulit
Felicia duduk di meja makan, menatap tumpukan tagihan yang berserakan di depannya. Suasana rumahnya terasa suram, dan ia merasa sangat tertekan. Ia mengingat kembali percakapan dengan ibunya yang baru saja di telepon.*
Ibu Felicia (dari telepon): "Felicia, keadaan kami semakin sulit. Kami mungkin harus menjual rumah ini jika situasinya tidak membaik."
Felicia merasa hatinya hancur mendengar berita itu. Ia ingin membantu keluarganya, tetapi ia tahu gajinya tidak cukup untuk mengatasi semua masalah ini.
Felicia (dalam hati): "Bagaimana aku bisa membantu mereka? Aku tidak ingin mereka kehilangan rumah. Tapi apa yang bisa kulakukan?"
Ia merasa putus asa dan mulai merasakan beban yang sangat berat di pundaknya.
Felicia tiba di kantor dengan wajah lesu, berusaha menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Ia berusaha fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus melayang kepada keluarganya.
Pak Rangga melihat Felicia dan langsung menyadari ada yang tidak beres.
Pak Rangga: "Felicia, kamu terlihat tidak seperti biasanya. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
Felicia tersenyum paksa, berusaha mengalihkan perhatian.*
Felicia: "Oh, tidak apa-apa, Pak. Saya hanya sedikit lelah."
*Pak Rangga tidak puas dengan jawaban itu dan terus memperhatikannya.*
Pak Rangga: "Jika ada yang ingin kamu bicarakan, saya ada di sini. Kita semua mengalami masa-masa sulit."
Setelah beberapa saat, Felicia merasa tidak bisa lagi menyimpan beban ini seorang diri. Ia memutuskan untuk berbicara dengan Pak Rangga di ruangannya.
Felicia: "Pak, bolehkah saya berbicara dengan Anda sebentar?"
Pak Rangga: "Tentu, Felicia. Silakan duduk."
Felicia mulai menceritakan masalah yang dihadapinya, bagaimana keluarganya kembali mengalami kesulitan keuangan dan betapa khawatirnya ia tentang masa depan mereka.
Felicia: "Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya merasa tidak berdaya melihat orang tua saya berjuang seperti ini."
Pak Rangga: "Saya mengerti. Terkadang hidup memang memberikan kita tantangan yang sangat berat. Tapi kita tidak sendirian dalam menghadapi ini."
Felicia merasa terharu mendengar kata-kata Pak Rangga yang penuh empati.
Pak Rangga duduk berhadapan dengan Felicia, memberikan perhatian penuh padanya.
Pak Rangga: "Felicia, mungkin ada beberapa langkah yang bisa kamu pertimbangkan. Pertama, coba bicarakan dengan keluargamu tentang situasi ini. Mungkin mereka memiliki ide atau solusi yang bisa membantu."
Felicia: "Tapi saya tidak ingin menambah beban mereka. Mereka sudah cukup khawatir."
Pak Rangga: "Justru, mereka mungkin merasa lebih baik jika tahu kamu bisa berbagi beban ini. Ini adalah keluarga, kita saling mendukung."
Felicia mengangguk, mulai merenungkan saran Pak Rangga.
Pak Rangga: "Kedua, jika ada yang bisa saya bantu, jangan ragu untuk memberi tahu. Saya bisa membantu mencarikan sumber daya atau saran lain yang mungkin membantu keluargamu."
Felicia merasa terharu dengan kebaikan hati Pak Rangga.
Felicia: "Terima kasih, Pak. Itu sangat berarti bagi saya."
Setelah percakapan itu, Felicia merasa sedikit lebih tenang. Ia mulai merencanakan langkah-langkah yang bisa diambil untuk membantu keluarganya.
Felicia: "Saya akan bicarakan hal ini dengan keluarga saya. Dan mungkin saya bisa mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan."
Pak Rangga: "Itu ide yang baik. Kamu memiliki banyak potensi, dan saya yakin kamu bisa menemukan cara untuk membantu mereka."
Felicia merasa diberdayakan oleh dukungan Pak Rangga. Ia merasa bahwa ada harapan meskipun situasi terasa sulit.
Setelah pertemuan itu, Felicia kembali ke meja kerjanya dengan perasaan yang lebih ringan. Ia merasa berterima kasih atas dukungan yang diberikan Pak Rangga.*
Felicia (dalam hati): "Aku tidak akan menyerah. Aku akan melakukan apapun untuk keluargaku. Dan aku tahu aku bisa menghadapi ini."
Ia mulai menulis rencana tindakan, mencatat langkah-langkah yang akan diambil untuk membantu keluarganya. Meskipun tantangan yang dihadapi masih besar, ia merasa lebih siap untuk menghadapinya.
Di akhir hari, sebelum pulang, Felicia menghampiri Pak Rangga sekali lagi.*
Felicia: "Pak, terima kasih atas dukungan dan saran Anda. Saya merasa lebih kuat setelah berbicara dengan Anda."
Pak Rangga: "Saya senang bisa membantumu, Felicia. Ingat, kamu tidak sendirian. Jika kamu butuh apa pun, saya di sini untuk mendukungmu."
Felicia tersenyum, merasa dihargai dan didukung. Ia tahu bahwa meskipun situasi sulit, ada harapan dan teman di sisinya.
Felicia (dalam hati): "Dengan dukungan ini, aku akan berjuang untuk keluargaku. Aku tidak akan menyerah."