Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketegasan Arkan
"Voucher, yang berapa?" tanya Arkan.
Aulia yang dibelakang malah menyugar rambut serta memamerkan senyum manisnya.
Riski sendiri memutar mata jengah, kala melihat tingkah sahabatnya.
Arkan kembali duduk bersama kedua sahabatnya, setelah melayani pelanggan.
"Itulah, cewek cantik yang tadi aku katakan." cetus Aulia berbinar.
"Lebih baik kamu lupakan. Karena itu anak pak haji. Yang udah tentu tidak selevel sama kita." kekeh Arkan membuat Aulia membuang napas.
"Memangnya, kamu tidak suka melihat gadis cantik tadi? Aku aja berbunga-bunga loh." cetus Aulia.
"Kalo kamu, lihat kambing betina aja berbunga-bunga." balas Riski.
"Tidak, karena aku sadar, gak mungkin bisa bersamanya. Toh, kita tidak bisa memanjat tembok yang sangat tinggi itu." lirih Arkan.
"Memang kita mau jadi pencuri?" tanya Riski.
"Itu kiasan bodoh." Aulia geram.
"Ooo ..." desis Riski acuh. Sedangkan Aulia malah melotot kearahnya.
"Terus, gadis seperti apa yang kamu suka?" tanya Aulia penasaran. Begitu juga dengan Riski.
"Yang akan sayang dan peduli pada ibu, juga Kayla." balas Arkan.
"Jika itu susah bro. Kamu kan tahu, gak ada istri yang benar-benar mencintai keluarga suami." balas Riski.
"Siapa yang bilang? Seorang istri akan mencintai keluarga suami, jika keluarga atau suaminya sendiri mencintainya dengan tulus. Istri kita juga butuh perlindungan. Sama seperti kita, pada orang tua kita." jelas Arkan.
"Sepertinya kamu udah cocok berumah tangga Arkan. Karena pikiranmu sungguh dewasa." kekeh Riski.
Gelak tawa ketiga mulai membahana. Mereka seakan lupa, jika sekarang sudah malam.
Hari ini, entah kenapa rasa rindu kepada Ana sangat membuncah. Sahil bahkan tidak bisa tidur sejak semalam. Saat berhubungan dengan Kinan pun, wajah Ana yang ada dalam benaknya. Beruntung, dia bisa mengendalikan dirinya.
Karena rasa rindu itu, berhasil membawa Sahil ke kampung halaman Ana.
"Kenapa kamu tega Ana." lirih Sahil saat melihat Ana tersenyum dengan pelanggannya.
Rasa cemburu kembali menjalar ke hatinya, saat melihat Ana melayani seorang lelaki. Bagaimana tidak, bahkan Ana tertawa kecil saat berhadapan dengan lelaki itu.
Tanpa memperdulikan statusnya, Sahil turun dari sepeda motor. Dia berjalan dengan buru-buru ke arah Ana.
"Apa yang kamu lakukan Ana? Kita baru saja sah bercerai. Tapi sekarang apa yang kamu lakukan?" bentak Sahil, memegangi pergelangan tangan Ana.
Bahkan piring di tangan Ana jatuh, sehingga membuat semua isinya berhamburan.
"Kamu apa-apa sih bang? Seharusnya aku yang bertanya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu disini?" beruntun Ana menghentakkan tangannya, alhasil tangannya terlepas dari genggaman tangan Sahil.
Arkan yang mendengar ada keributan langsung berlari keluar dari gerainya. Dan beberapa orang yang makan disana pun, melihat Sahil dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ada apa ini?" tanya Arkan menatap orang tuanya bergantian.
"Apa kamu gak bisa menjaga ibumu Arkan? Kami baru saja bercerai. Dan sekarang, lihat lah, dia. Dia bahkan tertawa bersama lelaki lain." cetus Sahil.
Arkan menghela napas. Berharap, agar diberi kesabaran dalam menghadapi tingkah laku Ayahnya.
"Ayah ,,, lelaki yang ayah tuduh ini adalah suami orang. Dan ibu gak mungkin tebar pesona pada pelanggannya sendiri. Apalagi, lelaki ini dikenal sangat setia. Tidak akan mendua." ujar Arkan mencoba menjelaskan.
