"Itu pernyataan, Leya Maura Nugrah!"
"Loh kamu tau nama asli leya dari mana?!" kaget wanita itu.
"Apa yang saya tidak tau?"
"Sombong." ketus Leya kesal, gadis itu rasanya ingin membuang pria di hadapannya ini kelaut saja! benar benar membuat nya naik darah.
"Besok besok gak usah temui Leya!"
"Kalau saya mau ketemu?"
"Kamu nyebelin, Tuan Damian Aarav Niell!"
"Saya menyukai panggilan itu, Leya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan pahit
Leya sedikit kaget mendengar berita dari Arion, Vano akan pergi ke London? Apa kah Vano sudah menyetujui hal itu? Leya bahkan tidak tau. Leya merasa Vano sangat kecewa padanya tapi dia juga tidak berani untuk menemui pria itu.
"Leya." Leya menoleh melihat Ama, dia sedikit tenang ada teman nya di sini.
"Ria mana?"
"Ada di rumah, oh ya dia bakal lanjutin sekolah nya di London."
Pernyataan Ama membuat Leya kaget, Ria juga akan pergi ke sana. Bagaimana pun caranya Leya harus menemui Vano secepatnya, dia ingin meminta kejelasan pria itu
Leya langsung mengajak Ama untuk pergi ke rumah Vano, namun pria itu tidak ada di sana! Leya pergi kerumah Xabian, karna mendapat kabar jika Vano menginap di sana
"Paman, bisa Leya masuk?" ucap nya pada penjaga di sana. Mereka sudah sangat mengenal Leya jadi sangat mudah untuk Leya masuk.
Leya melihat Vano yang tengah menyantai di pinggir kolam bersama teman teman nya, mereka sedang ngobrol dan bermain gitar hal ini membuat Leya tak enak untuk mengganggu nya.
Leya ingin pergi namun Darel sudah dulu melihat nya, pria itu memanggil Leya terpaksa Leya harus pergi ke sana.
Mereka menyapa Leya dan juga Ama, terkecuali Vano! Pria itu hanya diam tanpa berniat mengeluarkan suara, dia sadar jika Leya datang namun dia enggan untuk melihat gadis itu.
"Vano." panggil Leya pelan. Pria itu menolah tampa mengeluarkan suara sedikit pun hal itu membuat Leya merasa sedih.
"Udah kita pergi dulu." sahut Xabian yang merasa peka dengan suasana, mereka pergi meninggalkan Leya dan Vano di sana.
"Aku dengar Damian akan kembali besok."
Pernyataan Vano merasa mengganjal di hati nya, dia menatap pria itu serius dan meminta maap. Leya mengerti perasaan nya sekarang, dia tidak ingin Vano meninggalkan nya.
"Maka dari itu kamu akan pergi ke London?"
Vano tersenyum kecil, dia pergi bukan karna Damian tapi karna ingin melupakan berapa tahun kehidupan yang berwarna ini. Dia juga akan menata masa depan nya di sana.
Lagi pula Vano tidak bisa memaksa perasaan gadis itu, akan sangat percuma jika menjalani tanpa sedikitpun perasaan.
"Aku takut emosi dan akan membunuhnya." canda Vano, pria itu menatap Leya dengan sangat dalam. Sayang sekali selama 4 tahun ini dia tidak bisa membuat Leya jatuh hati padanya.
"Kamu akan meninggalkan Leya?"
"Ley, sebenarnya kamu lah yang meninggal kan ku! Saat kamu mengingat semua tentang Damian, aku sudah perlahan hilang di pikiran mu."
Leya menundukkan kepalanya, dia menahan tangis nya! Sungguh takut menatap pria itu.
"Leya minta maap."
"Aku tidak menyalahkan mu, jangan menangis!"
"Vano, Leya gak bermaksud soal Damian"
"Iya aku tau, tidak usah di bahas lagi." mendengar itu Leya hanya diam, dia tidak berani melihat pria itu dia berniat untuk pergi, namun Vano menahan tangan nya.
"Leya, aku bisa tidak pergi tapi kamu harus menikah dengan ku."
Perkataan Vano benar benar membuat nya kaget, ini terlalu mendadak untuk nya. Apa yang harus dia lakukan sekarang, dia tidak ingin Vano pergi tapi dia juga belum siap untuk menikah.
"Tapi Leya belum siap"
Vano melepaskan tangan gadis itu, dia tersenyum simpul. Dia tau jawaban Leya jadi dia tidak terlalu berharap dengan hubungan nya.
"Aku tau, Minggu depan aku berangkat semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu." setelah mengucapkan itu Vano langsung melenggang pergi.
Leya kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya, dia benar tidak bisa menikah sekarang! Apa tidak ada cara lain agar Vano untuk tetap di sini, ah Leya yang bodoh.
Mendengar perkataan Vano membuat hatinya terasa seperti tertusuk, tidak tau mengapa hal ini sungguh menyakitkan.
