Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MUNGKINKAH?
Selanjutnya tak ada obrolan diantara mereka, yang terdengar hanyalah suara deru mobil. Rere lebih banyak melihat kearah jendel. Menatap nanar deretan bangunan yang mereka lalui. Kenapa jarak yang dulu terasa dekat saat di lalui bersama Haikal, terasa begitu jauh saat ini. Dulu, belum puas mengobrol, tahu tahu sudah sampai rumah. Tapi sekarang, dalam keheningan seperti ini, rasanya sungguh lama sekali.
"Kalau udah gak nyaman, berhenti saja."
Rere menoleh kearah Romeo. "Darimana kamu tahu?"
"Seseorang keluar dari tempat kerja sambil menangis. Apa aku masih harus bertanya apa masalahnya?"
"Jika aku berhenti, aku akan kesulitan mencari pekerjaan karena hamil."
"Kenapa harus mencari, kenapa tak menciptakan?" Itulah mindset kebanyakan orang. Yang ada diotaknya adalah mencari kerja, bukan berusaha menciptakan pekerjaan sendiri.
"Maksudnya?"
"Kenapa gak coba buka usaha sendiri Re. Aku rasa, itu lebih bagus untuk wanita hamil sepertimu. Tak terlalu banyak tekanan dari orang."
Rere menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya. Buka usaha butuh keahlian, selain itu yang tak kalah penting adalah modal. Darimana dia punya itu. Sedangkan dia baru kerja 2 tahun lebih, itupun gajinya sebagian untuk mencicil mobil. Lalu uang apalagi yang akan dia gunakan.
"Kira kira, keahlian apa yang kamu miliki?" tanya Romeo.
Rere menggeleng. "Tak ada."
"Astaga, tak bisakah kau pikirkan dulu sebelum menjawab."
Harus bagaimana lagi dia berfikir. Dia memang tak punya keahlian selain menghitung uang. Memasak hanya bisa saja, tapi tak jago begitupun dengan bikin kue. Menjahit apalagi. Fotografi, percetakan, make up, semua juga tidak dikuasainya. Bisnis juga ada ilmunya, sedang dia belum pernah berkutat didunia itu sama sekali. Bisa dibilang, pengalamannya nol dibidang bisnis. Jadi kalau mau buka usahapun, dia masih ragu, takut tak paham managemannya.
"Tapi aku memang tak punya skill apapun."
Romeo berdecak pelan. "Sepertinya keahlianmu hanya membuat pria jatuh cinta," ledek Romeo sambil tertawa.
"Selain keahlian, modal juga tidak ada." Sebenarnya hal itu yang paling dipikirkan oleh Rere.
"Bukankah ada uang mahar. Kau bisa memakainya dulu untuk modal usaha." Sebagai suami, malu juga Romeo mengatakan itu. Tapi tak ada pilihan lain. Keuangannya sudah menipis karena tabungannya terkuras untuk mahar. Selain itu dia masih menganggur, jadi butuh pegangan hingga dia bisa mendapatkan gaji dari pekerjaan baru.
"Aku tahu, harusnya aku yang memberimu modal usaha. Tapi saat ini, keuanganku juga terbatas. Pakailah uang mahar itu dulu, nanti jika aku udah kerja, aku usahain balikin lagi uang kamu."
Rere mendesis pelan sambil menatap Romeo. "Itu uang kamu, ngapain juga harus dikembalikan." Rere kekeh pada pendiriannya, tak mau menerima uang itu.
"Yang namanya mahar, itu hak mutlak istri. Gimana ceritanya jadi uangku?" Romeo terkekeh pelan. Tak paham dengan jalan pikiran Rere.
"Aku tak pantas menerimanya Rom. Sebagai istri, aku tak bisa menjalankan kewajibanku, jadi aku tak pantas menerima mahar itu."
"Kewajiban apa yang kamu maksud?"
Rere berdecak pelan. Dia yakin Romeo paham, tapi masih juga bertaya, menyebalkan.
"Kewajiban yang mana, kenapa diam?" Sepertinya Romeo sangaja menggoda Rere. Ingin membuat wanita itu salah tingkah karena malu sendiri. Tapi kasihan juga menggodanya hingg wajahnya memerah seperti ini.