"Kamu nyindir ayah? Kamu sendiri tahu, kenapa sampai ayah menikah lagi. Dan apa alasan dibalik semua itu." balas Sahil merasa tersindir.
"Aku menyindir ayah dibagian mana?" Arkan mulai naik darah. Akan tetapi sebisa mungkin menjaga kewarasannya.
"Tadi, kamu bilang dia setia dan tidak mungkin mendua." tunjuk Sahil pada lelaki yang memutar mata malas di hadapannya.
"Ayah kesini niatnya apa sih sebenarnya? Mau menghancurkan usaha ibu? Seharusnya ayah mendukung. Karena dengan ini, ibu tidak menuntut nafkah darimu." ujar Arkan mulai meninggi.
"Kenapa dia harus menuntut nafkah dariku? Yang mau cerai dia sendiri kan?"
"Karena kami masih anak-anak mu. Kalo ibu minta nafkah selama delapan belas tahun terakhir. Memangnya ayah sanggup memenuhinya? Kalo aku meminta hak ku selama lapan belas tahun terakhir, memangnya ayah mampu? Kalo Kayla meminta waktumu selama delapan belas tahun terakhir, memangnya ayah bisa? Jawab ayah ... Seharusnya ayah bangga. Ayah bangga karena kami bisa berdiri di kaki kami sendiri. Dan itu berkat ibu ... Bukan malah datang kesini untuk mengacau segalanya." jelas Arkan dengan dada naik turun.
"Selama ini, aku masih menghormatimu, karena kamu ayahku. Tapi, jika sekali lagi kamu mengacau usaha ibuku. Jangan harap rasa hormat itu masih ada." tekan Arkan membuat Sahil menelan ludah.
"Maaf bang, tapi apa yang anakmu katakan adalah kebenaran. Dan dia jauh lebih dewasa dari mu. Melihat tingkah lakumu, membuat kami hilang nafsu makan." ujar lelaki yang dituduh oleh Sahil.
Ana diam, dia gak tahu harus bilang apa pada lelaki yang berdiri didepannya. Yang jelas, rasa benci merasuk ke dalam hatinya.
Merasa dirinya salah, Sahil pun pergi tanpa sepatah katapun. Dia juga takut, jika benar, Arkan tidak lagi menghormatinya.
Di atas motor, dia kembali mengutuk kebodohannya sendiri. Karena cemburu dan merasa masih memiliki Ana. Sahil melakukan hal bodoh.
...🍁🍁🍁...
Firman masih setia berada di musala. Dia tidak hentinya berdoa memohon ampun atas segala kesalahannya. Bahkan, dia lebih sering menangis mengingat dosa-dosa di masa lampau nya.
Sekarang, dia tidak lagi berharap untuk keluar dari sana. Bahkan, dia juga tidak berharap seseorang menjenguknya. Yang dia harapkan adalah ampunan dari yang maha kuasa.
Apalagi, ustad yang datang setiap jum'at mengatakan, Allah akan mengampunkan dosa-dosa hambanya, jika sang hamba sendiri merasa menyesal.
Seorang sipir mendekati Firman yang masih khusyu dalam doanya.
"Firman, seseorang ingin menemui mu." ujarnya menyentuh bahu Firman.
Firman kaget. Begitupun Jefri yang berada tepat di belakang sipir.
Iya, Jefri mengikuti sipir yang berjalan kearah abangnya.
"Siapa?" tanya Firman dan Jefri bersamaan.
"Slah satu keluargamu. Ikuti lah, aku ..." perintah sipir.
Firman dan Jefri saling menatap. "Baiklah ..." Firman antusias.
"Apakah ini hadiah darimu Tuhan? Bahkan kamu mendatangkan keluargaku, saat aku datang padamu." batin Firman.
Tanpa sadar, air mata bahagia menetes di pipinya.
lekas sehat kembali.💪 ditunggu karya Kaka selanjutnya. 🙏
jgn sampai, andai nara ga ada umur, kamu pun tetap menyalahkan ana n anak2 nya
padahal jelas2 kamu yg merebut kebahagiaan mereka😒
anak kandung suruh ngasih ginjalnya,selama ini yg kamu buat tuh luka yg dalam selingkuh Ampe punya anak.g kasih nafkah.
mau minta ginjal,otakmu dimana sahil