Dialah Azzura. Wanita yang gagal dalam pernikahannya. Dia ditalak setelah kata sah yang diucapkan oleh para saksi. Wanita yang menyandang status istri belum genap satu menit saja. Bahkan, harus kehilangan nyawa sang ayah karena tuduhan kejam yang suaminya lontarkan.
Namun, dia tidak pernah bersedia untuk menyerah. Kegagalan itu ia jadikan sebagai senjata terbesar untuk bangkit agar bisa membalaskan rasa sakit hatinya pada orang-orang yang sudah menyakiti dia.
Bagaimana kisah Azzura selanjutnya? Akankah mantan suami akan menyesali kata talak yang telah ia ucap? Mungkinkah Azzura mampu membalas rasa sakitnya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Bab 26
"Zura. Aku ingin menyerahkan ini sebagai tanda permintaan maaf ku padamu. Aku telah salah menilai mu waktu itu."
Angga berucap dengan suara rendah. Tak lupa, tangannya menyerahkan sebuah kartu ATM berwarna gold yang sama persis dengan yang telah ia serahkan sebelumnya pada Zura.
Mata Zura melirik kartu tersebut. Hatinya yang kesal bertambah kesal lagi sekarang.
"Apa maksudnya ini?"
Satu pertanyaan Zura layangkan. Namun, belum sempat Angga menjawab, Zura malah tertawa lepas. Tawa yang tentunya bukan tawa bahagia sedikitpun.
"Tuan muda Hardian. Kamu pikir aku wanita apaan? Kamu berikan aku kartu ATM sebagai tanda permintaan maaf? Memangnya aku butuh uangmu, hah?"
"Bukan gitu maksud aku. Aku -- "
"Dengar baik-baik, tuan muda Hardian! Aku tidak butuh permintaan maaf darimu. Apalagi uang darimu. Bahkan, jika aku butuh uang sekalipun, aku tidak akan pernah mengambil uang dari kamu walau hanya sepeser pun. Ingat itu baik-baik! Aku lebih suka jadi pengemis di jalan dari pada menerima uang dari orang seperti kamu, Anggara. Camkan itu dalam benakmu!"
Angga langsung terpancing emosi karena ucapan Zura barusan. Mendadak saja, rasa kesalnya muncul walau dia sudah mewanti-wanti hati supaya tetap merendahkan diri di depan Zura.
"Jangan munafik, Azzura. Kamu bilang tidak ingin menggambil uang dariku. Tapi seratus juta yang aku kirimkan padamu setelah kita berpisah habis tak tersisa sedikitpun. Ulah apa itu sebenarnya?"
Langsung membulat mata Zura mendengarkan apa yang Angga katakan barusan. Amarahnya yang sudah susah payah ia tahan langsung meledak bak gunung api yang meletus.
"Tuan muda Hardian! Apa pikiranmu sudah rusak akibat di makan tikus? Dengar dan ingat baik-baik sekali lagi! Aku tidak pernah memakan uangmu walau hanya sedikit saja. Dan aku tidak akan pernah sudi menerima uang dari pria bajingan seperti kamu!"
"Buka pintu mobilnya sekarang juga! Jangan buat aku merusaknya, Anggara!"
Kemarahan Zura sudah mencapai ubun-ubun sekarang. Angga yang melihat hal tersebut sedikit tersentak. Gadis lemah lembut yang dulu ia kenal telah hilang. Meskipun dulu dia tidak pernah melirik Zura, tapi kakeknya selalu saja mencari cara untuk mendekatkan mereka. Karenanya, dia cukup tahu gadis itu seperti apa. Sayang, saat itu, dia malah mengabaikan wanita tersebut. Setelah berubah seratus delapan puluh derajat, dia malah baru menginginkannya.
"A-- Azzura."
"Jangan buat aku semakin kehilangan kendali, Anggara! Buka pintunya sekarang juga."
"Ba-- baiklah."
Entah mengapa, dia malah menjadi gugup saat ini. Tujuan utamanya malah ia lupakan. Pintu ia buka, Zura langsung keluar dari mobil tersebut dengan wajah yang memerah karena sedang sangat kesal.
Dua asisten yang sedang menunggu itupun langsung berpencar untuk menghampiri majikan mereka masing-masing.
"Mbak. Apa mbak baik-baik saja?"
"Gak papa. Ayo pergi sekarang, Lula."
"Baik, mbak."
Sementara itu, Adya langsung masuk ke dalam mobil. Dia juga sedang sangat cemas dengan keadaan tuan mudanya saat ini.
"Tuan muda. Bagaimana? Apa semua berjalan sesuai harapan?"
Angga yang sedang memejamkan mata dengan posisi bersandar di tempat duduk mobil langsung membukakan matanya. Namum, posisi duduknya tidak ia ubah sedikitpun.
