Dalam hidup, cinta dan dendam sering kali berdampingan, membentuk benang merah yang rumit. Lagu Dendam dan Cinta adalah sebuah novel yang menggali kedalaman perasaan manusia melalui kisah Amara, seseorang yang menyamar menjadi pengasuh anak di sebuah keluarga yang telah membuatnya kehilangan ayahnya.
Sebagai misi balas dendamnya, ia pun berhasil menikah dengan pewaris keluarga Laurent. Namun ia sendiri terjebak dalam dilema antara cinta sejati dan dendam yang terpatri.
Melalui kisah ini, pembaca akan diajak merasakan bagaimana perjalanan emosional yang penuh liku dapat membentuk identitas seseorang, serta bagaimana cinta sejati dapat mengubah arah hidup meskipun di tengah kegelapan.
Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari cinta dan dampaknya terhadap kehidupan. Seiring dengan alunan suara biola Amara yang membuat pewaris keluarga Laurent jatuh hati, mari kita melangkah bersama ke dalam dunia yang pennuh dengan cinta, pengorbanan, dan kesempatan kedua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susri Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. Kedatangan Mia yang Kedua
Di pertemuan berikutnya, suasana terasa lebih tegang dari sebelumnya. Kali ini, Nyonya Laurent secara khusus mengatur makan malam formal dan mengundang Mia dan Luca, karena Luca juga bagian dari persahabatan mereka. Nyonya Laurent tampak bersemangat menunjukkan kecocokan antara Dante dan Mia, ia juga sering kali menceritakan kenangan masa kecil mereka dan betapa harmonisnya mereka sebagai pasangan di masa depan.
Amara mencoba tetap tenang dan anggun, meskipun dia merasa kurang nyaman dan cemburu melihat keakraban Mia dan Dante di meja makan. Mia sering kali melontarkan candaan dan cerita tentang Dante yang hanya mereka berdua mengerti, membuat Amara merasa seperti orang luar. Meskipun begitu, Dante sesekali melirik ke arah Amara, seolah ingin meyakinkannya bahwa dia tetap ada untuknya.
“Amara, kenapa wajahmu begitu pucat? Apa kau sakit?” Luca sengaja menyela Mia yang sedikit heboh.
“Ibuku pasti Lelah karena merawat aku, menemani mama, dan merawat Papa Uncle” si bocah Nico ikut berbicara hingga membuat semua orang tersenyum kecil. Namun senyuman mereka tentu saja mengandung makna berbeda. Nyonya Laurent tentu tidak suka mendengar kalimat cucu cicitnya yang terakhir, apalagi Mia.
“Nico, Ibu Mara hanya kurang tidur, sayang,” jawab Amara memperbaiki situasi.
“Nanti aku akan menidurkan, Ibu Mara sambil bacakan cerita, ya?
“Baik lah, Tuan Muda” jawan Amara sambil memegang rambut Nico. Semua Kembali tertawa kecil.
“Kau keren sekali, kawan,” Luca memuji si bocah lucu itu sambil menunjukkan jempolnya.
“Terima kasih, kawan,” jawab Nico. “Papa Uncle, kau juga harus merawat ibuku, di malam hari dia sangat mencemaskanmu” tambah bocah itu lagi. Dante tersenyum sambil melirik kea rah Amara.
“Nico, mama punya mainan baru untukmu. Cepat habiskan makanannya. Nanti kita lhat setelah ini,” Alessia menyadari ketidakstabilan yang terjadi pada neneknya dan Mia karena kata-kata anaknya.
“Hore… mainan baru” Nico bersorak senang.
“Nico anak yang cerdas,” Luca Kembali memujinya.
“Aku memang cerdas, karena ibuku ada dua,” jawab bocah itu lagi.
Karena merasa sangat tidak senang dengan situasi itu, Mia bertanya kepada Nyonya Laurent dengan lantang, “Nenek, apa Nico tidak berlebihan memanggil, ibu, pada Amara?” protesnya. Semua orang memperhatikan pertanyaannya, termasuk anggota meja makan paling junior, yaitu, Nico.
“semua hanya sementara, nanti juga Nico akan mengerti,” jawab Nyonya Laurent dengan gaya angkuh sambil tetap menyendok makanannya tak peduli.
“O, begitu? Lagi pula, aku dengar, sekarang ini banyak anak-anak keluarga kaya lebih sayang pada pembantunya, oh, maksudku, pengasuhnya daripada orang tuanya sendiri,” Jelas Mia
“Aku mengerti kekhawatiranmu,kau tenang saja” sambung Nyonya Laurent sebelum ia berlalu, karena seorang pelayan datang memanggilnya, disebabkan kedatangan rekan bisnisnya.
Merasa tidak setuju, dan tidak puas atas jawaban yang dilontarkan neneknya, Dante dan Alessia, hampir bersamaan berujar, namun Dante mempersilahakn kakaknya yang melanjutkan.
“Maaf, Mia. Bagiku, Amara adalah adikku sendiri, sama seperti Dante. Kau tenang saja, Amara bukan tipe orang yang akan merebut apapun dari siapapun,” jawab Alessia, sebelum akhirnya membawa Nico pergi dari ruang makan.
