Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 35.
"Kamu sudah mendengarnya, kan? Kamu bisa pergi dari sini! Tidak ada yang menginginkan kehadiran mu!"
Galang terpukul jauh. Laura tanpa beban bahkan langsung mengusirnya.
"Tenanglah." Ardi Lim meremat pelan tangan Laura yang berada dalam genggaman. "Anak-anak melihat semuanya," bisik Ardi pada Laura. Ardi Lim juga melirik Teo yang berdiri di samping Tsania, memberikan kode, meminta pemuda itu untuk membawa Tsania beranjak dari ruang perawatan.
Dan apa yang dilakukan Ardi Lim itu dilihat jelas oleh Galang. Hingga dua pria dewasa yang sepertinya setiap pertemuan mereka akan selalu saling memberikan tatapan tajam.
"Tidak seharusnya kalian bertengkar di depan anak-anak!" kata Ardi Lim setelah Teo membawa Tsania keluar dari ruang perawatan.
"Bukan urusanmu?! Jangan mencoba ikut campur dalam masalah keluargaku?! Kamu bukan siapa-siapa!"
Ardi Lim hanya menggeleng. Ia sebenarnya geram melihat sikap Galang, jika bisa menggunakan cara laki-laki, maka Ardi Lim cukup dengan menghajar habis-habisan atau bahkan memenjarakan Galang saja. Tapi ini bukan tentang menyingkirkan seseorang. Ini tentang hubungan yang bagi Ardi Lim harus jelas muaranya.
Menurut Ardi Lim karena tidak adanya perceraian lah yang membuat Galang sampai saat ini masih bersikap semaunya. Ia bukan tidak panas saat melihat kenyataan Galang masih dengan sesuka hati mengklaim Laura sebagai istrinya.
"Selagi itu menyangkut Laura, maka kamu akan berurusan denganku!"
"Kamu sepertinya tidak mengetahui satu hal. Aku dan Laura masih berstatus suami istri. Laura adalah istriku."
"Dan aku akan pastikan merebutnya darimu!"
Merebut istri orang? Tidak masalah bagi Ardi Lim jika yang ia rebut adalah Laura. Apalagi dari pria seperti Galang. Dengan senang hati Ardi Lim akan melakukannya.
"Kamu masih merasa sebagai suami karena status itu?" Laura tersenyum remeh. Picik sekali Galang. "Aku akan mengajukan gugatan. Menyingkirlah dari kehidupanku maupun Tsania. Jangan pernah lagi muncul di hadapanku!"
Cukup jelas kata-kata Laura. Hanya satu yang ia inginkan, Galang tidak mengusik kehidupan yang sudah susah payah ia bangun kembali. Galang yang mendengar itu tentu saja tidak terima dan langsung ingin memberikan sanggahan. Tapi sayang, suara teriakan yang terdengar dari luar membuat Galang menghentikan keinginannya.
"Dasar Gadis murahan!!"
Anggita berdiri di koridor lantai VVIP. Netra merahnya menatap tajam pada Tsania dan Teo yang berdiri tidak jauh di hadapannya. Dan tatapannya langsung mengarah saat sosok pria yang ia cari kini menampakkan diri.
Galang terkejut melihat Anggita yang sudah berada di rumah sakit. "Anggi?!"
"Jadi benar...Papa berselingkuh?" pelan Anggita mengatakannya, tapi cukup bisa didengar oleh semua yang ada. Laura dan Ardi Lim juga keluar dari ruang perawatan. Anggita menatap wanita yang ia tahu adalah ibu dari Tsania itu.
"Apa yang kamu katakan Anggi? Dan kenapa kamu bisa ada di sini?!" Galang terlihat tidak terima dengan apa yang diucapkan putrinya itu.
Namun Anggita sama sekali tak memperdulikan Galang. Di dalam kepalanya penuh tentang hal; ternyata Tsania lah putri papanya yang lain, dan ibu dari gadis murahan itu adalah gundik papanya.
Tangan Anggita mengepal, bibirnya bahkan bergetar menahan kemarahan yang membara. Ternyata semua yang ia dengar di kamar ibunya adalah benar. Badai emosi seketika melingkupi gadis itu.
