"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak Angkat
Tak terasa sudah tiga hari aku mengikuti MOS, artinya resmi sudah aku menyandang status siswi SMA untuk tiga Tahun mendatang. Selain mengenal banyak tentang sekolah, aku juga mendapatkan tiga sahabat di kelas. Ratna, Nia, Vava dengan mudahnya aku membaur dengan mereka, perasaan klik itu hadir sesaat setelah perkenalan. Entah mungkin kita memang jodoh xixixi.
Hari ini akan diadakan apel penutupan yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah dan setelahnya semua siswa baru boleh membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing. Tapi tidak bagi anggota pramuka yang baru. Kami diminta tetap tinggal untuk mengikuti rapat yang akan diadakan di aula sekolah setelah ini.
Setelah semua berkumpul, kakak Pramuka yang dulu mendaftarkan anggota baru yang bernama lengkap Ghofar Alfarizky memulai rapatnya. Ternyata akan diadakan persami untuk peresmian anggota baru. Persami adalah perkemahan Sabtu Minggu yang biasanya ditempatkan di Bumi Perkemahan yang lokasinya agak jauh dari Sekolahan.
Ada lebih dari 30 dari keseluruhan anggota pramuka yang akan mengikuti persami Sabtu depan. Aku dan Ratna yang mewakili kelas kami pun sangat antusias, karena ini adalah kegiatan pertama kami setelah kami menjadi dekat. Sudah banyak hal yang kami rencanakan, mulai dari siapa yang akan membawa cemilan, dan banyak hal absurb kami tentunya.
"Cha, pasti kalau malam akan dingin sekali disana. Secara kan kita kemah di Gunung. Kamu mau bawa selimut gak?" Ratna bertanya sesuatu yang tak terpikirkan olehku sebelumnya.
"Apa perlu bawa selimut tebal? Apa gak susah bawanya. Mungkin kita bawa jaket tebal saja biar gak terlalu repot. Bawaan kita sudah banyak lo Na." Bantahku, karena menurutku selimut tebal memakan tempat yang banyak. Dan tas ransel kita sudah penuh dengan barang yang lebih penting. Belum lagi kardus berisi alat memasak. Ya nanti akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompoknya diwajibkan memasak sendiri. Tidak diperbolehkan membeli makanan jadi. Tujuannya memang melatih kemandirian. Karena ini kemah bukan piknik.
Perkemahan kali ini bukan yang pertama untukku, karena aku sudah aktif ikut kegiatan Pramuka dari SMP. Jadi keribeten yang akan terjadi nanti serta kejadian yang mungkin diluar prediksi bisa saja menjadi kendala jika kita lalai dan tidak siap. Pernah waktu itu ada teman yang terlalu banyak membawa bekal, dan entah apa isi tas ranselnya sehingga terlihat sangat penuh itu. Tiba-tiba dia terjatuh dan kakinya keseleo. Pada akhirnya semua direpotkan. Bukan tidak mau menolong, karena sebagai pramuka sejati memang kita harus siap tolong menolong kapanpun dan dimanapun. Tapi kan jadi tidak bijak jika kecelakaan itu karena kelalaian dan keegoisan semata. Untuk itulah, aku sebisa mungkin mengingatkan teman dekat termasuk Ratna untuk membawa keperluan sekedarnya saja.
Kembali mendengarkan pesan-pesan dari para senior yang tadi sempat terabaikan karena aku dan Ratna yang sibuk ngobrol sendiri dibangku belakang. 'Maaf kak, bukan tidak menghargai tapi kami terlalu excited sih tadi' kataku dalam hati.
Selama lebih dari 45 menit berdiskusi, akhirnya rapat hari ini selesai. Dan kami semua boleh langsung pulang, karena memang waktu pulang Sekolah sudah dari 1 jam yang lalu.
Tapi aku memilih berdiam sebentar karena jujur aku sangat lelah dan lapar tentunya. Tapi uang saku menjadi berat aku keluarkan untuk sekedar cari makan di kantin. Aku lebih memilih menyimpannya dan berfikir makan masakan ibu lebih baik. Lebih hemat dan tentu lebih lezat.