"Bagiku, kewajibanmu sekarang hanya menjaga janin itu saja Re. Jadi jangan pikirkan yang lain. Pakai uang itu semaumu, tapi kalau bisa untuk hal yang bermanfaat."
Tetap saja, Rere sungkan menggunakan uang itu.
Mobil yang dikendarai Romeo terus melaju hingga tak terasa sampai juga didepan rumah. Diteras, ada Tomas dan Jia yang sedang ngobrol berdua. Dengan wajah sumringah ditemani dengan dua cangkir teh dan cemilan.
Tiba tiba terbesit tanya dibenak Romeo. Bisakah dia dan Rere seperti mereka nantinya? Masih hangat dan tampak romantis diusia menjelang senja. Jangankan menunggu usia itu, satu atau dua tahun kedepan saja, dia tidak yakin. Dia ibarat memegang bom waktu saat ini. Pasti akan tiba saatnya untuk meledak. Dan jika itu terjadi, dia tak tahu apakah Rere masih mau memaafkannya dan mempertahankan rumah tangga ini.
"Rom, kok bengong?" Pertanyaan Rere membuyarkan lamunan Romeo. Pria itu segera melepas seatbelt lalu turun.
Keduanya, Romeo dan Rere mencium tangan Tomas dan Jia. Rere yang ngiler melihat pisang goreng langsung mencomotnya satu.
"Kebiasaan, gak cuci tangan dulu." Omel Jia yang memang sangat menjunjung tinggi nilai kebersihan.
"Tadi udah cuci tangan mah pas mau pulang." Rere mencari pembelaan.
"Re, suami kamu ditawarin dong." Tomas mengingatkan putrinya. Dia bisa paham jika Romeo masih merasa sungkan dirumah ini. Mana mungkin menantunya itu tiba tiba mencomot makanan seperti yang Rere lakukan barusan..
"Mau?" tawar Rere.
Bukannya menjawab, Romeo malah menarik pisang goreng ditangan Rere lalu memakannya.
"Meo, itu bekas gigitan aku." Rere kaget dengan apa yang dilakukan Romeo. Dia paling jijik memakan bekas mulut orang lain. Melihat kelakuan Romeo barusan, dia hanya bisa geleng geleng.
"Gak masalah." Entah kenapa, Romeo malah teringin makan pisang goreng bekas gigitan Rere, bukan yang ada dipiring. Semoga ini bukan bagian dari ngidam, wkwkwk.
Karena miliknya tadi diambil Romeo, Rere terpaksa mengambil lagi dipiring. Lagi lagi, melihat pisang goreng bekas gigitan Rere yang ada ditangan, Romeo jadi teringin memakannya.
"Ambil lagi Rom." Tawar Jia saat menyadari jika Romeo menatap pisang goreng ditangan Rere.
Romeo mengangguk lalu mengambil yang ada dipiring. Entah lidahnya yang eror atau apa. Rasanya tak sama dengan yang tadi. Lebih enak yang ada bekas gigitan Rere.
"Kamukan baru pulang, harusnya gak perlu repot repot jemput Rere. Emang gak jetlag? Perjalanan dari Jepang ke Jakarta itu lama loh, jauh." ujar Tomas.
"Halah, Papa kayak tau aja perjalanan dari Jepang ke Jakarta. Orang ke Jepang aja gak pernah," ledek Jia.
"Emang gak pernah, tapi pernah diceritaan Romeo, 7 jam lebih. Duduk selama itu, mama pikir pantat gak kebas apa?"
Rere dan Romeo masuk setelah itu. Romeo yang masih penasaran dengan apa yang dia rasakan barusan, menahan lengan Rere saat wanita itu hendak masuk kamar.
"Ada apa?"
"Kamu gak ada ngidam apa apa Re?"
"Enggak." Jawab Rere sambil menggeleng. "Emang kenapa?"
Romeo hanya tersenyum dan menggeleng. Semoga saja yang dia rasakan tadi bukan bentuk dari ngidam. Mungkinkah laki laki bisa merasakan ngidam?
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