Terlahir dari keluarga mata biru, namun nasib Aksara berbeda dari anggota keluarga lainya. Pada saat Aksara di lahirkan, ia tidak mewarisi mata biru dari kedua orang tuanya, melainkan ia terlahir dengan mewarisi mata ungu dari kakek buyutnya yang sudah lama tiada.
Aksara hanya mewarisi satu mata ungu di sebelah kirinya, begitu juga dengan kakek buyutnya yang hanya memiliki satu mata ungu di sebelah kanannya, dan mata di sebelah kirinya berwarna biru.
Dan kemudian di sebelah kanannya, Aksara memiliki mata sama persis seperti mata elang dengan warna yang lebih terang dan menyala-nyala.
Keluarga mata biru merupakan golongan keluarga bangsawan yang paling di segani di seluruh wilayah Republik. Keluarga mata biru merupakan keluarga terkuat saat ini, di tambah lagi dengan keahlian khusus mereka, hal itu yang membuat nama keluarga mata biru sangat ditakuti oleh keluarga besar yang lainya.
Setelah tumbuh menjadi pria kuat, Aksara meninggalkan anggota keluargnya dan memilih hidup sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Sad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 : Kenangan Di Masa Lalu
"Tunggu tuan! mengapa anda memberikan dia kepada saya? apakah anda tidak menginginkannya sama sekali?", tanya nyonya Shopia penasaran. Beliau ingin mengetahui alasan pengawal pribadi tuan Raga memberikan hewan magic tingkat tinggi itu kepada dirinya.
Aksara mengabaikan pertanyaan dari nyonya Shopia, dia lebih memilih pergi dari pada harus menjawab pertanyan-pertanyaan yang tidak penting dari nyonya Shopia.
Nyonya Shopia terlihat kesal, namun kekesalannya itu tidak luput dari rasa penasaran akan mengetahui sosok asli pengawal pribadi tuan Raga itu.
Hanya dia yang berani menentang, mengabaikan, bersikap secara tidak hormat kepada nyonya Shopia, sang nyonya dari keluarga bangsawan.
"Wow, sungguh di luar dugaan! sang nyonya besar dari keluarga bangsawan diperlakukan seperti itu oleh seorang pengawal. Apakah anda tidak marah nyonya," canda tuan Teja seraya memberikan reaksi kagum kepada pengawal tuan Raga itu.
"Diam tuan! hari ini hati saya sedang kacau," ucap nyonya Shopia singkat. Lalu setelah itu beliau pun pergi meninggalkan tuan Teja bersama dengan hewan-hewan magicnya di sana.
"Huuu ... ," Hema bergumam tipis seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Baru kali ini Hema melihat ada seseorang yang bisa membuat nyonya Shopia kesal. Namun, Hema juga takut, jika seandainya kekesalan tuannya itu tak kunjung menghilang, dia tidak akan mampu menahan nyonya Shopia meluapkan semua emosinya kepada orang-orang yang berani menentangnya di sana.
Hema hanya bisa terdiam, dia lebih memilih mengikuti nyonya Shopia saja ketimbang harus memilih melanjutkan pertarungannya bersama dengan Alaska. Lagipula sekarang, mereka berdua sudah memiliki hubungan kontrak dengan tuan yang sama, jadi mau tak mau Hema harus bekerja sama dengan Alaska.
Sementara itu, tuan Teja merasakan ada beberapa hal yang mengganjal di hatinya. Dan ternyata memang benar, apa yang dia khawatirkan itu benar-benar terjadi, dengan lancangnya Nyonya Shopia menghampiri tuan Raga yang sedang berkelahi bersama pemimpin dari pihak musuh.
Lantas, tuan Teja pun berlari ke arah nyonya Shopia, namun entah kenapa pada saat itu sikap nyonya Shopia begitu keras kepala sekali. Dia tidak mau mengikuti perintah dari dirinya, hingga pada akhirnya mereka berdua beradu argumentasi di sana.
Hewan-hewan magic nyonya Shopia dibuat bingung, mereka tidak tahu harus berbuat apa, sementara tuan Teja adalah rekan nyonya Shopia. Tapi, jika mereka tidak melerai perdebatan kedua orang hebat itu, maka dampaknya akan sangat besar, dan bisa jadi mereka berdua akan berkelahi di sana.
....
"Hentikan langkah anda nyonya! anda tidak perlu berbuat sampai sejauh ini. Jika, anda mengganggu tuan Raga, yang saya takutkan tuan Raga akan sangat marah kepada anda, lagipula ini hanya masalah sepele! jadi lupakanlah," ucap tuan Teja mencoba menahan niat nyonya Shopia.
"Jangan ikut campur tuan!", ucap nyonya Shopia sinis sekali.
"Kalau sudah seperti ini, maka tidak ada cara lain lagi selain menahan nyonya Shopia menggunakan cara saya sendiri," ucap tuan Teja dalam hati.
Tuan Teja sudah mempersiapkan kuda-kudanya, dia merasa nyonya Shopia merasa terganggu dengan kehadirannya di sana yang mencoba menahan niat nyonya Shopia untuk mengganggu perkelahian tuan Raga.