Disaat aku melamun sendirian, tanpa sadar ada yang duduk manis sambil menopang dagu disampingku. "Astaghfirullah" kagetku. Aku heran kenapa ada manusia tiba-tiba datang tapi aku gak tau ya. Apa karena keasyikan membayangkan lezatnya makanan ibu, sampai aku gak peka terhadap sekitar.
"Hai, kamu Echa kan?" Sapanya, sambil tersenyum hangat.
"I.. iya benar kak." Aku tergagap begitu melihat ada cowok tampan yang duduk dengan jarak yang terbilang tidak jauh ini.
"Kamu sudah tau namaku kan?" Tanyanya lagi. Ya jelas taulah, dari MOS juga dia sudah mengenalkan diri. Heranku kenapa cowok ini SKSD sekali. "Kenapa belum pulang?" Lanjutnya.
"Ah itu, aku masih lelah dan lapar" Jawabku tanpa saringan. Karena saringannya tertinggal di rumah hahaha. Saringan teh atau saringan santan. Entahlah tiba-tiba otakku ngeblank.
"Ya udah, yuk ikut aku. Kita ke kantin dan makan. Masih ada teman-teman kamu juga disana. Jadi gak usah sungkan". Ajakan cowok tadi, yang tak lain adalah kak Ghofar.
Sambil berjalan beriringan menuju kantin, kami berdua ngobrol ngalor ngidul. Entah kenapa aku merasa nyaman dengan kak Ghofar, mungkin karena selama ini aku yang anak tunggal. Jadi dengan mudah menganggap dia sebagai kakak laki-laki ku sendiri. 'Apa dia akan merasa keberatan ya jika aku menganggapnya demikian' pikirku saat itu.
Setelah makanan kami habis ludes masuk keperut, aku langsung mengucapkan terima kasih karena telah ditraktir. Misi penghematanku berhasil, senangnya hatiku. Duit ngumpul perut kenyang. Alhamdulillah.
"Echa, kamu lucu" godanya setelah melihat aku mengusap perut kenyangku.
"Hahaha, kak Ghofar bisa aja" aku tersipu malu.
Ku beranikan diri menatapnya sambil berkata. "Bolehkah aku menganggap kakak sebagai sahabatku sekaligus saudaraku?" Tanyaku dengan menampilkan wajah sendu. Jujur aku takut dianggap lancang, menyalah artikan kebaikannya yang mengajakku makan. Sambil tertunduk, aku memejamkan mata dan memaikan jari tangan menunggu jawabannya.
Dia diam saja belum mau mengeluarkan suara, hanya helaan nafas saja yang ku dengar. Tapi, "tentu, tentu saja Echa. Justru dari awal melihatmu aku sudah menyukaimu." Jawabannya ambigu, tapi tak kupikirkan saat itu. Buatku yang terpenting aku sudah punya seorang kakak.
"Makasih, makasih kak Ghofar." Aku berseru semangat sambil menggoncangkan lengannya. Sampai aku tak sadar sudah menyentuhnya.
"Hmm hmm" deheman dari teman kak Ghofar menyadarkanku. Ah betapa malunya aku saat ini. Sedangkan kak Ghofar hanya tertawa renyah sambil mengacak-acak puncak kepalaku.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya olehku, menemukan tiga orang sahabat yang baik serta tulus dan juga seorang kakak angkat yang penuh kasih sayang. Entah karena aku yang selama ini selalu sendiri atau bagaimana. Tapi euforia ini membuatku terlihat gila karena senyum-senyum sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah, akhirnya bisa up lagi. Niatnya mau up maksimal 2 hari sekali. Tapi sakit gigi menghalangi kreatifitasku.
Maaf ya, apabila part kali ini kurang nge feel. Aku gak mau buat kalian yang menunggu kelanjutan cerita ini kecewa, karena aku yang lama update.
Jika ada yang merasa kurang sreg atau ada yang ingin memberi kritik dan saran. Aku persilahkan langsung tulis dikolom komentar.
Terima kasih.
By : Erchapram