Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 11.
Laura begitu terkejut dengan pertemuan yang kembali terjadi. Ia terlambat menyadari kehadiran sosok Galang Abraham di dalam ruangan dosen karena fokus kepada Tsania dan dosen wanita yang menyambut kedatangannya.
Saat menemukan pesan singkat di ponsel Ardi Lim yang berasal dari Tsania. Laura langsung menyerang Ardi dengan berbagai pertanyaan saat pria itu keluar dari dalam kamar mandi.
Mereka bahkan sempat bertengkar, Laura marah karena Ardi seakan mendukung Tsania yang mulai belajar menyembunyikan sesuatu dari dirinya.
"Jangan marah, oke? Aku minta maaf karena tidak memberi tahu mu. Ini mungkin hanya permasalahan kecil, Tsania tidak mungkin membuat masalah dan mengecewakan mu."
Laura tidak menggubris kata-kata Ardi. Ia sepertinya sudah lelah karena baru saja mengomel panjang lebar. Seharusnya Tsania lah yang mendapatkannya, tapi pagi itu Ardi Lim dengan suka rela menampung semua kicauan Laura. Karena Ardi Lim tahu, wanita cantik itu sangat kesal terhadap sikap putrinya.
"Jangan marah lagi pada Tsania. Kan aku sudah mendapatkan semua omelan mu." Sembari menyetir saat menuju ke kota Ardi Lim meminta Laura untuk nantinya tidak lagi memarahi putrinya.
Laura menoleh dan menatap Ardi Lim tajam, namun pria itu malah membalasnya dengan senyuman. Ini bukan pertama kalinya Ardi Lim melihat sisi lain Laura, sikap seorang ibu pada umumnya akan keluar dari diri Laura jika hal itu berhubungan dengan Tsania.
Sepanjang perjalanan menuju kampus Tsania, hingga masuk ke dalam ruangan dosen. Laura masih merasa kesal terhadap sikap putrinya itu. Namun, semuanya dengan sekejap sirna, berganti dengan rasa yang telah lama ingin Laura singkirkan, tapi kini bangkit dan kembali berkecamuk.
Wajah itu. Netra Laura terkunci pada netra yang juga tak kalah jauh lebih mengunci lekat sosok dirinya. Seseorang yang berasal dari masa lalu. Sudah 19 tahun mereka tidak pernah bertemu. Seseorang yang pernah memberikan cinta sekaligus luka.
Rasa kaget serta tidak percaya jelas menghinggapi Laura. Laura bahkan tidak bisa fokus saat dosen membahas permasalahan Tsania dan Anggita. Syukur di sana masih ada sosok Ardi Lim.
"Lebih baik saling memaafkan," kata Galang mengambil keputusan. Ia juga langsung mendapatkan protes dari Anggita yang terlihat tidak terima dengan keputusan ayahnya yang tiba-tiba. "Ini hanya lah kesalahpahaman yang terjadi di antara anak muda."
Bukan tanpa alasan Galang mengatakan itu. Ia ingin semua urusan Anggita cepat selesai. Galang ingin bicara dengan Laura yang kini berada di hadapannya. Dan hal itu jelas tidak mungkin ia lakukan jika masih berada di dalam ruangan dosen, hingga keputusan yang sangat tepat menurut Galang untuk segera berdamai.
"Laura tunggu!!"
Keluar dari ruangan dosen, setelah semua urusan anak-anak selesai. Galang segera mengejar Laura yang terlihat jelas menghindari dirinya.
Sudah tidak ada Tsania dan Anggita di antara mereka. Dua gadis yang judulnya sudah berdamai meski nyatanya Anggita masih saja menyimpan dendam pada Tsania itu sudah masuk ke dalam kelas mereka.
"Menyingkir dari hadapanku!!" Galang menatap tajam Ardi Lim yang ternyata menahan langkahnya. "Laura!!" Galang kembali meneriakan nama wanita cantik yang sampai saat ini masih menduduki tahta tertinggi di hatinya.
"Mau apa kamu? Jangan mengusiknya!"
"Bukan urusanmu! Menyingkir dari hadapanku!" Galang mendorong Ardi Lim, membuat ia mendapat celah untuk bebas dari pria berkulit putih itu.
Galang menuruni anak tangga di depan kampus Anggita dengan cepat, berlari ke arah Laura yang sudah melangkah laju menuju parkiran.
"Tunggu Laura," kata Galang saat ia akhirnya dapat mengejar wanita itu. Ia mencekal tangan Laura begitu kuat.
"Lepas!!" Tak kalah kuat Laura menyentak hingga cekalan yang sempat membelenggu pergelangan tangannya itu kini terlepas.
"Kenapa menghindariku? Kamu ke mana saja? Kenapa menghilang dan meninggalkan aku?"
Ada getir yang samar terdengar. Galang menatap Laura yang kini menatapnya dengan sorot mata yang berbeda. Tidak seperti dulu, kini Galang merasakan adanya benci, marah dan entah apalagi, Galang tidak bisa menyimpulkan semuanya.
