21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 03 dia berbohong
Pagi-pagi sekali caera sudah bangun. Menyiapkan sarapan pagi dan kebutuhan suami dan anaknya hari ini. Dia mencoba untuk lebih memperhatikan kebutuhan Arya.
Ia sibuk Memasak sarapan pagi. Soal memasak ia mengurusnya sendiri walaupun ada bik sari pembantunya.
"Bik, ini sudah selesai. Bibik siapkan di meja ya. Saya mau lihat Gino dulu"
"Iya nyonya"
caera menyerahkan pekerjaaan dapur pada bik sari setelah selesai memasak. Ia segera menuju kamar Gino. Bocah itu memang sulit bangun pagi. Gino selalu bilang kalau bantal dan gulingnya lebih hangat dari pada susu yang ia minum setiap pagi.
caera tersenyum memandang anak tersayangnya. Gino masih tidur dengan pulasnya. Caera duduk disisi tempat tidur. Dan menowel-nowel pipi Gino.
"Sayang.. ayo bangun"
Caera tersenyum melihat Gino menggeliat karna merasa terganggu.
"Gino.. ayo bangun sayang"
Caera masih mengguncang halus tubuh kecil Gino.
Bocah itu membuka matanya
"Mama, Gino masih ngantuk"
Gino makin meringkuk dan menarik selimutnya lebih tinggi
"Bangun dong. Mama sudah buat sarapan kesukaan Gino tuh. Ayo bangun sayang"
Caera terus saja menjahili Gino. Dengan malas Gino bangun dan duduk menatap mamanya dengan mata mengerjap malas khas bangun tidur
" Ma, papa sudah bangun?"
"Pastinya sudah bangun. Kan papa mau berangkat kerja."
Gino mengerjap senang. Rasa kantuk serasa hilang. Ia menyibakkan selimutnya cepat-cepat dan beranjak dari tempat tidur terburu-buru.
"Eh Gino.. kenapa?"
"Gino mau tanya sama papa ma"
Gino berlari keluar kamar. Caera hanya geleng-geleng kepala dan mengikuti Gino yang lebih dulu berlari menuju kamar papanya.
tidak tau apa yang ingin ditanyakan Gino pada Arya. ia menyusul Gino ke kamarnya. ia berhenti di dekat pintu, mendengarkan pembicaraan ayah dan anak itu.
"papa, kenapa papa lupa sih?"
terdengar suara Gino jengkel.
"maaf Gino. papa banyak kerja. nanti papa kirimkan ya"
"ih papa selalu begitu. Gino kira pagi ini pasti dapat hadiah dari papa. tapi papa bohong lagi"
"papa gak bohong Gino. nanti papa kirim hadiahnya. atau Gino mau tunggu papa pulang kerja saja? sekalian papa yang bawa hadiah Gino? gimana?"
Arya mencoba membujuk Gino
" nanti papa bohong lagi! Gino gak mau!"
suara Gino mulai meninggi. sepertinya dia mau menangis.
"jangan nangis dong jagoan papa. papa janji nanti bawa hadiah untuk Gino"
"gak mau!!"
Gino tetap merengut marah dan mulai menangis.
caera tidak bisa membiarkan Gino nangis. ia masuk ke kamar. Arya berjongkok di depan Gino yang duduk di sisi tempat tidur. caera ikut duduk di sisi Gino dan mengelus kepala anak lelaki yang hatinya sedang jengkel itu.
"sayang.. papa bukan berbohong. tapi papa lupa kemarin bawa hadiah Gino. hadiahnya ketinggalan di kantor papa. ya kan pa?"
caera memandang Arya. mata mereka saling menatap. caera memberi isyarat agar Arya mengiyakan omongannya.
"iya sayang. Mama bener. hadiah Gino ketinggalan di kantor"
Arya menggenggam jemari mungil Gino. hati caera menghangat melihat itu. Arya terlihat manis seperti itu.
"papa jangan bohong lagi ya?"
air mata Gino mengalir deras. caera tau betapa kecewa Gino. memimpikan hadiah ulang tahun dari papanya itu sungguh suatu yang menyenangkan. tapi sayang Arya tidak menepati janji.
"iya papa janji. kali ini Gino pasti dapat hadiahnya"
"ya udah. sekarang Gino mandi dulu ya. anak ganteng masak pagi-pagi udah nangis. belum mandi lagi"
caera menggoda Gino.
"iya ma"
Gino menurut. ia beranjak pergi walau masih ada sisa tangisan di wajahnya.
setelah Gino kembali ke kamarnya, caera menatap Arya. ia sangat ingin berbicara dengan suaminya ini. Arya mematut dirinya di depan cermin. caera mendekati dan menolong memakaikan dasi pada Arya.