"Dia pasti menggoda Papa, kan?! Dasar wanita murahan! Kau pelacur yang tidak tahu diri, beraninya menghancurkan keluargaku!!" Anggita mencerca Laura. Dan masih dengan menggebu ia beralih pada Tsania. "Kau bukan putri Papaku! Kau anak haram!!"
"Anggita, hentikan ucapanmu!!" teriak Galang.
Plak!
Tamparan kuat itu memaksa wajah Anggita tertoleh ke samping. Panas menjalari pipi membuat Anggita sedikit mengeluarkan air mata.
"Berani sekali kau mengatai putriku!!" Laura menatap nyalang Anggita setelah ia dengan cepat maju lebih dulu dari Galang dan menampar keras wajah gadis itu.
"Apa yang aku katakan benar! Putrimu adalah anak haram dan kau hanya gundik yang tidak berharga!!"
Plak!
Untuk kesekian kalinya tamparan itu kembali mendarat keras pada wajah Anggita. Kali ini Galang lah yang melakukannya.
"Papa...tega...memukul...ku...?" Tangannya terangkat menyentuh pipi yang terasa pedih, dengan netra berair Anggita menatap pada ayahnya.
Galang mengepalkan tangan yang sudah ia gunakan untuk memukul sang putri. Sudah sebesar ini Anggita, Galang sama sekali tidak pernah mengangkat tangan pada anaknya itu.
"Jangan mengatakan hal itu lagi. Tsania adalah kakakmu! Dia saudara mu!"
"Bulshittt!" Anggita bahkan berdecih. "Dia bukan saudaraku!! Tidak akan aku biarkan Gadis murahan itu merebut orang-orang yang aku cintai!!"
Teo, Galang. Tidak akan Anggita biarkan Tsania bisa memiliki mereka semua dan menghancurkan keluarganya. Gadis itu maju, ia ingin mendekat pada Tsania dan memberikan pelajaran pada Tsania.
Tapi Galang sudah lebih dulu menahannya, dan tubuh Tsania juga sudah dibentengi oleh Teo.
"Kurang ajar!! Lepas!!" Jerit Anggita seraya terisak bercampur berontak.
Fakta yang ada serta apa yang kini bisa ia lihat memukul kuat kewarasannya. Teo yang melindungi Tsania dan ayahnya yang menghalangi dirinya.
"Hentikan. Papa mohon hentikan!"
Anggita tetap kuat ingin meraih Tsania. Ia ingin melenyapkan gadis itu agar duri-duri yang rasanya kini menikam hatinya sirna.
"Papa bilang hentikan!!"
Galang menahan kuat Anggita, menariknya menjauh dari Tsania hingga gadis itu tertarik mundur dan luruh terduduk di atas lantai. Galang terlalu kuat melakukannya, ia mendekat dan ingin meraih putrinya itu kembali. Namun Anggita menepis tangannya dengan kasar.
Netra basah gadis itu menatap tajam sang ayah. Bagaikan mimpi buruk semuanya berubah dalam sekejap.
"Anggi!!"
Anggita menangis. Gadis itu bahkan langsung tersedu saat ibunya berlari, ikut luruh dan langsung memeluknya. Sekar memeluk erat sang putri. Tubuhnya juga bergetar karena tangis.
Rasa sakit itu semakin menyengat, dada keduanya jelas terasa sesak. Keduanya seakan terjebak pada kotak kesedihan dan kemarahan.
Sedangkan Galang, pria itu terpaku melihat anak dan istrinya yang terduduk seraya menumpahkan tangis. Kakinya terasa berat untuk digerakkan. Tak dapat melangkah ketika melihat itu semua.
Bahkan sampai Sekar berdiri perlahan dan membawa Anggita menjauh dari sana. Galang tetap diam mematung. Laura dan Tsania juga sudah lebih dulu dibawa menjauh oleh Ardi Lim dan Teo.
Di koridor lantai VVIP yang megah namun sepi itu lah Galang terikat sunyi. Hening merayapi setiap inci raganya, napasnya dipenuhi dengan rasa bersalah dan penyesalan. Semua terluka karena kebodohannya.
***
Tinggalkan komentar kalian tentang bab ini🥺🥺
Karena aku nulis chapter ini😭😭
Jngn terpancing idg segala cara yg dilakukan Anggita si blis wanita itu... 😕