"Tidak, Adya. Aku mengacaukan semuanya. Aku merusak segalanya." Angga berucap dengan nada sedih dan putus asa.
Adya hanya bisa menatap prihatin pada tuan mudanya. "Tenang, tuan muda. Kita pasti punya jalan untuk memperbaiki semuanya nanti."
Angga langsung membenarkan posisi duduknya. "Apakah aku masih punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang telah aku perbuat, Adya?"
"Tentu saja, tuan muda. Percayalah. Dengan usaha yang keras, dan juga dengan ketulusan yang tinggi, tidak ada yang tidak mungkin bagi tuan muda untuk memperbaiki kesalahan yang telah tuan muda perbuat."
Angga terdiam sesaat. Lalu, dia pun mengeluarkan ucapan kembali. "Apa aku juga punya kesempatan untuk mengejarnya, Adya?"
Sontak, tatapan lekat langsung Adya berikan.
"Me-- mengejarnya, tuan muda? Mak-- maksud tuan muda bagaimana?"
"Aku ingin mengejar Zura lagi, Adya. Aku ingin memilikinya kembali."
Adya langsung melongo sesaat. Tapi, dia sadar akan apa yang saat ini sedang terjadi. Sudah dia duga sebelumnya kalau tuan mudanya telah jatuh hati pada wanita yang telah ia sia-siakan. Wanita yang seharusnya sudah ia miliki di masa lalu. Tapi malah ia buang begitu saja. Sekarang, setelah semua terjadi, wanita itu malah ia harapkan. Ia kejar kembali. Ingin ia miliki. Sungguh membingungkan hidup ini, bukan?
"Adya."
"Ya, tuan muda."
"Apa yang sedang kamu pikirkan sekarang? Apa kamu berpikir jika aku dan dia tidak akan pernah punya kesempatan untuk bersama? Bukankah kamu yang bilang kalau usaha yang keras dan tulus itu akan berhasil?"
"Ya ... betul, tuan muda. Tapi, jika ingin bersama. Tuan muda harus menanggung resiko yang besar. Resiko hati terluka dalam mengejar kembali. Mengejar hati yang telah tersakiti tidak sama dengan mengejar hati yang baik-baik saja, tuan muda. Resiko dari mengejar hati yang tersakiti sangat besar. Butuh kesabaran sekuat baja untuk melakukannya. Tidak boleh marah dan pantang mengeluh."
"Aku paham. Dan aku sudah memutuskan untuk mengambil resiko apapun. Aku akan mengejarnya kembali sesulit apapun itu jalan yang akan aku tempuh. Aku akan tetap berusaha," ucap Angga dengan penuh keyakinan.
Angga hanya memberikan anggukan pelan saja. Jujur, hatinya kini merasa sangat takut. Angga mungkin tidak akan kuat. Dan, dia tidak ingin kalau Angga akan terluka parah hatinya. Lalu, usahanya juga akan sia-sia. Bagaimanapun, kesalahan yang sudah Angga perbuat di masa lalu sangat besar. Kata maaf saja sulit untuk ia dapatkan. Lalu bagaimana dengan cara untuk mengejar agar bisa memiliki. Hal itu terdengar sangat tidak mungkin. Tapi Adya tidak mungkin menghancurkan harapan Angga secara terang-terangan. Bagaimanapun, tuan mudanya memang butuh semangat dan tujuan untuk hidup.
"Tuan muda."
"Hm."
"Itu, anu. Jika tuan muda berniat mengejar mantan istri. Lalu bagaimana dengan ... nona Tania? Bukankah dia .... "
"Kamu akan tahu apa yang akan terjadi dengan Tania nantinya, Adya. Sekarang, jangan bahas soal wanita itu. Aku merasa sangat tidak nyaman."
"Baik, tuan muda."
"Oh ya, aku punya tugas untukmu.
"Tugas apa, tuan muda?"
"Selidiki saksi yang Tania bawa saat ingin meyakinkan padaku kalau dialah yang menyelamat kakek. Aku ingin saksi itu sekarang."
"Maksudnya, tuan muda merasa ada yang janggal dengan saksi itu?"
Angga langsung mengatakan tentang bukti baru prihal penyelamat kakeknya. Dia kini meyakini kalau Tania telah berbohong. Yang telah menyelamatkan kakeknya memanglah Zura.
"Tuan muda. Jadi .... "
"Ya. Tania telah berbohong padaku selama ini. Bukan dia yang menyelamatkan kakekku. Melainkan, Azzura. Wanita yang telah aku sakiti hatinya karena aku pikir dia telah berbohong. Pantas saja kakek selalu datang ke dalam mimpiku setelah kejadian itu."
"Tuan muda tenang saja. Semua akan saya selidiki dengan sangat baik. Kebohongan yang telah ia lakukan akan terbongkar tak lama lagi."