"mas aku mau bicara sama kamu"
"hmm.. ada apa Ra?"
caera masih diam. ia masih memakaikan dasi. Arya menunggu.
"mas. kamu semalam dari mana? kenapa kamu mabuk?"
kini Arya yang diam.
"sudah selesai"
caera menyudahi mengikat dasi. ia masih menunggu jawaban Arya.
Arya menatapnya. menghembuskan nafas dan duduk di ranjang.
"sini"
Arya menepuk tempat di sampingnya. menyuruh caera duduk bersamanya. caera menurut dan duduk di samping Arya.
"Ra. aku semalam minum. ada masalah di kantor. maaf kalau aku pulang telat"
" tapi kenapa kamu mesti lupa ulang tahun Gino mas? kamu tau tidak Gino sampai tidak mau makan hanya karna nungguin kamu."
"aku ingat Ra. tapi masalah kantor lebih penting"
"iya mas aku ngerti. setidaknya kamu bisa hubungi aku kalau kamu tidak bisa pulang"
"kemarin sangat repot Ra. meeting mendadak. dan aku tidak mau di ganggu. jadi aku matikan ponsel ku. maaf aku lupa ngabarin kamu"
caera menarik nafas panjang dan menghempaskannya. kemarin ia menghubungi kantor Arya. mereka bilang Arya sudah keluar dari jam sebelas siang. Arya berbohong. hati caera sakit. kenapa Arya harus berbohong padanya.
"jadi kemarin kamu rapat di kantor mas?"
"iya sayang"
"sampai malam?"
"iya sayang"
hati caera seperti di tumbuk Godam besar. Arya masih tak mau mengaku.
"kenapa sih Ra, kamu gak percaya sama aku?"
caera menunduk. ingin ia mencecar Arya. ingin ia marah mengatakan kalau Arya berbohong. kalau ia melihat Arya di mall. ingin rasanya ia berteriak kalau Arya berubah.
"Ra, kamu gak percaya sama aku?"
kembali Arya bertanya.
caera masih menunduk. jemari kakinya bertaut. ia gelisah menahan diri untuk tidak mencecar Arya.
"kamu berubah mas"
katanya lirih. air mata sudah menggenang di matanya. caera tak sanggup menahan sedih. Arya menggenggam tangan caera.
"sayang, aku berubah bagaimana? aku cuma sibuk Ra. ada masalah di kantor"
caera terisak halus. Arya memeluk istrinya yang sedang melow itu.
"tolong mengerti Ra. aku tidak berubah. aku cinta kamu Ra"
caera membalas memeluk suaminya. ia takut kehilangan Arya. ia mencintai suaminya. caera hanya takut Arya meninggalkannya.
"aku juga cinta kamu mas"
"Ra"
caera mendongak menatap Arya.
"aku lapar"
Astaga... aku lagi sedih mas! bisa-bisanya kamu...
Arya tersenyum lebar. lucu melihat caera yang membulatkan matanya dan memukul dadanya.
"hahaaaa"
Arya malah tertawa.
"jangan sedih lagi Ra. aku gak suka kamu nangis"
Arya menghapus air mata caera. hati caera menghangat. ia sungguh rindu Arya memperlakukannya dengan manis seperti dulu.
"sarapan yuk"
ajak Arya. caera menurut. semoga selanjutnya akan baik- baik saja. mereka melangkah keluar kamar. menghampiri Gino yang sudah selesai mandi di kamarnya.
pagi ini hati caera kembali bahagia. ia membuang rasa curiga yang sempat tumbuh di hatinya karna sempat melihat Arya di mall kemarin sore. mungkin ia salah lihat orang. atau mungkin saja orang di kantor Arya tidak tau kalau Arya masih di kantor. biarlah caera buang semua rasa curiga itu. Arya hanya benar- benar sibuk di kantor.
suasana hangat ini sudah lama hilang. sarapan bersama satu meja, menjadi keluarga utuh yang bahagia. Arya terlihat seperti ayah yang paling menyayangi keluarganya pagi ini.
dengan semangat Gino melahap sarapan paginya. mengoceh ini itu menginginkan hadiah dari papanya. selalu meminta papanya untuk tidak mengingkari janji lagi.
berkali-kali caera mengingatkan Gino untuk tidak bicara saat makan. tapi Gino tetap semangat bertanya banyak pada Arya. Arya hanya tersenyum melihat kelucuan Gino.
di dalam hati caera berdoa, semoga Arya akan selalu seperti ini. tidak akan pernah berubah. tetap mencintainya dalam keadaan apapun.
semoga saja.