Leya mengejar pria itu, dia memeluk Vano dengan sangat tulus untuk pertama kalinya. Namun pria itu melepaskan tangan Leya yang melingkar di perutnya.
"Leya mau, jangan pergi."
"Leya, jangan terlalu memaksa. Aku tidak mau jika kamu terpaksa lagi untuk bersama ku."
"Leya akan cobaa."
Vano tertawa kecil mendengar itu, pernikahan hanya sebuah percobaan? Hal apa yang telah Leya katakan. Pria itu tidak mengerti apa maksud Leya dan apa yang di inginkan gadis ini.
"Leya, aku mohon. Jangan terlalu memaksa perasaan mu, bukan hanya kamu yang sakit tapi aku juga."
Vano hanya mengetes Leya, ternyata dia masih sangat ragu untuk bersamanya. Vano paham, Leya hanya memiliki Damian di hati nya oleh karena itu dia tidak akan terus memaksa Leya untuk berusaha mencintai nya.
"Dulu kamu paksa Leya buat suka sama kamu, tapi sekarang kenapa lepasin Leya gitu aja."
"Leya, aku ingin sekali memaksa mu tapi itu hanya percuma. Seperti aku memiliki ragamu tapi tidak dengan jiwa mu."
Lagian bisa saja Vano melakukan hal nekat, namun Leya selalu menjaga Damian. Ah dia merasa iri dengan pria itu, Tampa bertemu bahkan Leya tetap mengingat nya.
Vano merasa sangat sakit, dia terpikir pada Ria. Apakah ini yang di rasakan nya selama ini
"Vano, apa kamu merencanakannya bersama Ria?"
"Ria?"
"Ya, dia juga akan pergi ke London kan?"
"Aku tidak mengetahui itu." Ah wanita itu selalu tau kemana Vano akan pergi, bahkan dia mengejar Vano secara terang terangan. Namun sial Vano tidak bisa memiliki perasaan padanya.
"Leya, untuk seminggu kedepannya jangan temui aku dulu ya. Seperti nya memang harus untuk pergi, aku akan mencoba menjadi lebih baik agar kamu bisa menerima ku." meski mustahil, Vano hanya berfikir positif.
Leya hanya menurut saja, dia pergi kembali ke tempat tinggal nya. Hidup nya akan sangat sunyi jika tidak ada Vano selama ini.
Dia tidak tau berapa lama Vano berada di sana, tapi dia berharap dia masih di beri kesempatan untuk bertemu pria itu.
"Leya, Lo abis ngomong apa sama Vano kok jadi murung gini?"
"Leya udah salah, Leya beneran mau Vano tapi kenapa tidak bisa?" gadis itu tertunduk lesu, dia sangat tidak bersemangat sekarang.
"Leya, kalau jodoh pasti bertemu kembali."
"Ama, kenapa Ria tiba tiba pergi ke London?"
Ama juga sedikit bingung, wanita itu tidak banyak berbicara dengan mereka sejak 4 tahun terakhir ini. Jadi Ama tidak terlalu tau alasan nya untuk pindah, mereka selalu merasa buat salah pada Ria sehingga gadis itu selalu menghindar.
"Gue curiga banget si Ria ada hubungan dengan Vano." ucap Ama tiba tiba.
"Gak mungkin, tapi dulu waktu itu.."
"Apa?"
"Kamu ingat gak yang pertama kali waktu Leya bertemu Vano? Kan Leya bilang ada dua wanita kan. Leya deketin karna Leya merasa gak asing dengan dia yang sedang mohon mohon. Mirip Ria! Juga kamu bilang kalau Ria gak masuk? Dia juga kek sakit luka luka gitu kan? Apa itu perbuatan Vano?" cerita Leya membuat Ama menjadi sangat curiga.
"Ya, juga nih pas di sekolah dia kek ketakutan gitu gak sih sekelompok sama Vano? Atau dia di ancam?"
"Leya juga mikir gitu, apa Ria suka sama Vano sampe dia rela gitu?"
"Leya, sumpah gue baru ingeet dulu pas pertama gue masuk SMA! Ria cerita ke gue! Dia bilang dia suka sama salah satu cowok tapi cowok itu gak suka sama dia, yaa kek sedih dong dia! Tapi setelah itu dia bilang cowonya psiko. Jadi gue kek gak percaya kan, jadi gue candain aja gue bilang kalau cowo psiko kan emang gak ada rasa cinta."
Leya semakin yakin tentang ini, apa karna ini Ria sampai ingin pindah ke London?!
"Gue rasa Ria terobsesi deh dengan Vano."
"Tapi Vano jahat, apa yang buat dia suka." cicit Leya.
"Dan Lo? Apa yang buat Lo suka sama dia."
"Enggak, Leya gak suka." elak Leya, dia sangat malu.
Mereka masih berada di gerbang rumah Xabian tapi sudah berbicara seperti itu. Vano mendengar perkataan terakhir Leya hal itu benar benar menusuk di hati nya.