Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Aegle melangkah penuh percaya diri ke area kompetisi, menyadari aura kekuatan baru dalam tubuhnya setelah mencapai level 4. Dari kejauhan, Ester memperhatikan Aegle dengan mata menyipit. “Bukankah dia baru di tingkat 2 beberapa hari yang lalu? Bagaimana mungkin dia sudah mencapai tingkat 4 dalam waktu singkat?” gumamnya dengan nada heran dan penuh kecemburuan. Meski begitu, Ester tetap merasa yakin bahwa ia akan mengalahkan Aegle dengan mudah.
Kompetisi pun dimulai, dan peserta diperintahkan untuk mengambil bahan-bahan di ruang penyimpanan sebagai persiapan untuk meracik pil. Ini adalah babak pertama dari beberapa babak yang harus mereka lalui. Aegle berjalan perlahan, memperhatikan dan memilih bahan-bahan dengan cermat. Ester, yang memperhatikan Aegle dari belakang, mengikuti langkahnya dan mengambil bahan-bahan yang sama, berniat untuk meniru resep pil yang akan dibuat Aegle.
Setelah mengumpulkan bahan-bahan, para peserta kembali ke tempat mereka masing-masing. Aegle memulai prosesnya dengan tenang, memasukkan bahan-bahan ke dalam tungku pembakaran satu per satu sesuai urutan yang telah ia pelajari. Ester yang meniru setiap gerakan Aegle, tersenyum sinis, merasa yakin akan segera menyelesaikan pilnya lebih dulu.
Dengan cepat, Ester menyelesaikan pil buatannya dan memamerkannya kepada para juri. “Lihat, ini adalah Pil Kehidupan tingkat 5,” ucapnya bangga, diiringi tawa sombong dan tatapan penuh kemenangan ke arah Aegle.
Orang-orang yang melihat pil Ester pun terkesima dan mulai memuji kecerdasannya. “Luar biasa! Ester Vossler benar-benar jenius!” seru salah satu penonton.
Namun, Aegle tetap tenang, tidak terpengaruh oleh sorakan atau ejekan yang diarahkan padanya. Ia terus berfokus, mengendalikan aliran energi dan menjaga konsentrasinya pada tungku pembakaran. Beberapa saat kemudian, pil yang ia ekstrak akhirnya selesai.
Ketika Aegle menunjukkan pilnya, para penonton terkejut, pil yang ia buat tampak sama persis dengan milik Ester. Sontak, kerumunan mencemoohnya, mengira ia hanya meniru hasil karya Ester. “Peniru! Tidak punya kemampuan sendiri!” suara-suara mengejek terdengar dari segala arah.
Ester, melihat reaksi para penonton, mendekati Aegle dengan senyum puas dan mengejek.
“Lihat, bahkan Ketua Yun tidak sudi memandang pil hasil karyamu. Akulah pemenangnya!”
Namun, Aegle hanya tersenyum kecil. Ia tidak merasa terintimidasi. “Jangan terlalu cepat merasa menang, Ester.”
Sebelum para juri menyelesaikan penilaian, Aegle mengeluarkan botol kecil berisi cairan khusus dari saku alkemisnya. Dengan hati-hati, ia meneteskan cairan tersebut ke pilnya. Seketika, kulit luar pil yang tampak biasa itu mengelupas, memperlihatkan inti pil yang memancarkan cahaya berwarna hijau terang. Aura yang keluar dari pil itu begitu kuat hingga menggetarkan udara di sekitarnya.
Ketua Yun tertawa kagum. “Luar biasa! Pil Kehidupan tingkat 6! Kau benar-benar mengejutkan kami, Aegle!”
Kerumunan terdiam sejenak sebelum akhirnya terdengar gumaman takjub dari berbagai penjuru. Penonton yang sebelumnya mengejek Aegle kini berbalik mencemooh Ester. “Jadi, yang sebenarnya meniru itu Ester!”
Wajah Ester memerah karena malu dan amarah yang membara di dalam hatinya. Tidak terima dengan penghinaan yang baru saja ia terima, ia melangkah maju dan menatap Aegle dengan penuh kebencian. “Jangan senang dulu! Aku menantangmu di babak kedua, Aegle. Kita lihat siapa yang sebenarnya lebih unggul!”
Aegle menatap Ester tanpa rasa takut, hanya menyunggingkan senyum percaya diri. “Aku akan menerima tantanganmu, Ester. Tapi kali ini, bersiaplah untuk melihat kemampuanku yang sebenarnya. Aku tidak memperhitungkan kecuranganmu kali ini, namun jangan harap kau akan mendapatkan kebaikanku di lain waktu.”