Aku Richie, pria jomblo tampan, kaya raya yang tak mau menikah. Ayah ku memaksa aku menikahi Alya, gadis cantik yang sabar, tegar dan keras hati.
Entah sejak kapan Alya mencintai ku aku tak tahu. Aku sangat membenci nya, Aku ingin ia hidup tersiksa bersama ku.
Ku pikir, menghadirkan Farah, sebagai kekasih bayaran untuk merusak rumah tangga ku akan membuat ia pergi dan minta cerai dari ku.
Tapi Aku salah. Aku justru terperangkap oleh drama yang ku buat sendiri.
Kehadiran Mario yang sangat tergila-gila pada istri ku membuat hati ku tak rela melepaskan Alya.
Benih-benih cinta yg mulai tumbuh di hati ku, justru membuat aku menderita.
Aku tak yakin, Alya sanggup bertahan dari godaan Mario.
Haruskah ku biarkan cinta Alya direbut oleh Mario yang berpredikat play boy?
CUSSSS,, BACA NOVEL NYA !!!
Jangan lupa, pantau juga karya ku yang lain y 🤗
SUBSCRIBE, LIKE, KOMEN,VOTE ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Jika kamu suka y 🤗
Bantu support with GIFT Biar Author tetap semangat ❤️❤️❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ALYA
Seminggu kemudian.
"Hmm... Dia datang!"gumam ku pelan.
Aku menatap Alya dari kejauhan. Mata ku tak berkedip memandang sosok perempuan cantik yang datang bersama kedua orang tua nya memasuki rumah dan duduk di ruang tamu bersama ayah ku.
"Dia sangat cantik !" batin ku berkata jujur.
( VISUAL ALYA.....🥰 )
Aku memuji kecantikan paras nya yang memang jarang ku temui dari banyak perempuan yang ku lihat di luar sana.
Dia sangat anggun dan lembut. Rambut nya yang panjang terurai dan kulit nya yang putih bersinar pasti akan membuat semua mata orang yang memandang nya akan terpukau kagum dengan kecantikan nya.
Sepasang bola mata nya yang lebar kecoklatan, dengan bulu mata yang lentik mengingatkan ku pada boneka barbie.
Aneh nya, Senyum nya tampak kaku dan tatapan nya terlihat hampa. Raut wajah nya tampak tertekan dan penuh beban.
"Richie, kemari lah. Kenal kan, ini sahabat ayah Om Haekal dan istri nya Tante Rana. Dan ini Alya, putri beliau." teriak Ayah memanggil ku.
Ayah melambaikan tangan nya menyuruh ku untuk mendekat dan memperkenalkan mereka pada ku.
Aku mengangguk dan menyalami kedua orang tua Alya dengan hormat.
Spesial untuk Alya, aku hanya menyentuh sedikit ujung jemari nya. Aku tak ingin tersentuh kulit nya yang terasa asing mengenai kulit ku. Tatapan mataku menghujam tajam ke arah nya yang tampak diam dengan perlakuan ku.
Dia seperti patung arca, tanpa ekspresi. Tak ada senyuman di wajah nya. Apalagi tegur sapa. Bibir nya tertutup rapat. Seperti orang bisu.
"Richie, Ajak lah Alya jalan-jalan keliling rumah kita." kata Ayah mengejutkan ku.
Ayah menyentuh pundak ku pelan dan mengedipkan mata nya.
Aku menarik nafas berat dan mengangguk patuh.
"Ya ayah!" sahut ku singkat.
Aku mengerti apa maksud perkataan ayah. Beliau menyuruh ku mengakrabkan diri dengan patung hidup itu.
"Alya, ayo!" ajak ku canggung.
Alya berdiri dengan kikuk. Ia mengikuti langkah ku setelah kami berpamitan pada ayah dan kedua orang tua nya.
Sepanjang jalan menyusuri taman di halaman belakang rumah ku, kami berdua hanya diam tak bersuara. Tak ada kata, ataupun kalimat yang terucap.
Langkah kaki ku yang lebar dan cepat, sering kali meninggalkan nya yang tampak santai berjalan di belakang ku. Ia seakan tak peduli meski kadang tertinggal cukup jauh.
Sesekali aku menghentikan langkah ku untuk menunggu nya agar jarak kami tidak terlalu jauh.
"Bisa kah kau berjalan sedikit cepat?" hardik ku dongkol.
Aku mulai merasa jengkel karna merasa di abai kan.
Tak ada jawaban yang ku dengar. Aku membalikkan tubuh ku menatap nya yang tampak kaget melihat kemarahan di wajah ku.
"Aku bukan patung seperti kau. Setidak nya, bicara lah agar aku tak menganggap mu bisu." ucap ku marah.
Aku sangat kesal melihat ekspresi wajah tanpa dosa nya.
Alya tertegun mendengar ucapan ku. Ia menundukkan wajah nya dalam.
"Maaf!" jawab nya.
Satu kata singkat terdengar pelan keluar dari bibir nya.
Darah ku berdesir. Ternyata ia tidak bisu. Suaranya terdengar sangat merdu dan lembut, membuat ku makin penasaran. Seperti apa sebenar nya perempuan yang di jodoh kan ayah untuk ku.
"Apa kau sudah tahu tentang perjodohan kita?" tanya ku penuh selidik.
Tanpa basi basi, aku langsung bertanya pada nya. Menurut ku, sangat membosankan bicara dengan patung yang sulit untuk di ajak bicara. Lebih baik to the point saja.
Alya mengangguk pelan pertanda ia telah mengetahui segala nya jauh sebelum ayah memberitahu ku.
