Bagaimana jika perawan tua dan seorang duda tampan dipertemukan dalam perjodohan?
Megan Berlian yang tajir melintir harus mengakhiri kebebasanya di usia 34 tahun dengan menikahi Morgan Erlangga, seorang dokter bedah tulang
yang sudah berusia 42 tahun dan memiliki dua anak remaja laki-laki.
Megan, gadis itu tidak membutuhkan sebuah pernikahan dikarenakan tidak ingin hamil dan melahirkan anak. Sama dengan itu, Morgan juga tidak mau menambah anak lagi.
Tidak hanya mereka, kedua anak Morgan yang tidak menyambut baik kehadiran ibu sambungnya juga melarang keras pasangan itu menghasilkan anak.
Megan yang serakah rupanya menginginkan kedua anak Morgan untuk menjadi penerusnya kelak. Tidak peduli jika keduanya tidak menganggapnya sama sekali.
Ikuti kisah mereka, semoga kalian suka ya...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Megan Sayang
Ada yang bilang ayang Morgan dingin, gak hot. Oke! Fine!
...****************...
Pagi menyapa.
"Kakak, bangun."
David datang ke kamar abangnya sepagi ini. Erick bahkan masih bermain dalam mimpinya.
"Kak! Bangun atau wanita itu akan terus menelponku!"
Lelapnya Erick mulai terganggu. Ia mengucek kedua matanya. "Pukul berapa ini, kau sungguh kejam."
David mendengus seraya memutar bola matanya. "Ini sudah pukul tujuh pagi. Bunda-mu terus saja menelponku memintaku membangunkanmu."
"Bundaku? Beraninya Kau!"
Erick merasa kesal dengan apa yang dikatakan adiknya, mulai berani.
"Lalu apa lagi? Dia sangat perhatian padamu. Setelah aku pikir-pikir ... wanita itu memang ditakdirkan untuk menjadi ibumu."
"Hah! Kau yang membiarkan ayah menikahinya. Jadi Kaulah yang mau jadi anaknya."
David tidak lagi menyanggah ucapan sang kakak, ia pergi setelah kakaknya itu membuka mata lebar.
[Kakak sudah bangun.] David mengirim pesan kepada kontak yang ia beri nama 'Istri Ayah'.
.
Erick lantas meraba ponselnya yang tertutup selimut tebal. Ponselnya berdering.
'Wanita itu' sedang memanggil. Benarlah yang dikatakan David bahwa Megan sedang berusaha menghubungi dirinya.
[Halo nak, bagaimana kondisimu saat ini?] tanya Megan dari ujung sana, tanpa menunggu si sulung menyapanya lebih dulu.
[Berhenti memanggilku nak. Aku bukan anak-anak.]
Megan hanya tertawa ringan dari kejauhan. Ia lalu mengatakan bahwa pelayan akan mengantarkan sarapan dan obat, mengingatkan Erick tidak melewatkan satupun.
[Aku sudah tahu, kak. Tidak perlu terus mengingatkanku!]
.
Acara yang Megan dan Morgan ikuti selama berhari-hari akan berakhir malam ini.
Untuk malam puncak acara akan diumumkan siapa saja yang berhak atas produk terbaru yang sedang launching.
Megan menanti dengan tidak sabar. Ini sungguh mendebarkan baginya. Memeiliki perhiasan limited edition satu ini benar-benar memiliki kesenangan tersendiri baginya.
"Kau setegang itu, Nona Megan?"
"Iya, Dok, apa menurutmu namaku akan terpilih?"
"Lalu bagaimana jika tidak?"
"Aku akan bersedih sepanjang malam."
"Apa perhiasan begitu penting?"
"Tentu saja, itu juga investasi yang menguntungkan."
Morgan hampir saja lupa jika Megan tetaplah Megan yang selalu memikirkan keuntungan dalam setiap tindakannya.
Keduanya sambil berkeliling menikmati kilauan berbagai macam perhiasan yang terpajang di tiap-tiap etalase dan Megan bahkan telah membeli beberapa.
Tepat pukul sepuluh malam, acara berakhir. Namun sayangnya, Megan tak beruntung kali ini. Ia bahkan menemui pihak penyelenggara untuk menanyakan bagaimana mungkin bisa begini?
"Sudahlah! Jangan terlalu bersedih."
Morgan berusaha menghibur sebisanya. Meski wanita ini tidak menangis, tapi terlihat jelas ia sedang menahan cairan bening yang sudah sangat siap untuk turun. Ditariknya istrinya itu menuju tempat yang sepi dari lalu lalang. Lalu dipeluknya Megan sambil mengelus punggung belakangnya.
Pecah sudah tangisan Megan. Meski dia wanita hebat di mata orang lain, tetapi dia tetap seorang yang bisa menangis saat bersedih.
"Aku sangat menginginkannya. Jantungku sampai berdebar tak karuan tapi rupanya hanya sia-sia. Aku sangat sedih."
Meski baru kali ini melihat ada orang yang sesedih ini hanya karena gagal membeli sebuah kalung berlian, Morgan tetap menunjukkan kepeduliannya walau ini tak masuk akal baginya.
