Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Di minta resign dari perusahaan Angga
BRUK!
"AW......" pekik Jessi yang jatuh dari tempat tidur.
Menyadari hal itu, Jessi bergegas duduk dengan membulatkan kedua matanya sambil menatap kearah pintu kamarnya.
'Benar sial! sial! Ternyata ini hanya mimpi,' batin Jessi sambil mengacak-acak rambutnya karena kesal .
Tapi bukan namanya Jessi kalau tidak memiliki segala cara untuk mendapatkan Angga.
+++++
2 Hari kemudian.
Keadaan Arumi dan Aqilah sudah pulih hingga Dokter mengizinkan mereka pulang.Kemudian berjalan melewati lorong rumah sakit bersama kedua orang tuanya hingga mereka tiba di area parkiran mobil.
"Terima kasih, ayah dan Mami sudah menemani kami selama di rumah sakit.Tapi, kami harus pergi!" ucap Arumi sambil menggenggam tangan putrinya.
"Kamu tidak boleh pergi! Sekarang ikut kami pulang ke rumah!Aku mau kita berkumpul seperti dulu lagi, bersama cucu Oma yang cantik ini!" seru Aleta sambil tersenyum manis ke arah Aqilah.
"Tapi,Ayah?"
Arumi masih beranggapan kalau sang ayah tak menginginkan dirinya untuk kembali ke rumah.
"Justru ayah kamu sudah mengizinkan kamu pulang ke rumah.Iya,kan, Pi?" tanya Aleta sambil menyenggol tangan suaminya yang dari tadi hanya diam.
"Iya, benar yang di katakan Mami kamu.Sekarang ikut kami pulang!" kata Irawan.
"Kamu dengar sendiri, kan apa yang di katakan ayah kamu ? Ayo masuk ke dalam mobil! Kita pulang!" seru Aleta yang tak ingin lagi berpisah dengan putrinya dan cucunya.
Tak ingin menyakiti hati sang mami, Arumi masuk ke dalam mobil bersama Aqilah lalu di susul oleh orang tuanya.
++++
Di lain tempat, Angga dan Gilang kini duduk di meja makan bersama orang tuanya.Tampak mereka murung dan kurang bersemangat hingga makanan yang ada di atas meja makan, tanpa di sentuh atau memakannya.Sebenarnya pria itu lagi kesal karena sang ayah melarang mereka untuk menjenguk kembali Arumi dan Aqilah di rumah sakit.
Sejak kepulangan mereka dari rumah sakit malam itu.Sang Ayah menginterogasi mereka, tentang siapa Arumi dan Aqilah karena mereka begitu peduli.
Karena Angga tidak pandai berbohong hingga pria itu menyampaikan apa yang dia ketahui.Kalau Arumi adalah anak Irawan yang kini menjadi sekertaris di perusahaannya, sementara Aqilah anak Arumi.Dia juga menyampaikan mengenai Gilang yang mendonorkan darah untuk Aqilah.
Dari situlah, Baskoro tidak membiarkan putranya untuk menemui Arumi.Dengan alasan, Irawan menolak kerja sama dengan Groups PT Angga Real,perusahaan miliknya.
"Ayo,di makan! Jangan cuma diam saja!" seru Dewi.
" Aku tidak lapar,Mi.Aku berangkat dulu ya!"Angga berpamitan pergi lalu meninggalkan tempat duduknya.
" Aku juga,Mi." Gilang ikut pergi, menyusul Angga.
"Mereka kenapa sih,Pi?" tanya Dewi dengan menatap kepergian putranya.
"Mungkin mereka lagi kesal.Tapi ya.. sudahlah, nanti mereka juga berhenti ngambek," sahut Baskoro yang terlihat santai atas sikap dingin kedua putranya.
++++
Tak lama, Arumi sudah tiba di kediaman orang tuanya hingga mereka turun dari mobil.
"Wah..lumahnya besar ya, Bunda? Ita tinggal di sini, bukan tinggal di apetelemen Om Angga lagi?"celoteh Aqilah yang begitu menggemaskan hingga Arumi tertawa.
"He..he...Apartemen, sayang.Bukan apetelemen.Kita akan tinggal di rumah ini, bukan di Apartemen itu lagi.Aqilah tidak keberatan,kan?" tanya Arumi sambil jongkok di hadapan putrinya.
Aqilah menjawab dengan anggukkan kepala.
"Aduh...aduh... ternyata cucu Oma begitu menggemaskan ya?Ayo, kita masuk ke dalam!" ajak Aleta.
"Iya,Oma."
Mereka masuk, lalu sang pelayan menyambut kedatangan anak majikannya.
"Selamat datang,Nona," sapa Bi sum.