Sebelum Nico berlalu Bersama mama nya, bocah itu sempat berbisik di telinga Amara, “Ibu, kalau Papaku nakal, atau anak-anak itu nakal, telepon aku saja ya?” kata Nico sambil menunjuk semua orang yang ada di meja makan itu sebagai anak-anak. Luca yang mendengar keajaiban Nico tersebut, sampai tertawa terbahak-bahak.
“Aku tidak suka anak yang sudah besar seperti Paman ini tertawa besar” sentinya Kembali, Luca semakin terpingkal, hingga akhirnya ia mulai menyerang Mia dengan kata-katanya.
“Saat semua orang sudah berubah, hanya kau yang tetap sama, Nona Mia,” kata Luca.
“Apa maksudmu, Luca?”
“Gaya bicaramu, bahkan anak kecil saja menyadari betapa bahayanya dirimu, caramu melihat orang, dan orang yang kau sukai, masih tetap sama” Luca menjelaskan sementara Dante, menghabiskan sisa air yang ada di gelasnya dengan rasa tidak nyaman.
“Orang yang kau suka sudah menikah sekarang, apa kau masih tak mau denganku?” sambung Luca.
“Luca, cukup!” hentak Dante.
“kenapa? Kau masih menyukaiku, Tuan Muda Luca yang terhormat?” jawab Mia.
“Kan, sudah ku bilang, semua orang sudah berubah. Aku? Aku sudah memiliki orang lain di hati ku sekarang, karena aku sudah berubah. Dia adalah seseorang yang jauh lebih baik, lebih manusiawi,” jawab Luca sangat tajam sambil melirik ke arah Amara. “Sama satu lagi, memilki kecantikan yang tidak tidak dibuat-buat” sambungnya.
sementara Dante, menggetakkan giginya dengan kejam melihat tingkah Luca yang ia rasa keterlaluan.
“O akalau begitu, bagus. Aku sebagai teman lamamu, cukup senang. Dan terima kasih setidaknya kau tidak lagi mengemis padaku dan merusak pemandangan yang ada di depanku,” balas Mia tak kalah tajam.
Sementara di tempatnya duduk, Amara sedang memahami sesuatu, dan dia akhirnya bisa menyimpulkan situasi seperti apa yang terjadi diantara tiga sahabat itu di masa lalu. Luca menyukai Mia, Mia menyukai Dante, sementaa Dante… Amara masih mempelajarinya. Apakah dia juga menyukai Mia?
“O, ya, Dan… aku punya sesuatu untukumu” Mia sengaja memotong ketegangannya bersama Luca, ia lalu menyodorkan sebuah kotak kecil ke hadapan Dante yang membisu dengan nada yang sedikit manja.
“Ayo la, Dante, dibuka, kau pasti suka seperti waktu itu” rayunya sambil mnyentuh lengan Dante. Menyaksikan hal tersebut, Amara berdiri dan berkata, “Wah … kenyang sekali. Karena aku sudah kenyang, jadi aku permisi,” katanya, yang langsung disambut oleh Luca, “Aku juga kenyang, aku juga permisi, ayo Amara, kita ke taman belakang” Pinta Luca.
“Duduk!” perintah Dante pada Amara yang ada di sampingnya.
“Amara, duduk!” katanya lagi.
“Dante… aku masih ada urusan, kau di sini juga ada urusan, membuka hadiah dari Nona Mia, membahas masa lalu kalian yang indah, jadi, mari kita tidak saling mengganggu” sambung Amara.
Saat ia hendak menyusul Luca yang sudah duluan berlalu, Dante menangkap tangannya erat, tersadar Amara Nampak kesakitan, ia segera melunak dan bilang, “Nanti kita bicara” katanya Nampak tak rela Amara berlalu darinya.
“Dante … kau serius dengan Wanita itu?” Mia mengubah ekspresinya, semula tampak manja di hadapan Amara, saat ini ia tampak begitu serius dan terang-terangan. Dante tak berniat menjawabnya, dia hanya memainkan gelas yang ada di tangannya.
“Dante, tak bisakah kau mendengarku?” sentak Mia.
“Aku tidak pernah seserius ini sebelumnya, dengan siapapun. Dan yang kau sebut dengan, Wanita itu, barusan, Namanya Amara, Amara Daisy, dia istriku”
“Dante, apa kau sudah melupakan aku?”
Dante tak menjawab.
“Aku tidak akan menyerah, Dante. Kau mengenalku dari kecil, sementara Wanita itu baru anak kemarin sore. Tahu apa dia tentangmu?”
“Mia, kau tak perlu melakukan ini. Bawa lah hadiahmu, aku tidak mau istriku salah paham” jawabnya dan Bersiap untuk bangkit dari tempat duduknya, karena pikirannya ada di taman belaang untuk menemui Amara.
Belum sempat ia berlalu seorang pelayan membawa peasan dari Nyonya Laurent agar mereka berempat segera menemuinya di ruang, pelipur lara, sebuah ruangan bersantai keluarga sambil ditemani oleh iringan music santai.
“Kau temui Nenek terlebih dahulu, aku akan menyusul Bersama mereka” pinta Dante sambil berlalu dengan Langkah lebarnya mencari Amara.
Di taman, Luca dan Amara sedang…
bersambung….