"Yang sabar! Ayo kita kembali, aku akan membuatmu kembali berdebar."
"Apa maksudmu, Dok?" Megan menatap sendu dengan mata yang hampir sembab.
"Ayo makan sebelum kembali ke kamar. Saat sedang bersedih, makan adalah solusi."
Keduanya keluar dari area sepi itu setelah Morgan memberi kecupan di pucuk kepala Megan.
Di restoran hotel rupanya tidak sedikit orang yang mampir untuk makan malam di jam ini.
"Aku keluar untuk menjawab telpon." Morgan menyingkir untuk mencari tempat nyaman untuk bicara karena yang menghubunginya adalah seorang pasien yang hendak berkonsultasi.
Kecupan kembali mendarat di pucuk kepala Megan dan ini terjadi begitu saja, mungkin Morgan bahkan tidak sadar dengan apa yang tengah ia lakukan, benar-benar membuat perasaan Megan menghangat.
Haruskah aku mengatakan kalau aku sudah bersih dari tamu bulanan? Bagamana cara mengatakan itu?
Ia menatap punggung suaminya menjauh dengan jantung yang berdebar. Kembali ia lanjut menikmati makanannya.
"Megan, sayang..."
Jelas saja Megan berdiri spontan ketika mendengar sapaan itu dari seseorang yang sangat ia kenal.
"Farrel?"
Drep.
Pria itu menyambar Megan dan memeluknya erat. Sangat erat.
"Aku kembali sayang ..."
Pelukan itu terasa semakin erat seakan membayar semua masa yang terlah terlewat begitu panjang.
Megan masih terpaku. Ia tidak menyangka akan bertemu pria ini lagi.
Orang-orang kompak menoleh ke arah Megan dan Megan menyadari itu. Dirinya bahkan baru saja memamerkan wajah bahagianya kepada orang-orang sekitar setelah mendapat perlakukan manis dari suaminya beberapa saat lalu.
"Farrel, stop." Megan melepas pelukan itu.
"Kita bicara di tempat lain." Megan pergi lebih dulu dan pria bernama Farrel itu mengikutinya.
Ya ... suami bilang ini adalah masalahku dan aku harus menyelesaikannya sendiri.
"Kau pasti kaget melihatku kan? Megan aku sangat senang kau muncul lagi di negara ini."
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" Megan dengan wajah tenangnya terlihat sangat tak bersahabat, kehangatan yang telah ia terima dari Morgan entah menghilang ke mana. Munculnya Farrel yang mengubahnya menjadi dingin.
"Sayang, aku minta maaf. Kau pasti menunggu lama selama ini."
"Orang yang pergi meninggalakan akan kembali dengan berbagai alasan. Maaf, kau bukan lagi apa-apa bagiku."
"Megan, Kau berjanji akan menungguku. Tapi saat aku kembali kau sudah tidak ada."
"Maaf, Farrel kurasa aku harus perjelas sesuatu. Sekarang aku adalah istri seseorang."
"Apa? Farrel tampak tidak ingin percaya.
"Aku sudah menikah. Kau sangat terlambat. Ku kira hanya ini yang bisa aku katakan."
Farrel tetap kokoh mencegah Megan yang hendak melangkah pergi. Dieratkannya pelukannya kembali. Dan Farrel yakin bahwa Megan masih sama. Megan masih menyayanginya.
"Aku sakit dalam waktu yang lama. Pengobatanku berhasil itu sebabnya aku mencarimu lagi. Aku mohon dengarkan dulu penjelasanku."
Mendengar kata 'sakit' sedikit membuat Megan merasa tersentuh. "Kau sakit? Sakit apa?"
Farrel tidak menyia-nyiakan waktu dan mengeluarkan ponselnya. Disana ada banyak bukti tentang kondisinya selama ini dan ini berhasil membuat Megan terperanga.
Tidak disangka pria baik yang dulu sangat ia sayangi ini telah mengidap penyakit mematikan dan ia sembunyikan diam-diam dari Megan.
Air mata Megan meleleh begitu saja. Melihat itu Farrel menghapusnya.
"Inilah yang aku takutkan sayang, kau pasti bersedih jika mengetahuinya."
Megan menangis. Tak tahu tabgisan apa ini, Farrel hanya bisa mendekapnya.
"Maafkan aku, Farrel. Maaf." Dibalasnya pula pelukan itu tanpa menyadari ada seseorang yang mungkin saja terluka melihatnya.
"Iya sayang, tak apa. Tak apa ... aku baik-baik saja sekarang."
.
Morgan yang tidak sengaja melihat pemandangan di depannya hanya tersenyum dalam hati.
Dari pada menyaksikannya, Morgan memilih kembali ke kamar lebih dulu membawa perasaannya yang terasa sangat panas.
Aku meminta dia selesaikan masa lalunya dengan baik, bukan malah saling berpelukan.
.
.
ups! habis guys!
Megan ah bikin panas ayang.
Nantikan kelanjutannya segera guys!
Oia, sapa ya yang waktu itu bikinin othor kopi, rasanya bikin nagih. Lain kali bikinin lagi ya..🤭