"Siapa yang menghindari Anda, Tuan? Sepertinya Anda sudah salah mengenali."
Deg!
"Apa maksud mu? Kenapa memanggilku dengan sebutan, Tuan?" Galang terlihat tidak terima sekaligus tercengang dengan apa yang baru saja Laura katakan. "Jangan bercanda, Laura. Selama ini kamu bersembunyi dari ku."
"Aku tidak bercanda. Anda sudah salah mengenali, Tuan. Aku bukanlah Laura yang Anda kenal dulu."
Perkataan Laura kembali membuat Galang terpaku. Ardi Lim juga kini sudah berdiri di sisi Laura, dari kejauhan tadi sudah dapat ia perhatikan Galang yang sepertinya memaksa Laura untuk bicara.
Kesempatan itu Laura pergunakan untuk segera pergi dan masuk ke dalam mobil Ardi.
"Tunggu Laura!"
Lagi. Galang mendapatkan halangan dari Ardi. Pria itu dengan cepat menahan bahunya yang ingin mendekat pada Laura yang sudah berhasil masuk lebih dulu ke dalam mobil.
"Siapa pun kamu dan apa pun tujuan mu! Sebaiknya kau jauhi Laura!!"
Setelah mengatakan hal itu, Ardi Lim dengan cepat beranjak ke sisi bagian kemudi mobil. Ia masuk dan langsung melajukan kendaraannya.
Dapat Ardi Lim lihat Galang yang tidak menyerah, pria itu mengetuk-ngetuk kaca mobil di bagian sisi tempat Laura duduk. Sedangkan Laura hanya diam, pandangan wanita itu lurus ke depan. Tidak sedikit pun menoleh pada Galang.
"Tunggu Laura!! Kita harus bicara!!" Galang masih tetap gigih mengiringi kendaraan yang sudah mulai berjalan. Ia terus mengetuk kaca jendela. Meski samar, Galang masih bisa melihat wajah Laura. "Laura!! Buka pintunya!! Kita harus bicara!!"
Sia-sia. Itu sepertinya kata yang tepat untuk apa yang kini Galang lakukan. Karena mobil Ardi Lim terus melaju bahkan semakin menambah kecepatan saat sudah keluar dari area kampus.
Galang meremat rambutnya. Merasa kesal karena tidak bisa menahan Laura.
"Sial!!"
Di area parkir itu Galang mengumpat. Ia berdiri menatap ke arah di mana mobil yang Laura tumpangi sudah berlalu pergi dan tak terlihat lagi.
Banyak tanya dan rasa yang belum terjawab. Membuat Galang lama terdiam. Terik yang mulai menyengat pun tak ia rasakan, andai sopir yang bekerja padanya tak memberikan sentuhan.
Galang melangkah menuju mobil pribadinya. Ia duduk dan kembali melamun. Pertemuan kembali yang terjadi setelah sekian lama ia terpisah dari Laura, membuat Galang merasakan banyak hal. Entah apa yang kini tepatnya ia rasakan.
Bahagia, sudah pasti. Karena Laura merupakan istri dan wanita yang paling ia cinta. Kaget, jelas Galang rasakan. Keterkejutan yang tak bisa lagi ia tutupi. Galang bahkan lupa menanyakan bagaimana kabar Laura selama ini.
"Kita langsung ke kantor, Tuan?" Pertanyaan yang untuk kesekian kalinya Pak sopir berikan pada Galang.
Galang tersadar dan memberikan anggukan hingga mobil segera bergerak melaju menuju perusahaan. Pengusaha itu memiliki banyak pekerjaan, namun tidak ada satupun yang Galang sentuh.
Raganya memang berada di kantor, tapi pikirannya tetap tertahan pada kejadian yang beberapa jam sudah berlalu.
Di mana Laura selama ini tinggal. Salah satu pertanyaan yang mengusik pikiran Galang. Kehidupan seperti apa yang istrinya itu lalui dan siapa Tsania. Apa gadis yang bermasalah dengan putrinya itu adalah putri Laura bersama pria itu-Ardi Lim. Apa itu artinya Laura sudah menikah lagi dan kini menjadi milik pria lain.
Memikirkannya saja membuat Galang tidak rela. Ia dengan cepat meraih gagang telepon dan menghubungi seseorang.
"Laura Zoun." Galang menyebut nama lengkap Laura saat panggilannya diterima oleh seseorang. "Cari melalui identitas Tsania, dia adalah gadis yang satu kampus dengan putriku. Cari tahu semuanya dan jangan ada yang terlewat."
Tidak ingin terus dihantui dengan segudang pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban, Galang memutuskan meminta seseorang untuk mencari tahu semua tentang Laura melalui identitas Tsania.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak 😉
ada Typ typ di sini..
ternyta,,, a nya lagi mangkal di pangkalan ojek🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
semangaaat thoor,,ditunggu lanjutnya yaaa