Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konspirasi jahat
Retania masih terdiam.dengam tubuh gemetar. Sementara dokter Lingga sudah mendapat pertolongan di ruangan lain. Tubuhnya dipenuhi luka berat.
"Kamu ngga ingat apa yang sudah terjadi?" tanya Eza setelah kerumunan mulai sepi. Ada beberapa suster yang menemaninya, termasuk suster Tiwi.
Mereka masih yakin kalo dokter Retania dan dokter Lingga ngga bersalah. Karena kedua orang itu tampak kebingungan saat tersadar.
Elza bahkan sudah mengambil sampel darah keduanya, untuk dicek, apakah ada kandungan obat yang membuat keduanya ngga sadar.
Retania menggelengkan kepalanya. Susah payah dia .menahan air matanya agar ngga turun, tapi tetap saja menetes.
Perasaannya masih terguncang dengan apa yang barusan terjadi. Kata kata cerai dari Dave menghancurkan dunia yang baru mereka ciptakan.
Retania bingung, pikirannya sulit mencerna. Kenapa dia bisa tidur bersama Lingga. Lagi pula bukan dia yang selingkuh, tapi Davendra.
Davendra pun dengan enteng mengatakan kalimat 'cerai' padanya. Padahal Retania masih butuh waktu untuk bertanya tentang perselingkuhan Davendra.
Tapi laki laki itu dengan mudah menalaknya tanpa menanyainya dulu.
Retania sadar, laki laki itu bersikap begitu hanya untuk menutupi perselingkuhannya.
Apalagi dia dan selingkuhannya akan punya anak.
Kenyataan ini semakin menampar kuat hati Retania.
"Trus kenapa kamu bisa tidur? Kita, kan, belum selesai nugas?" Elza makin penasaran. Dia ngga yakin Retania seteledor ini.
Retania tercekat. Dia teringat, setelah meminum minuman Zulfa, dia merasa pusing dan ngantuk berat. Setelahnya dia ngga sadar.
Zulfa?
Tapi .... Ngga mungkin? Tanpa sadar Retania menggelengkan kepalanya.
Ngga mungkin rekannya bisa berbuat setega itu padanya, sangkalnya lagi dalam hati.
Sekarang pun Zulfa tidak kelihatan.
Dia kemana?
Melihat mimik wajah Retania yang berubah ubah dan sekarang tampak pucat, Elza langsung merasa curiga.
"Kamu dikerjain, ya. Tapi siapa?" desak Elza
"Iya, dokter. Tapi siapa?" suster Tiwi juga ikut mendesak.
"Aku dikasih Zulfa minum dari botolnya. Kemudian aku pusing dan ngantuk. Tap..... Tapi ngga mungkin, kan, Zulfa. Aku pasti salah...." Suara Retania terdengar bergetar. Merasa bodoh dengan kata katanya sendiri.
Sunyi.
"Zulfa? Di mana dia sekarang?" Elza baru tersadar.
"Dokter Zulfa pergi ke.lab. Katanya mau ambil hasil tesnya," sahut suster Tiwi.
Keduanya saling tatap dengan berbagai prasangka yang sama.
"Reta, aku tinggal dulu. Suster Tiwi, titip dokter Retania."
Tanpa.menunggu jawaban Retania dan suster Tiwi, Elza segera pergi mencari temannya.
"Siap, dokter," seru suster Tiwi pada punggung dokter Elza yang sudah menjauh.
Terlambatkah? Batin suster Tiwi cemas. Sudah tiga puluh menit yang lalu dokter Zulfa pergi.
Sementara itu dokter Zulfa sedang bertransaksi dengan seorang laki laki yang mengenakan seragam pengawal.
"Ini bayaran anda," ucap pengawal itu setelah menerima amplop putih dengan korps rumah sakit dari dokter Zulfa.
Zulfa tersenyum menerima sebuah amplop coklat yang ukurannya cukup tebal
"Anda bisa langsung pindah ke rumah sakit yang nyonya tunjuk."
"Ap.... Apa?" Seingatnya bukan begini perjanjiannya dengan nyonya pemilik rumah sakit
"Nyonya tidak ingin keterlibatan anda diketahui. Silakan segera pergi, sebelum yang lainnya tau sepak terjang anda."
Pengawal itu segera membalikkan badan dan berjalan cepat menuju ruang nyonyanya untuk menyerahkan amplop dari dokter Zulfa. Meninggalkan Zulfa yang bengong dengan rasa tidak puas.
Mengapa begini? Harusnya dia tetap di sini, kan? Hatinya ngga terima. Tapi dia juga takut protes. Pemilik rumah sakit ini akan dengan mudah menghancurkannya hanya dengan satu jentikan jari saja.
Hatinya tambah kecewa melihat nama rumah sakit di luar kota yang cukup terpencil yang akan jadi tempat program intershipnya nanti.
Kurang ajar. Nyonya itu menipuku! Marahnya dalam hati.
"Nona, anda harus segera pergi."
