Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Masa Depan
Bulan ke 9, Tahun 1248
Lebih dari sebulan telah berlalu semenjak penyerangan Istana The Tiger Kingdom. Saat ini Freis sedang berjalan mengitari bekas istana The Tiger Kingdom yang kini telah kembali ke sediakala, menjadi Kuil Angin Anemos. Pedang Tachi Anemo warisan kakeknya itu ia letakkan di tempat seharusnya, di sebuah altar di dalam kuil.
Sebuah kuil yang menyimpan banyak kenangan baginya. Setiap kali ia memandang Kuil Anemos, ia teringat kembali kepada kakeknya. Seorang Kepala Kuil yang begitu bijak dan dermawan – menurut penjelasan Rivian Aaron. Dan bagi dirinya sendiri Trois Greeya adalah sosok yang selalu menjaga dan mengasihinya. Yang mencintainya dengan tulus. Ia pun mulai membayangkan wajah ayah dan ibunya, seperti apa rupa mereka. Waktu mereka tertawa, menangis, ataupun marah, seperti apa wajah mereka. Setiap kali ia berjalan di aula depan kuil, ia dapat membayangkan dengan jelas bagaimana kedua orang tuanya bertarung dan menghadang Harse Greg. Semua untuk memberikan kesempatan bagi kakeknya membawa dirinya – yang saat itu baru berusia satu bulan – pergi menyelamatkan diri. Hanya dari itu saja ia dapat merasakan seberapa dalam rasa cinta kedua orangtuanya kepadanya.
Minggu kedua di bulan ke tujuh yang lalu, Anya Greg berpamitan kepadanya untuk kembali ke Lef’tigris. Ia berniat untuk membangkitkan kembali Kerajaan Lef’tigris yang sudah hancur bersama para Ras Harimau yang tersisa. Disana Anya akan menjalankan permintaan terakhir ayahnya untuk memimpin para Ras Harimau yang tersisa.
Sebelum pergi Anya memeluknya sesaat dan mengucapkan selamat tinggal. Tapi tak berselang lama kemudian ia membalikkan badan ke arahnya dan berkata,
“Tegarkanlah hatimu, Freis. Karena semua rakyat Prosdimos membutuhkanmu. Kau adalah pelindung kami. Pemimpin kami! Kau adalah Sang Elementary Owner WIND.”
Setelahnya gadis itu tersenyum lembut kepadanya dan berjalan pergi.
Sedangkan saat ini di Kerajaan Kokki’al, Raja Lorrias Eleor bersama jenderal kesayangannya Paul Eleor sedang berusaha mendirikan kembali Iouras – Pemukiman Khusus Ras Half-blood Rubah – yang dulu hancur akibat serangan dari Ras Harimau yang dipimpin oleh Harse Greg. Raja itu mendatangi para Ras Rubah yang bersembunyi di Pegunungan Horostontros untuk mengajaknya bergabung dan membantunya membangun Iouras. Tentu saja mereka tak menolak ajakan itu semua.
Sesaat sebelum ia pergi meninggalkan Istana Kerajaan Kokki’al, Sang Raja bertanya kepadanya,
“Apa yang akan Anda lakukan setelah ini?”
Dan Freis pun menjawab, “Saya akan kembali ke tempat kelahiran saya, Kokki’po. Membangun kembali Kuil Anemos serta Kerajaan Kokki’po. Saya sendiri sebenarnya tidak mengerti bagaimana dan apa yang harus saya lakukan untuk mewujudkannya. Tapi saya akan berusaha sebaik-baiknya...
“Dan yang paling saya inginkan saat ini adalah mengunjungi makam kakek dan kedua orang tua saya, juga makam Raya. Saya ingin berdoa untuk mereka.”
Kemudian ia pergi meninggalkan Kerajaan Kokki’al dengan sebuah ucapan terima kasih dari Raja Lorrias Eleor.
