Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Mir..Miranti tunggu dulu. Miranti..." lelaki berjas itu menarik lengan Miranti hingga berdiri menghadap nya.
Berulang kali dia berusaha mendekati wanita yang pernah menjadi kekasih nya dulu. Namun, kesekian kalinya pula wanita itu menghindar.
"Apa sih...aku udah bilang kan jangan pernah muncul di depan aku. Aku tuh lama-lama bisa gila hadapi kamu tau gak," ketus wanita itu yang masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda.
"Mir, kamu jangan egois lah. Anak-anak kita masih butuh orang tua. Dan aku siap untuk menjadi pengganti teguh. Begitu pun kamu yang akan menggantikan almarhum istri ku," ucap Pasha.
"Aku gak butuh kamu. Aku bisa jaga anak-anak aku sendiri. Dan mereka juga gak butuh kamu. Ingat hanya ada satu anak yang terlibat. Bukan berarti kamu bisa mendapatkan semuanya termasuk aku," tegas Miranti.
"Iyaa aku tahu. Tapi bukankah lebih baik kita sekalian mengurus semuanya bersama. Agar tidak ada yang terlantar. Kamu juga masih punya perasaan kan sama aku. Dulu kita berpisah karena kamu di jodohkan. Dan aku yakin hati kamu masih tetap buat aku,"ucap Pasha.
Miranti tersenyum miring mendengar ucapan Pasha yang terlalu percaya diri.
"Hubungan kita udah lama selesai, dan bagi aku kamu hanya lah masa lalu. Aku gak bisa terima kamu lagi. Aku sudah lebih nyaman dengan kesendirian ku saat ini,"
"Oke, mungkin sekarang kamu belum siap Miranti dan aku akan nunggu kamu terus. Tapi, izinkan aku bertemu dengan anakku. aku ingin membalas semua kesalahan ku di masa lalu," ujar Pasha memohon. Mereka sudah seperti ABG yang tengah bertengkar.
"Kamu cari aja sendiri. Dia udah aku usir kemarin. Ternyata sifat brengsek mu itu menurun ke dia,"sinis Miranti.
"Maksud kamu? Kalau kamu memang gak bisa terima dia lagi, bilang sama aku. Dia masih punya ayah, dia anak perempuan Miranti. Kalau terjadi sesuatu dengannya di luar sana bagaimana?"
"Ohh yaa. Kenapa gak dari dulu aja kamu ambil anak itu. Kalau bukan karena almarhum suami aku, mungkin anak itu gak akan ada. Asal kamu tahu, dia itu udah godain abangnya sendiri. Aku tuh gak habis pikir yaa, kurang keras apa aku didik dia. Tapi liat kelakuannya udah kayak wanita malam,"
"Gak mungkinlah dia kayak gitu. Pasti anak laki-laki kamu yang sudah gila. Atau mungkin dia sengaja memfitnah Aqilla agar kamu semakin membenci dia,"
"Tapi aku punya bukti. Aku temuin pil pelumas di laci kamarnya. Masih mau bilang kalau ada yang sengaja letakkan itu di kamarnya iya. Sudah lah Pasha, kamu belum lama kenal sama anak itu. Mukanya saja yang lugu, tapi kita tidak tahu kan pergaulan dia di luar sana kayak gimana," protes Miranti.
"Justru karena kamu yang lebih lama sama dia. Harusnya kamu dong yang lebih tau sifat Aqilla gimana. Selama ini pernah gak dia pulang sampai larut malam? Main sama teman-teman nya gak kenal waktu? Jangankan pulang malam, pergi main aja dia gak pernah kan,"
"Dan kamu malah lebih percaya sama anak laki-laki kamu yang bahkan dia udah dewasa. Harusnya dia yang kamu curigai. Jangan karena Aqilla itu anak yang gak kamu ingin kan, kamu jadi gelap mata. Kamu selidiki dulu sebelum memutuskan sesuatu. Dia juga butuh kasih sayang Miranti, dia bukan robot yang harus nurut semua perintah kamu," terang Pasha.
Miranti terdiam mencerna setiap kalimat yang di lontarkan mantan kekasihnya itu. Ucapannya ada benarnya juga. Rasa benci yang sudah tertanam sejak dulu membuat dia tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah. Selama ini juga dia selalu menyalahkan Aqilla meskipun anak itu tidak melakukan kesalahan.
"Aku mau pulang. Tolong kamu cari dia. Kalau kamu bertemu dia tolong jaga dia untuk sementara waktu. Aku akan menyelidiki ini semua," tandas Miranti berlalu meninggalkan Pasha.
Di sebuah kamar bernuansa serba putih dengan bau obat-obatan yang menyengat. Aqilla terbaring lemah tak sadar kan diri. Tangan kanan nya sudah di pasang selang infus. Wajahnya tampak tenang saat ia dalam keadaan terpejam.
Setelah hampir satu jam Aqilla pingsan, akhirnya ada tanda-tanda dia akan sadar. Matanya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk di pupilnya. Pandangan nya memindai sekeliling ruangan yang sepi. Hanya ada dirinya sendiri di sana.
"Kok aku bisa di rumah sakit, siapa yang bawa aku kesini?" monolog Aqilla saat menyadari dirinya sedang di infus.