"Iya,Bi.Terima kasih," ucap Arumi sambil tersenyum ramah.
"Oh..iya, BI Sum.Tolong di antar cucuku di kamar!" titah Aleta.
"Baik, Nyonya.Sini anak manis,Bibi antar!" Bi Sum mengajak Aqilah pergi lalu menaiki anak tangga.
Setelah kepergian mereka, Irawan meminta putrinya untuk duduk di Sofa membuat wajah Arumi tampak tegang hingga mengatur nafas lalu membuangnya.
"Rupanya kamu sudah menikah dengan pria berandalan itu?'' tanya Irawan langsung ke intinya apa yang ingin di tanyakan pada putrinya.
" Maksud ayah, Gerry?" tanya Arumi, langsung menebaknya.
"Ya...siapa lagi, kalau bukan pria itu? Aku tidak habis pikir, kenapa aku di takdir memliki anak yang begitu bodoh, yang muda di manfaatkan oleh pria?!" umpat Irawan yang tampak kesal.
Ternyata Irawan sudah menyelidiki seperti apa sikap Gerry selama menikah dengan putrinya.Ternyata dia mendapatkan kabar tak sedap, jika Arumi diperlakukan kasar dan di jadikan ATM berjalan oleh suami dan ibu mertuanya.Dan itu sangat mengiris hatinya Irawan sebagai orang tua, sehingga dia begitu marah.
" Kok Papi bicara seperti?" protes Aleta.
"Loh... emang kenyataan seperti itu," timpal Irawan dengan tegas.
Hal itu, membuat Arumi tertunduk karena merasa malu dan sedih.Apa yang dikatakan ayahnya ada benarnya.Tapi sisi lain, ayahnya juga menyakiti hatinya.
Tapi sebenarnya, pria paruh baya itu sayang pada Arumi hanya saja pembawaan dia yang tegas karena dia peduli dengan putrinya.Setelah mengetahui tentang putrinya diperlakukan kasar oleh Gerry.Dia segera menyewa pengacara untuk mengurus perceraian Arumi dengan Gerry.
"Sekarang tanda tangan surat cerai ini!" titah Irawan dengan menyodorkan surat itu ke arah putrinya.
Tanpa ragu, Arumi menandatangani surat cerai tersebut.Karena itu yang di inginkan untuk berpisah dengan Gerry.
" Sudah,Yah."
" Bagus! Sekarang kamu tinggal resign dari perusahaan Angga," titah Irawan, kembali.
Sebagai Ayah yang peduli dengan putrinya, tidak membiarkan lagi Arumi menjadi karyawan di perusahaan Angga.Dia takut terjadi hal buruk lagi dengan putrinya.Sebab,mobil yang di tumpangi Arumi ada unsur kesengajaan dari seseorang, dengan cara memotong selang Rem mobil tersebut hingga putus. Itu yang di sampaikan oleh betugas kepolisian.
"Kenapa harus resign?Aku sudah nyaman kerja di sana! Lagi pula, Angga adalah Bos yang baik,peduli terhadap aku dan Aqilah," protes Arumi yang begitu berat untuk keluar dari perusahaan Angga.
" Baik apanya? Sejak kamu masuk di rumah sakit.Dia tidak datang menjenguk kamu sama sekali.Aku justru curiga, kalau pria itu yang telah membuat kamu kecelakaan,"pikirnya.
Irawan menduga ada sangkut pautnya Angga tentang kecelakaan yang menimpa putrinya.Karena mobil Alphard yang di tumpangi Arumi adalah milik Angga.Oleh sebab itu, dia sengaja berbohong tentang kedatangan Angga di rumah sakit karena kesal.
Sontak Aleta terkejut mendengar hal itu, membuat wajah wanita itu tampak lesu.
"Tapi, pria itu Pi----"
" Stop! Mami tidak perlu bicara!Aku tahu apa yang aku harus lakukan!" tegas Irawan membuat Aleta terdiam.
Namun,Arumi penasaran dengan ucapan sang Mami yang belum sampai."Tadi Mami ingin mengatakan apa?" tanya Arumi yang kurang percaya dengan ucapan ayahnya.
"Mami cuma mau bilang.Apa yang di katakan ayah kamu itu ada benarnya! Mending kamu resign dari perusahaan Angga," dalih Aleta yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
'Sepertinya, Mami mencoba menyembunyikan sesuatu dariku? Tapi apa? Apa, iya, ya....Angga tidak datang menjengukku di rumah sakit? Tapi, sejak aku sadar, aku tidak melihatnya?' batin Arumi dengan pikiran yang mulai bercabang hingga tampak bingung dengan keputusan yang akan dia ambil.