Nyonya Shopia menyadari pergerakan yang tuan Teja berikan kepadanya. Lantas beliau pun memasang kuda-kuda yang sama, dan perkelahian antara tuan teja bersama dengan nyonya Shopia pun di mulai.
Benturan energi yang di hasilkan dari pertarungan mereka begitu dasyat, sehingga tanah pun ikut bergetar seolah-olah di sana sedang terjadi gempa bumi.
Sebenarnya energi yang mereka hasilkan itu bisa dibilang cukup ramah, dikarenakan mereka bertarung tanpa melibatkan perasaan buruknya, ataupun melibatkan dendam pribadi mereka.
Di sana mereka hanya bertarung kecil-kecilan saja, tidak seserius seperti kelihatannya, namun hewan-hewan magic milik nyonya Shopia menganggapnya serius.
Hema dan teman-temannya menganga ketika melihat kedua orang hebat itu benar-benar berkelahi di hadapan mereka secara langsung.
Disuatu sisi Hema ingin sekali membantu nyonya Shopia, tapi di sisi lain dia juga sudah mengetahui hal yang akan terjadi kepadanya jika seandainya dia membantu nyonya Shopia melawan tuan Teja di sana.
Hema bukan takut kepada tuan Teja, melainkan dia hanya takut membuat nyonya Shopia menganggap dirinya sebagai hewan pembangkang. Nyonya Shopia pasti akan menahan dan melarang Hema jika Hema memberikan perlawanan kepada tuan Teja.
"Huuu ... ," Hema bergumam kembali seraya memperlihatkan wajah pasrahnya itu kepada semua rekannya.
Ketika rekan-rekan sebayanya melihat Hema terdiam seperti itu, lantas mereka pun mulai menurunkan jari diri mereka untuk menghormati Hema sebagai pemimpin sahnya di sana.
Sejujurnya mereka semua tidak bisa melihat pemandangan yang disuguhkan kali ini. Jika mereka membiarkan tuannya begitu saja, rasanya hampir sama seperti mereka mencabik-cabik tubuh mereka sendiri.
Di sisi lain mereka tidak ingin mendahului Hema karena mau bagaimanapun komando tetap ada pada diri Hema, jika mereka membantah perintah dari Hema, maka Hema sendiri yang akan menghentikan mereka di sana.
Red, si serigala yang menjadi pemimpin kedua mencoba berinteraksi dengan Hema, namun kala itu Red melihat adanya keraguan di dalam diri Hema, jadi dia pun langsung mengundurkan niatnya itu dan lebih memilih menunggu arahan dari Hema saja.
Red menggelengkan kepalanya ke arah rekan-rekan serigalanya. Mereka menyadari bahwa itu adalah sebuah kode perintah yang harus mereka patuhi saat ini.
Rekan-rekan sebayanya tidak melihat adanya pergerakan yang diberikan oleh Hema. Mereka hanya bisa menunggu dan terus menunggu hingga pada akhirnya mereka mulai merasa bosan.
Mungkin mereka merupakan jenis hewan yang berbeda dari kebanyakan hewan normal pada umumnya, akan tetapi sebenarnya sikap mereka tidak jauh berbeda dengan hewan-hewan normal pada umumnya.
Mereka mengisi waktu senggangnya itu dengan sebuah candaan, bahkan diantara mereka ada yang memilih tertidur pulas juga. Bila di lihat dari dekat tingkah laku mereka sangat lucu sekali, rasanya sikap yang mereka tunjukkan itu tidak terlihat seperti hewan buas pada umumnya.
Mereka sudah menunggu terlalu lama, mau di lihat dari segi mana pun kekuatan kedua orang itu tetap sama. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka hanya bisa menunggu sampai mereka melihat adanya satu pukulan yang berhasil mengenai anggota tubuh kedua orang hebat itu.
"Entah saya yang lemah atau anda yang terlalu kuat tuan, tapi jika boleh jujur kemampuan anda semakin bertambah kuat saja," ucap nyonya Shopia sambil menghentikan serangnya.
"Anda terlalu memuji saya nyonya, padahal dari dulu kita memang seperti ini, bertengkar tanpa henti bagaikan anjing dan kucing."
"Rasanya pertarungan kali ini cukup menguras tenaga juga ya? dan sepertinya pertarungan ini juga mengingatkan saya akan sesuatu hal," ucap tuan Teja sembari tersenyum tipis kepada nyonya Shopia.
"Haha, rasanya seperti kembali ke masalalu ya, tuan? entah berapa lama kita hidup di dunia sampai mana kita dibuat lupa, bahwa sebenarnya kita sudah memiliki seorang anak dan seorang cucu."
"Ya, bahkan rambut kita sudah mulai beruban."
Setelah pertarungan itu, mereka berdua pun mengakhirinya dengan canda tawa, hingga mana sikap yang mereka berikan benar-benar membuat hewan-hewan magic milik nyonya Shopia kebingungan, sampai-sampai mereka semua dibuat kecewa oleh hasil akhirnya.