Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Lima
Heekk
Cia menutup mulutnya dengan cepat ketika sendawa yang di keluarkannya terdengar.
"Hehehe kelepasan Kak maaf." Cengir Cia yang di angguki oleh Aaro.
"Kenyang hnm?" kekeh Aaro kecil.
"Kenyang Kak, full tank banget ini mah." Ujar Cia sambil mengusap perutnya pelan membuat Aaro terkekeh mendengarnya.
"Nanti sore kita ke rumah mama ya? Mau gak Ay?" Tanya Aaro yang membuat Cia menyerngitkan keningnya bingung.
"Mama Cia Kak? Atau Mama Sana?" Tanya Cia menatap Aaro dengan kepala yang dimiringkan serta raut polosnya.
"Cia mau mama yang mana?" Tanya Aaro lembut. Diusapnya pipi Cia lembut kemudian menyubitnya agak keras membuat wanita itu berteriak kencang.
"Sakit Kak Aaro, kenapa sih suka banget nyubit pipinya Cia?" Teriak Cia kesal membuat Aaro meledakkan tawa yang sedari tadi di tahan oleh laki-laki itu.
"Makanya kamu jangan gemesin kaya gitu tau Ay, aku kan jadi gak tahan pengen nyubit kamu." Ujar Aaro membuat wanita itu menggembungkan pipinya sebal.
"Kan... Kayak gitu, siapa yang gak gemas coba?" Tanya Aaro gemas.
"Jangan di cubit ish... Kan pipinya Cia sakit tau Kak." Protes Cia kesal.
"Yaudah, maafin ya sayang?" Tanya Aaro kemudian mengulurkan tangannya ke arah Cia, mengusap pipi yang sudah memerah itu dengan lembut.
"Di maafin karena Kak Aaro udah masakin Cia makanan enak tadi." Cengir Cia membuat Aaro tersenyum.
"Jadi masakan aku enak Ay?" Tanya Aaro mendapatkan acungan kedua jempol Cia.
"Cia kasih Kak Aaro empat jempol." Ujar Cia yang membuat Aaro bingung
"Itu cuma dua jempol Ay, dua nya lagi mana?" Heran Aaro karena jempol yang di berikan Cia memang dua yaitu tangan kanan dan kirinya.
"Loh? Empat dong Kak, nih, tambah dua jempol kaki Cia." Ujar Cia menatap ke arah kedua kakinya yang memang sejajar dengan kedua jempolnya.
Aaro yang mendengar perkataan gadis itu kembali meledakkan tawanya.
"Bisa aja kamu Ay," Ujar Aaro setelah tawanya reda.
"Jadi mau pergi kerumah mama yang mana?" Tanya Aaro menatap ke arah Cia.
"Nanti kita ke rumah Mama Sana aja dulu Kak, terus besoknya Cia mau nginep di rumah Mama Ratih. Boleh Kak?" Tanya Cia yang di angguki oleh Aaro.
"Rumah Mama Sana gak mau nginep juga?" Tanya Aaro yang mendapatkan gelengan kepala oleh Cia.
"Kan baju Cia gak ada disana Kak." Ujar Cia dengan polosnya.
"Kan bisa bawa dari sini Sayang. Lagian tanpa sepengetahuan kamu, Mama pasti udah beliin baju buat kamu terus di simpan di sana." Jelas Aaro membuat kening gadis itu berkerut.
"Kok gitu sih Kak?" Tanya Cia tidak mengerti.
"Karena, Mama obsesi banget pengen punya anak cewek, jadi waktu ada kamu mama pasti bakalan lakuin hal kayak yang aku sebutin tadi Ay." Ujar Aaro. Sebenarnya laki-laki itu sulit menjelaskannya. Cia mempunyai rasa keingintauan yang sangat besar membuat Aaro kadang kesulitan menjawab pertanyaan istri mungilnya itu.
"Tapi..."
"Mandi yuk, kita siap-siap buat ke rumah Mama." Ajak Aaro memotong perkataan Cia. Jangan sampai pertanyaan Cia merambat ke mana-mana. Pikir Aaro.
"Yuk." Ujar Cia dengan antusias.
"Mandi berdua mau gak Ay?" Tanya Aaro menaikkan kedua alisnya menggoda Cia.
"Kak Aaro udah gede, udah bisa mandi sendiri. Kenapa mau mandi berdua coba?" Tanya Cia dengan polosnya.
Aaro menepuk keningnya keras. Dia lupa jika Cia ini masih polos bercampur ngeres secara tidak langsung.
"Mandi berdua Ay, kan siapa tau kamu pengen aku bantuin mandi gitu?" Tanya Aaro.
"Cia bisa mandi sendiri tau... Mana ada orang udah gede masih di mandiin sih?" Kesal Cia karena mengira Aaro yang menganggapnya masih kecil sehingga harus di mandikan.
"Bukan gitu loh Ay, tapi... gak jadi deh Ay kamu mah ih." Kesal Aaro karena Cia yang masih belum mengerti juga.
"Cia gak ngerti Kak." Ujar Cia membuat Aaro menepuk keningnya pelan.
"Udah Ay udah." Pasrah Aaro yang di angguki oleh Cia.
"Kak Aaro mandi duluan gih, Cia mau cuci piringnya dulu sambil nunggu Kak Aaro mandi." Ujar Cia.
"Iya Ay, aku mandi duluan ya." Ujar Aaro kemudian pergi meninggalkan Cia sendirian ketika sudah mendapatkan anggukan dari gadis itu.