"Syukurlah akhirnya kamu sadar. Sebentar yaa saya periksa dulu. jangan banyak gerak dulu kamu kan masih lemas," ujar wanita berseragam serba putih yang dia yakini adalah seorang dokter.
"Ma... maaf dok. Saya kok bisa disini ya. Kalau boleh tahu siapa yang bawa saya kesini?" tanya aqilla pelan.
"Ohh teman kamu. Seperti nya dia lagi keluar, cari makan mungkin. Sebentar lagi juga pasti datang," ujar Bu dokter ramah.
"Ya sudah kamu istirahat lagi ya. Saya keluar dulu, permisi," pamit Bu dokter dan membawa kembali peralatannya.
"Teman, siapa? Nathan? Masa iya dia yang bawa aku kesini," monolog Aqilla. Kening nya berkerut, menebak-nebak siapa teman nya yang di maksud.
Tak lama suara pintu terbuka kembali terdengar. Aqilla menunggu orang itu masuk. Ia ingin tahu siapa sebenarnya yang sudah menolong nya.
"Hai qilla, gimana keadaan kamu udah enakan belum?" tanya Edo. Dialah orang yang tadi masuk dengan menenteng beberapa bungkus makanan dan aneka cemilan.
Aqilla sedikit tercengang melihat lelaki itu. Penampilan Edo sangat jauh berbeda saat dia sedang di sekolah. Dia juga tidak memakai kacamata nya. Dengan memakai kaus hitam yang di padukan dengan celana Levis dengan warna senada. Serta rambut hitam nya yang disisir asal. Membuat aura culunnya hilang. Edo berubah 180 derajat lebih tampan dari yang aqilla lihat di sekolah.
"Hello, Aqilla kok bengong?" tanya edo mengibaskan tangan di depan wajah Aqilla.
Sontak Aqilla kembali tersadar dari lamunannya dan sedikit tergagap.
"Ehh, nggak. Kamu beda sama yang di sekolah. Aku kira orang lain tadi," ujar Aqilla.
"Kenapa, Aku keren ya kalau di luar? Kamu suka?" tanya edo to the point.
" gak gitu. Apa sih kamu, jadi kamu yang bawa aku kesini? Kok bisa?"
"Aku tadi lagi habis dari rumah bude aku. Terus iseng lewat rumah kamu. Ehh, ternyata aku lebih dulu nemuin kamu pingsan di jalan. Jadi aku bawa ke rumah sakit aja deh," jelas Edo tersenyum.
"Oh iya, ini aku bawa makanan. Kamu makan dulu yaa, pasti lapar kan. Habis itu minum obat. Kata dokter di depan tadi, kamu kecapean dan maag kamu kumat jadi kamu harus makan yang banyak yaa," lanjut nya lagi.
"Makasih ya do. Aku jadi ngerepotin kamu.," ucap Aqilla merasa tak enak.
"Gak papa santai aja. Kita kan satu sekolah dan berarti kamu teman aku. Masa iya, aku biarin kamu gitu aja waktu liat kamu tergeletak di pinggir jalan. Aku kan bukan orang jahat," gurau Edo.
Dengan cekatan Edo membantu Aqilla membuka bungkus makanan dan menyodorkannya pada gadis itu. Aqilla pun menerimanya dan langsung melahap makanan yang beli Edo.
"ngomong-ngomong kamu mau kemana sampai bawa-bawa koper segala. Maaf bukannya mau ikut campur, tapi siapa tahu aku bisa bantu." ucap Edo pelan.
"Aku lagi ada masalah keluarga. Dan rencananya aku mau ngekos aja sekalian kerja. Kalau boleh, aku mau minta tolong kamu lagi bantu aku cariin kos. Yang murah aja gak usah yang mewah yang penting nyaman untuk tidur,"jelas Aqilla.
"Ya kalau masalah kos bisa nanti aku cariin. Tapi, kamu beneran mau kerja. Kan masih sekolah, emang ada orang yang mau mempekerjakan pelajar,"
"Pasti ada, aku cari kerja part time nanti. Untuk kebutuhan aku sehari-hari. Karena kayaknya mama aku marah besar sama aku dan aku gak berani balik kerumah,"
"Tapi kan kita udah mau ujian. Kalau belajar kamu ke ganggu gimana. Aku denger-denger juga nama kamu masuk ke dalam siswa berprestasi yang berpotensi untuk masuk ke universitas negeri kan?Emang nya gak ke ganggu?" tanya Edo. Dia tak mau mengorek informasi tentang masalah aqilla. Edo cukup tau diri kalau itu bukan ranah nya.
"Aku pasti bisa bagi waktunya. Untuk sekarang aku gak punya siapa-siapa. Jadi aku harus bisa mandiri. Aku minta tolong yaa kalau bisa secepatnya dapat kosan. Tapi kalau masalah kerja aku aja yang cari sendiri nanti," ujar Aqilla.
Edo tak membalasnya lagi. Dia sedikit prihatin dengan keadaan Aqilla sekarang. Dia juga tau kalau selama ini Aqilla tidak punya teman dan sering di bully di sekolah. Tapi Edo tidak punya cukup keberanian untuk sekedar membela Aqilla.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.