SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Sudah lewat dari waktu yang dijanjikan oleh Declan, tapi pria itu belum juga datang dan juga tidak menghubunginya. Ia merasa gelisah, takut terjadi sesuatu pada pria itu. Ia berjalan mondar mandir diruang tamu dan melepas kembali sepatunya dengan membuang benda tersebut disudut ruangan dengan kesal.
Seharusnya ia tidak mudah percaya pada pria itu. Seperti kata Serena, adiknya. Hubungan mereka tidak akan pernah berjalan dengan baik baik dulu maupun sekarang. Lucy menatap sisa buah stroberi yang ia bawa pulang, dan merasa sedih. Andai saja Declan menelpon dan mengirim pesan jika terjadi sesuatu, mungkin ia akan menerimanya.
Lucy kembali melirik jam tangannya dan memutuskan sudah waktunya ia makan malam sendirian. Sudah lewat satu jam dan perutnya sudah mulai terasa lapar. sambil menggigit bibirnya, Lucy bertanya-tanya apakah bulan ini ia sudah berbelanja dan mengisi kulkasnya? "Apa susahnya mengirim pesan atau menghubungi beberapa detik," batin Lucy dengan kecewa.
Tepat saat dirinya akan berganti pakaian, ia mendengar suara ketukan di pintu. Ia menoleh dan memastikan bunyi tersebut. Dengan cepat dan bersiap untuk memarahi Declan, ia membuka pintu sebelum ketukan kedua.
"Kau sangat terlamb-... Daddy?"
"Sepertinya kau sedang menunggu seseorang?" Tanya Darren sembari masuk kedalam rumah dan menatap putrinya yang terlihat cantik dengan gaun malam berwarna biru. "Apakah kau akan pergi keluar?"
Lucy menyadari ia masih belum mengganti pakaiannya karena mengira yang datang adalah Declan. "Aku hanya mencobanya dan akan berganti pakaian. Mengapa Daddy tidak menghubungiku terlebih dahulu jika akan datang kesini? Bagaimana jika aku sedang tidak berada dirumah?"
"Daddy kebetulan lewat dan melihat lampu rumahmu menyala. Jadi Daddy memutuskan untuk singgah sebentar untuk menyapamu." Jawab Darren.
"Apakah Daddy meninggalkan Mommy dan berjalan-jalan sendirian dikota romantis ini?" Tanya Lucy begitu keluar dari dalam kamar dan menyiapkan minuman untuk ayahnya.
Darren tersenyum dan mengambil gelas minuman dari tangan putrinya. "Mommy kesayanganmu sedang sibuk berbelanja bersama kakaknya, karena besok mereka akan berkunjung ke beberapa panti asuhan. Bukankah kau juga akan ikut?"
"Aku menggantikan Serena untuk ikut, karena adikku itu sudah berjanji untuk membantu temannya melakukan operasi disalah satu rumah sakit yang ada di pedesaan. jaraknya sangat jauh, tapi dia akan baik-baik saja selama bersama tunangannya yang seperti beruang itu." Lucy berkata sembari tersenyum ketika melihat ekspresi wajah ayahnya yang terkejut ketika ia membicarakan Dominic.
"Bagaimana jika Daddy mencarikan pria seperti beruang untukmu?" Kata Darren dengan bercanda dan tertawa ketika melihat wajah putrinya yang terkejut.
"Daddy jangan pernah memiliki keinginan untuk mencarikan aku jodoh seperti yang dilakukan Mom. Aku tidak menyukainya dan Daddy sudah berjanji waktu itu" sahut Lucy mengingatkan sang ayah dengan wajah cemberut.
Darren menatap punggung putrinya ketika sedang menuangkan minuman untuk dirinya sendiri, ia terlihat gelisah dan sesekali melirik kearah pintu masuk. "Daddy bertemu dengan pria itu beberapa saat lalu ketika menghadiri undangan dengan rekan bisnis dan juga para investor. Dia terlihat sangat sibuk berbicara dengan banyak orang."
"Sepertinya begitu, mengingat dirinya sudah seperti selebriti yang muncul di televisi dan juga beberapa majalah bisnis. Dia berhasil menjalankan bisnisnya dengan baik dan sukses" Lucy berkata perlahan dan mencoba tersenyum ketika menatap wajah ayahnya.