Ia mengingat kembali kejadian setibanya ia disini, di Kuil Anemos. Saat itu, dibantu oleh para penduduk sekitar, ia memperbaiki dan mengembalikan keadaan kuil seperti sediakala, seperti saat kuil ini menjadi Kuil Angin Anemos, yang tentu saja dengan bantuan informasi dari para penduduk sekitar. Semua penduduk disana menyambutnya dengan sukacita. Mereka datang membantunya dan memenuhi segala keperluan sehari-harinya.
Dua mingggu setelah kedatangannya, tepatnya pada minggu ke empat di bulan ke tujuh sekelompok orang datang mendatanginya. Mereka adalah sisa-sisa dari Ras Burung Api. Ternyata selama ini kakeknya, Trois Greeya telah menyediakan tempat bagi mereka. Sebuah desa tersembunyi yang terletak di dalam hutan di Pegunungan Horostontros. Mereka sangat berduka atas kematian Raya.
Jauh beberapa puluhan tahun yang lalu, mereka hendak menjemput Raya dan kedua orang tuanya yang saat itu terpisah dari mereka. Ayah dari Raya adalah putra sulung pemimpin dari Izois – pemukiman khusus Ras Half-blood Burung Api. Ia menyuruh seluruh penduduk untuk pergi melarikan diri. Sedangkan dirinya sendiri tetap tinggal dan melawan para prajurit Ras Harimau. Dan ketika mereka telah tiba di Pemukiman Utara tempat tinggal Raya dahulu, mereka terlambat. Kedua orang tua Raya telah tewas, sedangkan keberadaan Raya sendiri tak dapat mereka temukan. Dan setelah mereka tahu kabar kematian Raya, mereka semua langsung datang kesini. Dan mereka pun akhirnya bertemu dengan dirinya di sini di Kuil Anemos. Beberapa hari kemudian ia mengantarkan mereka semua ke makam Raya dan kedua orang tuanya.
Tak berselang lama kemudian, Rivian Aaron datang mengunjunginya. Ia meminta maaf kepadanya atas tidakannya yang mengabaikan Raya saat hendak mengorbankan diri untuk menolongnya. Ia beralasan semua itu dilakukannya semata-mata agar dirinya dapat diselamatkan. Karena bagaimanapun juga ia adalah seorang WIND, Sang Pelindung Prodimos. Seluruh Rakyat Prosdimos membutuhkannya. Rivian menyadari betul betapa pengecutnya dirinya saat itu. Tapi Rivian terpaksa karena tak ada jalan lain lagi untuk menyelamatkannya.
Saat itu Rivian berkata kepadanya,
“Hanya dengan melihatnya saja, saya dapat merasakan seberapa dalam rasa cintanya kepada Tuanku. Ia memberikan seluruh hidupnya untuk Anda. Sungguh seorang wanita yang mengagumkan.”
Ia tahu betul seberapa mengagumkannya Raya. Kesedihan dan penderitaan yang dialami Raya tak mengubah serta menenggelamkan dirinya kedalam jurang dendam dan kebencian, tidak seperti dirinya. Bersama dengan gadis itu jugalah, ia mulai pulih dan bangkit dari segala dendam dan kebencian yang merasuki hatinya. Senyumnya, tawanya, dan candanya mampu menyentuh hatinya yang saat itu telah terkubur dalam-dalam.
Kemudian Freis mengingat Frank dan juga Elise. Mungkin saat ini mereka telah berada di Wilayah Pistion. Wilayah yang dijaga serta dilindungi oleh Sang Elementary Owner EARTH. Yang menurut kabar yang beredar merupakan wilayah paling ‘gelap’ di Benua Foskaita. Wilayah yang dikuasai oleh bekas pasukan Origin, Sang Dark Elementary Owner Pertama. Yang saat ini tubuhnya tersegel di Lembah Avri’lada. Dan dijaga oleh Sang Elementary Owner Fire.