Ku hembuskan nafas panjang dan dalam. Dada ku terasa sesak dan berat. Sulit bagi ku untuk menerima perjodohan ini. Alya tak menarik sama sekali di mata ku. Ia bagai patung manekin yang di beri nyawa. Bersuara jika di tanya.
"Apa kau setuju menikah dengan ku?" tanya ku penasaran.
Aku sangat penasaran dengan jawaban nya.
Kuharap ia menjawab tidak, agar aku merasa tak sendirian. Tapi harapan ku pupus saat Alya mengangguk kan kepala nya tanpa berani mengangkat kepalanya untuk sekedar memperlihatkan ekspresi wajah nya.
Batin ku berguncang, tak satu pun yang memihak ku untuk membatalkan perjodohan itu. Semua orang seakan bersekongkol untuk menjerat ku dalam pernikahan tanpa cinta.
Seketika aku membenci Alya. Mengapa ia tidak menolak perjodohan kami berdua. Bukan kah kami belum saling mengenal ? Kami belum pernah bertatap muka. Apalagi saling cinta.
"Katakan, mengapa kau menerima perjodohan kita begitu saja?" tanya ku mendelikkan mataku pada nya.
Aku sangat marah dan geram pada nya.
Andai saja ia bilang tidak setuju, aku pun akan bersikeras melawan keinginan ayah agar perjodohan itu di batalkan.
"Karna, aku lah yang meminta untuk di jodoh kan dengan mu." jawab nya dengan suara bergetar.
Perempuan itu mengangkat kepalanya pelan dan memandangku nanar.
Aku tercekat, kaget. Lidah ku terasa kelu dan kaku.
"Aku mencintai mu Richie!" ucap nya lagi dengan tatapan aneh kurasakan.
Blamm...!
Dada ku bagai di hantam bongkahan batu besar.
Kata-kata Alya teramat mengejutkan ku.
"Itu konyol dan aneh! Kau seperti wanita murahan yang tak punya harga diri. Mudah sekali kau mengatakan cinta padaku. Kita baru kenal beberapa menit yang lalu. Apa kau waras?!" bentak ku langsung emosi.
Aku meremehkan perkataan nya yang terdengar seperti lantunan syair lagu yang sengaja ia dendangkan untuk menggoda perasaan ku.
Sebuah senyuman sinis terukir di sela bibir Alya dari balik sikap nya yang kaku.
"Kita memang baru berkenalan secara langsung. Tapi Aku sudah mengenalmu sejak lama, saat Ayah mu memperlihatkan foto mu pada ku, dan itu lebih dari cukup untuk ku jatuh cinta." jawaban nya kembali mengejutkan ku.
Aku terbelalak heran. FOTO? Hanya dengan selembar foto diri ku, dia sudah bisa memastikan perasaan cinta nya.
Semudah itu kah? Apa dia normal? Hatiku mulai di liputi tanda tanya.
Wajar saja, mungkin aku terlalu ganteng! Rasa percaya diri ku yang terlalu tinggi, menepis berbagai pertanyaan yang timbul di hati ku.
Sebuah tawa lebar dan keras, berderai keluar dari mulut ku.
"Hahaha, ku akui aku memang tampan. Sayang nya, aku mungkin tidak seperti yang kau duga. Aku bukan pria yang gampang untuk kau miliki." ucap ku percaya diri.
Aku mentertawakan perasaan konyol nya terhadap ku.
Jari telunjuk ku menekan pundak Alya sedikit keras, hingga gadis cantik itu menggeliat sedikit menjauh dari ku.
Wajah nya yang putih, tampak berubah merah padam. Sekelebat, ada amarah yang tersirat kan di relung mata nya yang berganti menatap ku dengan tajam lalu meredup hilang dan kembali sendu.
"Aku pasti akan memiliki mu!" tegas nya dengan nada yang pelan namun terdengar jelas dan nyata di telinga ku.
Ku rapatkan kembali bibir ku menghentikan tawa yang mulai sirna.
"Itu tak kan terjadi!" ucap ku dengan nada penuh tekanan.
Alya menghela nafas pendek, ia menatap ku dengan ekspresi wajah datar nya.
"Setelah kita menikah, Kau pasti jadi milik ku!" Ujar nya penuh keyakinan.
"Kita tak kan pernah menikah!" sanggah ku tegas.
Gadis itu seakan tak punya rasa malu dan tak tahu diri. Ia bersikeras dengan keyakinan hati nya untuk tetap menikah dengan ku.
Mata ku mendelik tajam, menatap wajah cantik nya dengan gregetan. Rasa nya, ingin ku remuk kan wajah kaku yang tanpa senyuman itu.
"Kita pasti menikah, kau tak bisa menolak perjodohan ini. Aku tak yakin, kau bisa melawan permintaan Ayah mu." sindir nya sinis.
Gadis itu mencibir kan bibir nya dan melengos pergi meninggalkan diri ku yang terpaku diam mematung tanpa bisa berkata.
Benarkah? Aku tak kan mampu melawan keinginan Ayah ku?
Haruskah aku melarikan diri dari perjodohan itu?
.
.
.
BERSAMBUNG
Tinggalkan jejak mu dengan LIKE, KOMEN, SUBSCRIBE, VOTE 👌 jika kamu menyukai karya ku ini 🤗
Kutunggu bunga bermekaran dari mu dan secangkir kopi hangat sebagai tanda cinta ❤️
Buat lah agar Richie jatuh cinta pada mu wahai para ladies 😍😍😍
Biarkan para bintang bertaburan ⭐⭐⭐⭐⭐ mewarnai Richie dan Alya 😘
Makasih para readers tersayang ku 🥰