"Apa kau masih menyukainya?" Tanya Darren.
"Ia berharap tidak akan jatuh cinta pada pria itu lagi, tapi ia tidak bisa menerima pria lain dalam hidupnya" batin Lucy sembari menatap keluar jendela. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan ayahnya dan mengalihkan pembicaraan ke hal lain.
...****************...
Sudah dua jam lamanya Declan duduk didalam mobil miliknya yang terparkir tidak jauh dari rumah Lucy. Ia sudah membuat wanita itu kecewa dengan tidak menepati janjinya. Declan masih terganggu dengan sindiran yang dilontarkan ayah Lucy pada pertemuan mereka yang secara tidak sengaja saat makan malam beberapa jam yang lalu.
Sejak mengambil alih tempat perjudian terbesar dikota ini membuat ia mendapatkan banyak masalah dari beberapa orang yang berkuasa. Declan berpikir dengan keputusan mengambil alih tempat tersebut akan membuat dirinya berada di level teratas dari keluarga Lucy. Ternyata tidak semudah itu. Mereka terlalu disegani dan dihormati dikalangan manapun.
Ia juga tahu bagaimana ayah Lucy mencari tahu semua kegiatannya secara diam-diam, bahkan beberapa diantaranya sengaja dilakukan terang-terangan oleh pria yang terkenal dingin dan kejam itu. Siapa sangka dia sangat lembut ketika berada bersama istri dan kedua putrinya. Sangat berbeda dengan sosok yang ia lihat tadi.
Berbagai tekanan dan juga informasi datang dengan banyak bukti terkait hubungan pamannya dengan ayah kandungnya yang selama ini membantu dirinya dalam menjalankan bisnis. Seolah memaksa dirinya mencari tahu kebenaran yang sedang disembunyikan oleh pria paruh baya itu.
"Sial. Ia tidak memiliki keinginan untuk mengetahui pria yang sudah membuangnya" Declan berkata sembari memukul setir mobil. Masih banyak yang harus ia kerjakan demi mencapai apa yang sudah ia rencakan setahun ini. Declan masih membutuhkan dana dari beberapa investor untuk memenangkannya dalam mengambil alih sepenuhnya tempat itu.
Declan mengangkat wajahnya ketika mendengar suara ketukan dikaca mobilnya. Ia melihat wajah wanita yang ia rindukan terlihat pucat dan tanpa riasan apapun. Setelah menurunkan kaca mobil dengan perlahan, ia bisa melihat Lucy benar-benar pucat dan sedang menahan sakit. "Apakah kau baik-baik saja?"
"Apa yang kau lakukan disini tengah malam begini?" Tanya Lucy dengan suaranya yang dipaksakan.
Declan membuka pintu dan menyentuh kedua pipi Lucy dengan telapak tangannya. "Kau sangat panas, Lucy. Lebih baik kita kerumah sakit."
"Aku memang berencana untuk pergi ke rumah sakit. Aku sudah memesan taksi. Dec, apa yang kau lakukan disini?" Lucy bertanya lagi sembari menyentuh lengan pria itu.
Declan menundukkan kepalanya dan menempelkan dahi mereka berdua. "Aku ingin menemuimu dan meminta maaf karena tidak menepati janjiku. Tapi, aku takut kau tidak akan membukakan pintu dan memaafkanku."
Lucy berusaha menelan ludahnya dan merasakan sakit. "Sudah berapa lama kau berada disini? Seharusnya kau menghubungiku jika kau sibuk."
"Kau terlihat kesakitan, sebaiknya kita cepat ke rumah sakit." Declan berkata sembari membuka pintu mobil.
Ia kemudian memasang sabuk pengaman dan menyelimuti Lucy dengan jas miliknya. "tidurlah jika kau merasa sulit untuk membuka mata. Aku akan membangunkanmu saat kita sudah tiba di rumah sakit."
Lucy memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur. Ini pertama kalinya ia merasakan tubuhnya lemah dan tidak bertenaga. "Bisakah kau tidak menghubungi adikku? Dia akan sangat khawatir. Aku tidak ingin dia datang kesini dan meninggalkan tugasnya yang sangat penting."
"Baiklah. Aku yang akan menjagamu, Lucy." Kata Declan sembari mengusap pipi wanita itu dengan lembut.