Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Alamiah
Malam itu, Siaw Jin sedang bersama Xiansu, Losian, Paman Bu dan istrinya serta para murid Xiansu di ruang tamu rumah yang kini dibangun berkali lipat luasnya.
Disana terlihat juga Sie Han dan istrinya yang duduk bersama mereka. Suasana tampak bahagia karena lusa akan diadakan acara pesta perkawinan antara Sie Liong dan Siaw Kim.
Hubungan mereka kini telah pula mendapatkan restu dari Sie Han dan Can Bilan.
Yang merasa paling senang selain Sie Liong dan Siaw Kim tentunya adalah Naya. Bagaimana tidak, salah satu beban beratnya untuk menerima lamaran Sie Liong kini telah dibatalkan.
Mereka duduk sambil mengobrol tentang persiapan yang terus di lakukan untuk membuat acara yang meriah.
Dua minggu yang lalu, undangan telah di sebarkan ke berbagai tempat yang terjangkau dari kaki pegunungan himalaya itu.
Sedang asyiknya mereka mengobrol, salah satu murid perguruan tangan sakti milik Xiansu terdengar berteriak dari arah belakang
"Toloong,,"
Hanya sepenggal saja suara itu terdengar, Siaw Jin dan Naya telah melesat ke arah asal suara.
Sesampainya mereka disana, mereka melihat seorang murid tergeletak pingsan dengan kepala bocor mengeluarkan darah.
Tak lama kemudian, ramai lah orang tiba ditempat itu. Dengan kaget, Siaw Gin dan gurunya segera menolong murid belasan tahun yang terluka dan pingsang.
Siaw Jin dan Naya telah melesat keluar lewat tembok belakang untuk mengejar pelaku. Tak lama kemudian, dikamar Meilan pun berteriak memanggil,
"Guru, Kakak Jin,,!" Terdengar kegaduhan dari kamar tersebut.
Saat Xiansu tiba disana, dia melihat muridnya sedang bertarung melawan dua orang lelaki paruh baya yang memakai kedok di wajah nya.
Segera Xiansu ikut menyerang dua orang itu membantu Si Meilan yang tidak kalah dari mereka.
Hingga keadaan penyusup itu terjepit, apalagi diluar kamar terdengar derap langkah beberapa orang, kedua penyusup itu segera kabur lewat jendela yang mereka bobol.
"Ah, siapa kah penyusup penyusup itu". Seru Xiansu seperti berkata kepada diri sendiri.
Saat kakek itu kembali ke ruang utama, Siaw Jin dan Naya telah berada di sana.
"Kek, banyak sekali bayangan orang puluhan meter dari rumah. Penyerang tadi masuk ke hutan belakang. kita harus bersiap berjaga jaga kek". Seru pemuda berbadan tegap itu.
"Naya, cepat kumpulkan semua murid di ruang berlatih. Beritahu Liubai cepat". Perintah Xiansu yang wajahnya kini terlihat sedikit cemas.
Gadis itu berlari secepat kilat lewat pintu samping dia memanggil adik seperguruan nya yang menjadi kepala jaga malam itu.
Tak berapa lama, seluruh murid dari yang berusia 25 tahun hingga delapan sembilan tahun telah berkumpul mendengarkan arahan Xiansu yang mengatakan agar mereka semua berjaga dan jangan sampai sendirian.
Ada penyerang yang telah memakan korban.
"Setidaknya, kalian harus berjaga 6 sampai 7 orang secara berkumpul. Jangan sampai ada yang keluar rumah. Jika ada penyerang, beritahu teman lain". Tutup Xiansu yang menjadi guru sekaligus orang tua bagi semua murid murid nya itu.
Setengah jam sudah mereka berjaga hingga terdengar teriakan salah satu kelompok murid yang berjaga
"Sudut kanan depan!!!"
Sesaat kemudian, tampak Siaw Jin dan Siaw Gin telah bertarung melawan lima orang penyusup berpakaian serba hitam dengan penutup wajah seperti pakaian ninja.
Baru saja Xiansu dan Losian bersama beberapa orang tiba disitu, dari arah belakang terdengar teriakan memanggil,
"Guru, tolong guru!!!"
Secepat kilat kedua kakek kembar itu melesat menuju sudut kanan bagian belakang rumah dan tampak disana lima orang yang dikeroyok tujuh murid Xiansu.
"Mundur lah," Xiansu berkata sambil menerjang ke arah pertempuran bersama Losian.
Dari samping pun terdengar panggilan panggilan darurat sehingga beberapa titik di rumah itu menjadi arena perkelahian dimana semua yang ada di sana di buat capek oleh para penyusup yang sepertinya main kucing kucingan itu.
Jika saja Siaw Jin atau Xiansu atau siapa saja mengejar para penyusup, maka habis lah rumah itu diserang para pencuri yang telah bersiap menunggu giliran mereka bekerja tiba.
Untungnya, atas usul Siaw Jin mereka tidak melakukan pengejaran karena takut akan membahayakan se isi rumah jika di tinggal.
Tak berselang lama, Rambala dan Durgha yang baru saja tiba segera menghampiri arena pertarungan Siaw Jin sambil mengerahkan sihir mereka membentak,
"Hei kalian, para penyusup sialan. Hentikan perkelahian!! Merangkak lah seperti *njin6".
Kelima orang penyusup itu tetap saja melakukan serangan serangan kepada Siaw Jin dan Siaw Gin.
Rambala heran sekali mendapatkan kenyataan bahwa sihir mereka tak berkutik dihadapan para penyusup itu.
Apakah ilmu kesaktian mereka sehebat Siaw Jin dan Xiansu hingga sihir Rambala dan Durgha seperti lenyap ditelan angin lalu saja.
Kedua suami istri itu sedikitpun tidak menyadari bahwa para penyusup itu memang sengaja di pilih cara bertarung mereka membentuk barisan kuat yang saling menyokong satu dengan lainnya.
Telinga mereka juga disumbat pakai gabus kecil yang dipersiapkan untuk menangkal sihir sepasang suami istri itu.
Memang penyerangan malam ini telah dipersiapkan jauh jauh hari oleh sekelompok besar yang di pimpin para datuk dunia persilatan yang ingin merebut tiga benda pusaka yang kini menjadi incaran seluruh dunia persilatan.
Selain itu, ada pula dendam mereka atas campur tangan Xiansu dan keluarganya menggagalkan pemberontakan yang pernah dilakukan mereka hingga menewaskan bos besar yang slama ini menjadi tempat mereka mendapatkan materi yang berlimpah.
Begitulah malam itu terjadi penyerangan secara kucing kucingan. Meski tak memakan korban jiwa dan hanya ada yang terluka saja, namun hati dan pikiran mereka dibuat capek oleh para penyusup tersebut hingga hari hampir menjelang subuh.
***~###~***