Frank sama sekali tak menjelaskan kepadanya alasan ia bersama Elise pergi ke sana. Ia hanya berkata, “Karena sejak awal kami adalah pengembara. Dan sekarang tidak ada alasan bagi kami untuk tetap tinggal disini.
“Nak, yang ada pundakmu saat ini adalah sebuah tanggung jawab yang begitu besar. Kau adalah seorang WIND. Sang Pemimpin dan Pelindung Prosdimos. Nasib seluruh rakyat disini bergantung padamu.”
Sambil menerawang jauh ke atas langit Frank kembali melanjutkan perkataannya, “Bukan mungkin jika tiba saatnya. Nasib semuanya yang berada di Benua Foskaita akan bergantung padamu. Jika telah tiba waktunya.”
Kemudian ia tersenyum ke arahnya dan berjalan pergi bersama dengan Elise istrinya.
Tanpa terasa tubuhnya saat ini terasa sedikit letih.
“Sepertinya aku sudah berjalan cukup lama.”
Kemudian ia pun mencari tempat untuk sejenak duduk dan beristirahat. Dan di saat-saat itu ia mengingat kembali sebuah ciuman perpisahan yang di tinggalkan Raya untuknya. Sekalipun mungkin itu hanya sebuah mimpi. Sebuah cinta yang datang tiba-tiba dan pergi tanpa sebuah peringatan. Yang begitu indah tapi juga begitu memilukan. Yang memulihkan serta membangkitkan hatinya yang tenggelam kedalam kegelapan. Dan meninggalkannya dengan sebuah ciuman didalam mimpinya. Yang mengajarkannya kembali tentang kasih dan ketegaran serta keteguhan hati. Yang memberikannya kehidupan saat kematian datang menjemputnya. Seorang gadis dengan senyum dan tawa indahnya. Yang tak kan pernah mati di dalam ingatannya. Dalam lubuk hatinya.
***
Sekarang seluruh hidupnya telah ia berikan kepada Freis, laki-laki yang secara tiba-tiba muncul dan tinggal di dalam hatinya. Api-api yang selama ini menyelimuti dirinya, menghangatkannya. Kini telah ia berikan kepada pemuda yang terbaring tak berdaya di depannya.
Tapi sama sekali tak ada penyesalan di hatinya saat ini. Karena di masa depan nanti ia percaya pemuda di hadapannya ini akan memenuhi segala impian dan cita-citanya, untuk melindungi dan membawa kedamaian di seluruh Prosdimos.
Kemudian tangannya membelai wajah Freis dengan lembut. Dan kemudian Raya pun berkata, “Jika pun ada sedikit penyesalan di hatiku. Itu karena aku tidak memiliki kesempatan untuk duduk dan tertawa bahagia disampingmu.”
Sesaat kemudian air mata mulai jatuh membasahi kedua pipi Raya. Perlahan ia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Freis Greeya. Dan memberikannya sebuah ciuman terakhir, ciuman perpisahan. Lalu ia pun jatuh dan terbaring tepat di atas tubuh Freis. Pemuda yang ia cintai dengan setulus hatinya dalam diam.
****
“Cinta terkadang datang tiba-tiba,
Dan pergi tanpa sebuah peringatan,
Tinggal sejenak, membangkitkan sebuah kerinduan di dasar hati yang terdalam,
Dan pergi memberikan sebuah kenangan yang begitu indah,
Mengajarkan hati ini tentang ketegaran dan keteguhan,
Yang terkadang harus dibayar dengan rasa sakit dan air mata,
Ketulusan cinta terlalu dalam untuk digapai oleh hati yang terbelenggu,
Sebuah ketulusan yang tak berdasar,
Yang terkadang menjadi tanpa batas,
Cinta yang tulus akan menyentuh dasar terdalam dari hati yang terbelenggu,
Dan memberikan kehidupan baru.”
😂
😂