Zulfa kaget melihat dua pengawal lain yang datang.
"Tidak. Aku harus menemui nyonya...!"
Kedua pengawal itu langsung menarik kasar tangan dokter Zulfa tanpa mempedulikan teriakannya.
"Lepaskan! LEPASKAAANN!"
Salahnya dia setuju bertemu di lorong yang sepi. Sekarang ngga ada yang mendengar teriakannya.
Dia.pun terpaksa pasrah ketika pengawal itu menempelkan sapu tangan berbau menyengat yang membuat tubuhnya langsung lunglai dan tak sadarkan diri.
*
*
*
"Hasil lab sudah diserahkan pada dokter Zulfa," ucap seorang petugas lab perempuan yang didatangi dokter Elza.
"Sekarang di mana dokter Zulfa?" tanya dokter Elza panik
"Dia sudah pergi. Kalian belum ketemu?" Petugas itu menatap dokter Elza heran.
Elza menggelengkan kepalanya.
"Belum sepuluh menit. Mungkin kalian ngambil jalan yang berbeda."
"Ya, ya. Oh ya, kamu sempat baca hasil labnya?" Ekza harap harap cemas.
"Ngga. Tapi tadi teman teman yang eksekusi hasil lab itu sudah pulang bareng dokter Zulfa. Rindi cs tadi yang ngolah datanya."
Yang benar? Elza langsung lemas.
"Oke, aku mau nyari Zulfa."
Setelah melihat anggukan petugas lab, Elza langsung putar balik mencari Zulfa dengan perasaan bingung.
Sambil berjalan agak cepat dia pun menelpon Zulfa. Berkali kali.
Tapi telpon itu tetap ngga aktif!
Hampir setengah jam Elza ngubek ngubek rumah sakit, tapi dokter Zulfa ngga ketemu. Begitu juga tim eksekusi labnya.
Elza menyandarkan tubuhnya di pilar dengan perasaan campur aduk.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi?
Dokter Astuty yang biasanya pro dengan Retania, kebetulan hari ini juga sudah pulang setelah melakukan operasi. Katanya jantung papanya kumat. Begitu juga kakaknya yang merupakan suami dari nyonya Ivy Oktavia.
Sekarang rumah sakit di bawah kendali nyonya angkuh itu.
Mengapa semuanya kebetulan sekali.
Zulfa! Kalo memang kamu ada sangkutannya di sini, kamu.... JAHAT, batin Elza geram.
'El....!" panggil Ardi, salah satu dokter laki laki internship dengan nafas agak tersengal. Dia kelihatannya habis berlari.
"Loh, kamu, kok, ngga jaga Lingga?" Elza kaget dan jadi cemas lagi karena dia merasa ada konspirasi yang ngga mungkin bisa mereka tembus di kasus Retania dan Lingga.
"Ada Dio yang jaga," jelasnya agar teman sejawatnya tidak begitu panik.
"Ooo...." Kepanikan di wajah Elza sedikit berkurang. Walau tetap saja raut khawatir membayang di sana.
"Lingga sudah dapat surat penghentian internshipnya."
Elza membuka mulut tanpa bisa berkata apa apa. Kekagetan membuat lidahnya kelu.
"Mungkin Retania juga sudah dapat," sambung Ardi lagi. Suaranya terdengar berat.
Kedua temannya langsung dikeluarkan tanpa disidang dulu. Ini benaran gila!
Elza tidak menyahut. Kerongkongannya terasa sangat kering.
"Kata Lingga, ada seseorang yang membuatnya pingsan. Kamu pasti sudah bisa menebak siapa dalangnya, kan? Hanya Nyonya Ivy yang sangat jelas kelihatan ngga menyukai pernikahan mereka," ucap Ardi pelan, seakan tu kalo tembok dan angin bisa saja menyampaikan kalimat kalimatnya pada orang terpenting itu.
"Ya," angguk Elza sangat setuju.
Siapa lagi yang bisa melakukan konspirasi sekejam ini? Rumah tangga yang disaksikan pencipta semesta dengan tanpa perasaan dihancurkan, hingga menimbulkan rasa sakit yang menusuk sampai ke tulang.
"Laki laki itu, cintanya ngga sebesar dengan kesombongannya," kecam Ardi tiada henti.
Kata talak yang dia ucapkan begitu enteng.
Ardi dan Dio, terlebih Lingga sangat geram saat mendengarnya.
"Zulfa menghilang. Aku ngga bisa menemuimya. Padahal aku butuh hasil lab itu," ucapnya getir.
"Maksudmu Zulfa juga ikut dalam konspirasi ini?" Raut wajah Ardi tampak sangat kecewa.
Dia pun meraih ponselnya bermaksud menelpon rekan kerjanya itu.
"Percuma. Aku sudah menelpon berkali kali. Telponnya ngga aktif."
Ardi menoleh pada Elza ketuka mendengar nada suara getir temannya.
Tapi kenapa? Pertanyaan itu terus bergaung di pikirannya.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan