Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
.
.
.
Terkadang cinta datang tanpa disadari, begitulah yang terjadi kepada Faisal. Tanpa ia sadari kalau dia sudah jatuh cinta.
"Selama ini aku tidak pernah merasakan seperti ini saat berdekatan dengan seorang gadis," batin Faisal.
"Hey, kenapa ngelamun?" tanya Ars sambil menepuk pundak asisten pribadinya itu.
"Ehh, bikin kaget aja," ucap Faisal.
"Ngelamun terus, kalau cinta ungkapkan. Ntar keduluan orang lain," kata Ars. Aleta hanya tersenyum saja.
"Gak ada, siapa juga yang jatuh cinta?" tanya Faisal.
"Jangan begitu ntar nyesel loh," kata Ars.
Diluar pekerjaan mereka memang sering bercanda dan saling menggoda satu sama lain. Aleta hanya diam kemudian ia masuk kedalam restoran tersebut.
"Ada yang ingin ketemu tuh," kata Aleta saat ia sudah menghampiri Nia.
"Siapa? Perasaan aku tidak ada janji sama seseorang," tanya Nia.
"Temui saja dulu," kata Aleta.
Nia mengernyitkan dahinya, karena merasa tidak ada yang ia kenal. Ya Nia orangnya cukup menjaga jarak dari kaum yang bernama pria bahkan dengan teman kerjanya sekalipun.
Aleta menarik pelan tangan Nia, kemudian mempertemukan nya dengan Faisal. Keduanya saling pandang sebentar lalu menunduk.
"Yee pada malu-malu, tadi katanya suka," goda Aleta.
Nia dan Faisal seketika mendongak, keduanya memandang kearah Aleta lalu saling pandang. Faisal mengangguk.
"Ya, aku memang suka kamu," ucap Faisal to the point.
Nia semakin tertunduk dan tidak bisa berkata apa-apa. Sebenarnya Nia juga punya perasaan yang sama, hanya saja dia ragu. Karena ia hanya dari keluarga kurang mampu. Tapi semenjak bertemu Aleta dan merekomendasikan untuk bekerja di restoran, Nia pun mencoba melamar pekerjaan. Dan ternyata langsung diterima.
Nia tidak tahu kalau yang merekomendasikan pekerjaan itu adalah pemilik restoran tersebut.
"Mari!" ajak Aleta sambil menarik pelan tangan Ars. Ars hanya menurut saja meninggalkan mereka berdua.
"Mau kemana?" tanya Ars.
"Ya kedalam lah, masa mau diluar terus," jawab Aleta.
"Biarkan mereka, kita akan beri mereka waktu untuk berbicara dari hati ke hati lewat tatapan mata," kata Aleta bijak.
"Bagaimana dengan kita?" tanya Ars.
"Kita?" tanya Aleta balik.
"Ya, aku menunggu jawabanmu," jawab Ars.
"Kita jalanin aja dulu, hmmm," kata Aleta menaik turunkan alisnya.
Kini keduanya duduk dikursi dan memesan makanan kepada koki restoran ini. Koki pun menyiapkan yang Ars pesan bersama Aleta.
Sementara disisi lain...
Seorang gadis sedang berlari dan berusaha melepaskan diri dari kejaran musuh. Dia terus berlari dan berlari sehingga tidak sadar menabrak seseorang. Dan gadis itu terduduk, dengan cepat ia bangkit kembali dan kembali berlari.
Aldebaran yang baru saja selesai bertemu klien pun merasa heran dengan gadis itu. Tapi sesaat kemudian ia menyadari ada yang tidak beres. Dan benar saja, ada beberapa orang sedang mengejar gadis itu.
Ya orang yang ditabrak oleh gadis itu adalah Aldebaran. Awalnya Aldebaran tidak peduli, tapi setelah menyadari ada sesuatu yang tidak beres terjadi dia pun bergegas masuk kedalam mobil untuk menyelamatkan gadis itu.
"Hentikan...!" Suara lantang dan menggema membuat mereka semua menoleh.
Karena beberapa orang penjahat itu sedang memukuli bahkan menyeret gadis tersebut.
Mendengar suara dari arah belakang mereka, mereka pun menghentikan aksinya.
"Mau apa kamu? Jangan ikut campur urusan kami," tanya salah satu dari mereka.
"Aku tidak akan ikut campur kalau kalian tidak menyakiti gadis itu," jawab Aldebaran.
"Cari mati nih orang," kata salah satu dari mereka. Kemudian ia maju sambil mengeluarkan pisau dari saku jasnya.
Aldebaran yang melihat itu hanya tersenyum sinis. Pria itu terus maju, karena ia sangat yakin bisa menghabisi Aldebaran.
Syuut ... Syuut. Pria itu mengayunkan pisau kearah Aldebaran. Aldebaran menghindar dengan gesit. Hingga akhirnya Aldebaran memutar tubuhnya dan menyikut tulang rusuk pria itu. Seketika pria itu menjerit kesakitan.
"Aaakh...." pria itu terduduk ditanah karena kesakitan.
Kemudian Aldebaran menendang kepala pria itu hingga terjungkal ke tanah.
Yang lain melongo melihat bos mereka dengan mudah dikalahkan oleh Aldebaran. Mereka berjumlah 4 orang, satu sudah tumbang hanya tinggal tiga lagi.
Ketiganya tersadar dari keterkejutan mereka, dan langsung maju untuk melawan Aldebaran. Aldebaran terlihat santai-santai saja.
Mereka maju bersamaan, dan mengepung Aldebaran dari tiga sisi. Aldebaran berada ditengah saat ini. mereka semua maju dan menendang Aldebaran secara bersamaan. Tapi dengan gesitnya Aldebaran mengelak.
Sehingga tendangan mereka tidak mengenai sasaran. Mereka tidak menyerah malah semakin beringas untuk menyerang. Kali ini mereka menendang lagi, tapi satu dari mereka ditangkap kakinya oleh Aldebaran. Kemudian menendang balik salah satu dari mereka. Kaki yang Aldebaran tangkap tadi langsung dipelintir oleh Aldebaran sehingga orang itu terpental ke tanah.
Kali ini giliran Aldebaran yang menyerang mereka satu lawan 4 itu bukan apa-apa bagi Aldebaran. Akhirnya mereka pun terbaring tidak berdaya ditanah. Kemudian Aldebaran menghubungi polisi.
Aldebaran melihat keadaan gadis itu yang ternyata sudah tidak sadarkan diri. Aldebaran pun segera mengangkat tubuh gadis itu dan memasukkan kedalam mobil. Aldebaran harus segera membawanya kerumah sakit.
Karena panik Aldebaran dengan kecepatan tinggi mengendarai mobilnya. Aldebaran tidak peduli kalau banyak orang yang mengumpat kepadanya. Yang penting baginya bisa menyelamatkan nyawa orang lain karena itu lebih penting.
Aldebaran tidak sadar kalau tindakannya itu bisa membahayakan dirinya dan juga orang lain. Atau mungkin bisa berakibat lebih fatal.
Aldebaran tiba dirumah sakit milik Cahaya, melihat Tuan muda keluarga Henderson menggendong seorang gadis, para suster bergegas mengambil brankar untuk gadis itu.
"Selamatkan gadis itu dok," kata Aldebaran.
"Tuan tenang saja, kami akan berusaha sebaik mungkin," jawab dokter itu.
Gadis itu pun dibawa keruangan UGD untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Aldebaran duduk dikursi tunggu didepan ruangan itu. Cahaya yang kebetulan ingin pulang setelah selesai melakukan operasi pada seorang pasien pun mengernyitkan dahinya kala melihat sang putra.
"Al, sedang apa dia disini?" batin Cahaya.
Merasa penasaran Cahaya pun menghampiri putranya. Dan menyentuh pundaknya. Aldebaran menoleh saat ada yang menyentuh pundaknya.
"Bunda?" Aldebaran bangkit dari duduknya.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Cahaya.
Aldebaran menghela nafas panjang sebelum menceritakan semuanya. Lalu Aldebaran pun menceritakan semuanya yang dialami gadis itu.
"Begitulah ceritanya Bun," kata Aldebaran mengakhiri ceritanya.
"Kamu mengenalnya, Nak?" tanya Cahaya. Aldebaran menggeleng.
"Ya, sudah. Kamu jaga dulu gadis itu, bila perlu cari tau penyebabnya mengapa bisa seperti ini?" pesan Cahaya pada putranya.
"Iya Bun," jawab Aldebaran.
"Ya sudah, Bunda pulang dulu. Ayahmu dari tadi menelepon Bunda," pamit Cahaya.
Aldebaran mengangguk dan hanya memperhatikan saja Bundanya pergi hingga tidak terlihat lagi. Aldebaran kebagian administrasi untuk mengurus biayanya dan juga ruangan untuk gadis itu nantinya.
.
.
.